Ev. Fuk Sen
Matius 7:24-27
24 "Setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang
mendirikan rumahnya di atas batu.
25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di
atas batu.
26 Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir.
27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah
kerusakannya."
Pendahuluan
Suatu kali seorang ayah
berbincang-bincang dengan putranya. Sang Putra ini berencana untuk memasuki
salah satu sekolah Alkitab yang ada di benua Eropa. Sang Ayah menyadari bahwa di
Eropa banyak sekolah Alkitab mengajarkan yang tidak benar kepada para siswanya.
Sebelum putranya berangkat ia bertanya,”Nak, apakah kamu percaya bahwa Alkitab
adalah firman Tuhan? Jangan sampai setelah belajar di sekolah Alkitab membuat kamu
tidak percaya Alkitab. Termasuk kitab Yunus adalah firman Tuhan juga!” Itulah
pesan Sang Ayah kepada putranya sebelum berangkat ke sekolah teologia di Eropa.
2 tahun kemudian putranya pun pulang setelah menyelesaikan studinya. Papanya merasa
bahagia sekali. Lalu ia bertanya kepada anaknya mengenai pandangan anaknya terhadap
Alkitab, “Nak, apakah kamu masih percaya bahwa Alkitab ini adalah firman Tuhan?
Apakah kamu percaya kitab Yunus adalah firman Tuhan dan bukan dongeng?” Mendengar
pertanyaan itu, anaknya pun tertawa dan berkata, “Saya tidak percaya kitab
Yunus adalah firman Tuhan! Itu dongeng!” Mendengar pernyataan anaknya ini Sang
Ayah pun sangat terkejut. Begitu cepat anaknya terpengaruh sehingga tidak lagi
menerima kitab Yunus sebagai firman Tuhan. Anaknya terpengaruh untuk
menghilangkan kitab Yunus dari Alkitab. “Memang papa percaya bahwa kitab Yunus
adalah bagian dari Alkitab dan kitab Yunus ada di Alkitab?” sang anak bertanya
balik kepada ayahnya. Ayahnya menjawab dengan yakin, “Pasti ada! Papa akan
mencari.” Lalu sang ayah mencari kitab Yunus di Perjanjian Lama. Ia membuka
Perjanjian Lama dan ia tahu posisi kitab Yunus ada di mana. Namun alangkah terkejutnya
Sang Ayah saat mendapati bahwa ia tidak menemukan kitab Yunus di Alkitab
miliknya. Anaknya kembali bertanya,”Ada tidak Pa? Mana kitab Yunusnya?” Papanya
penasaran dan mencari lagi, namun tetap tidak bisa menemukannya. Anaknya
berkata, “Betul kan Pa, tidak ada kitab Yunus?” Ayahnya penasaran, ia bolak-balik
mencari dan dengan putus asa menemukan fakta bahwa kitab Yunus tidak ada di
Alkitabnya. Sang ayah bingung. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sang anak pun
kemudian memberi penjelasan,”2 tahun lalu sebelum pergi, saya sudah merobek
kitab Yunus dari Alkitab papa. Jadi kalau Papa mencari tidak akan
menemukannya!” Ayahnya yang berkata, “Kamu harus pegang dan percaya pada Alkitab!”
ternyata tidak mengetahui bahwa kitab Yunus sudah tidak ada di Alkitab nya! Hal
ini sangat ironis. Orang yang belajar Alkitab malah tidak mengakui keberadaan kitab
Yunus. Sang ayah yang mengajarkan anaknya kitab Yunus adalah bagian dari Alkitab
juga tidak tahu kitab itu sudah dirobek dan hilang dari Alkitabnya!
Mendengar Firman Tuhan
dengan Sungguh-Sungguh
Di dunia ini ada banyak orang Kristen yang secara
kasat mata memegang firman Tuhan dan percaya Alkitab namun kondisinya tidak
jauh berbeda dengan Sang Ayah tadi yang ternyata hanya di luarnya saja percaya
Alkitab. Banyak orang Kristen yang tidak menghargai Alkitab dan hanya sekedar
tahu firman Tuhan saja. Padahal Matius 7:
24 mengatakan,"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,
ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Dari
ayat tersebut disimpulkan bahwa sebagai orang percaya kita harus mendengar
firman Tuhan. Kita dipanggil untuk mendengar firman Tuhan. Setidaknya setiap Minggu
kita mendengar firman Tuhan. Mendengar itu relatif mudah karena setiap orang
yang punya telinga bisa mendengar. Tetapi apakah kita sungguh-sungguh
mendengar? Apakah kita suka mendengar? Apakah saat datang ke gereja, kita sungguh-sungguh
rindu mendengar firman Tuhan? Sebagai orang Kristen , setiap Minggu kita datang
ke gereja, namun tidak semua orang Kristen punya sikap mau mendengar firman
Tuhan. Ada jemaat yang datang ke gereja lalu ikut menyanyi puji-pujian, namun
begitu sampai ke sesi khotbah , ia membuka tasnya dan mengeluarkan majalah.
Jadi saat pendeta menyampaikan khotbah ia malah membaca majalah dari satu
artikel ke artikel lain. Memang ada orang seperti ini di gereja yang secara sengaja membawa
majalah (atau bacaan lainnya). Ini suatu hal yang tidak baik. Saat datang ke
gereja kita harus siap mendengar firman Tuhan.
Banyak orang Kristen yang menggunakan dan membaca
Alkitab di perangkat telepon selulernya. Hal ini sebenarnya tidak masalah. Namun
perlu waspada agar saat membuka ayat Alkitab di handphone jangan sampai keterusan membaca pesan-pesan lain yang
masuk ke handphone. Ada yang saat membaca
Alkitab, melihat ada pesan Whatsapp masuk
lalu ia pun membuka dan membalas pesannya. Tak lama kemudian ia pun balas-balasan
menerima dan mengirim pesan dan tidak lagi mendengarkan khotbah yang diberitakan.
Ada juga orang yang saat firman Tuhan disampaikan asyik membuka laman Facebook.
Mendengar dan Melakukan
Firman
Mendengar berarti sungguh-sungguh memperhatikan firman
Tuhan yang disampaikan. Padahal iman
timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).
Bagaimana firman Tuhan berbicara kepada diri sendiri kalau kita hanya fokus membaca
pesan Whatsapp, status di Facebook atau artikel-artikel majalah alias tidak mendengar firman Tuhan? Kalau hal ini
terjadi maka tidak heran bila anak-anak Tuhan sepulang dari gereja merasa kerohaniannya
kering, kosong dan tidak dapat apa-apa. Hal ini jelas bahwa kalau sibuk membaca
Whatsapp dan Facebook mengakibatkan firman Tuhan tidak berbicara kepada saya.
Ketika Tuhan Yesus berkhotbah di bukit, Ia berkata bahwa setiap orang harus
mendengarkan. Sungguh-sungguh mendengarkan bukan sekedar mendengarkan saja.
Selain mendengar juga melakukannya. Bila diminta untuk memilih mana yang lebih
mudah antara “mendengar” dan “melakukan” Firman, maka akan lebih mudah untuk “mendengar”.
Namun kalau “mendengar” saja kita sudah tidak bisa, bagaimana bisa “melakukan”?
Karena kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Orang yang mendengar dengan
sungguh-sungguh saja ada yang tidak bisa melakukannya, apalagi yang sekedar
mendengarkan. Untuk mendengar juga tidak mudah. Saat mendengarkan khotbah, ada jemaat yang mengantuk dan berusaha agar
matanya tetap terbuka sehingga dibantu dengan senggolan oleh istrinya. Tetapi
selain mendengar kita mau melakukan firman Tuhan. Kita percaya melakukan firman
itu sama pentingnya dengan mendengar. Banyak orang tidak mau mendengar maupun melakukan
firman Tuhan. Melakukan firman itu begitu penting. Orang yang bijaksana adalah
orang yang bukan hanya mendengar tetapi juga melakukannya. Orang yang bodoh
mendengar tetapi tidak melakukan. Seringkali kita menjadi orang yang sulit
melakukan. Kita merasa dan bertanya-tanya apa yang kita dapatkan dengan
mendengar dan melakukan firman Tuhan. Banyak orang melakukan sesuatu karena ingin
mendapat imbalan.
Ada kisah tentang seorang pengantar makanan rantangan.
Suatu kali saat mengantar makanan, dia mendengar di televisi akan ada perlombaan untuk mencari bakat penyanyi. Banyak
orang berkata bahwa suaranya merdu sekali dan memuji suaranya. Ia pun merasa
tertarik dengan pengumuman itu dan segera ia mendaftar. Lalu ia dipanggil dan
diwawancarai. Saat mengikuti audisi, seorang juri bertanya,”Mengapa kamu
sebagai pengantar makanan rantangan ingin ikut perlombaan ini?” Ia menjawab,”Karena
saya mau terkenal dan mendapat uang yang banyak. Itu yang mendorong saya.” Ia
pun berhenti dari profesinya sebagai pengantar makanan rantangan dan mengikuti
kursus vocal. Melalui pesan singkat ke teman-teman dan orang yang dikenalnya, ia
meminta dukungan mereka untuk memilihnya. Saat mengikut audisi, ia dinyatakan
lulus! Ia kemudian ikut perlombaan , namun sayangnya saat di babak semifinal ia
kalah. Setelah itu ia kembali lagi sebagai pengantar makanan rantangan.
Mengapa? Ketika ia ikut lomba pencarian penyanyi berbakat, ia ingin menjadi
terkenal dan mendapat banyak uang.
Percaya tidak dengan melakukan firman Tuhan, kita akan
menjadi orang yang bijaksana, yang ketika menghadapi badai percobaan kita akan berdiri
kokoh? Kita tidak menjadi orang yang bodoh dan kalah saat menghadapi masalah
dan kesulitan. Itu yang akan kita dapatkan. Kita harus percaya, saat melakukan
Firman Tuhan, ada faedah (manfaat) yang akan kita dapatkan. Jikalau kita tidak
percaya maka kita tidak akan pernah
mendapatkan apa-apa. Kalau kita meragukan apa yang dilakukan maka kita tidak
akan dapat apa-apa.
Melakukan Firman Tuhan
Besar Manfaatnya
Suatu kali ada seorang Ibu datang ke dokter dan
bertanya,”Dok, bisa bantu saya?” Rupanya ukuran badan Ibu ini cukup besar. “Ada
tidak obat yang bisa membuat saya menjadi langsing?” ia bertanya lagi. Dokter menjawab,
“Tidak ada! Tetapi saya punya satu resep agar ibu bisa langsing.” Pernyataan
sang dokter membuat sang Ibu penasaran dan bertanya, “Apa resepnya?” Sang
dokter menjawab,”Ibu hanya cukup melakukan satu latihan saja.” “Apa itu?”
dengan cepat Sang Ibu bertanya. Sang dokter melanjutkan,”Ibu cukup
geleng-geleng kepala saja!” Mendengar hal ini, Sang Ibu merasa heran. Apakah
geleng-geleng kepala benar bisa membuat orang jadi kurus? Ibu ini jadi
bertanya-tanya,”Yang benar Dok? Masa dengan geleng-geleng kepala saja bisa
membuat langsing?” Dokter pun dengan yakin menjawab,”Benar! Banyak pasien saya yang berhasil.” Ibu ini
kemudian meminta penjelasan lebih lanjut,”Maksudnya bagaimana dok?” Dokter pun
menguraikan ,”Maksudnya Ibu harus melakukannya setiap hari dan di manapun. Saat
di pesta saat melihat banyak makananan yang enak, Ibu harus geleng-geleng
kepala menolak mengambil makanan tersebut. Saat diajak teman makan di restoran dan
melihat banyak makanan, Ibu harus geleng-geleng kepala. Dengan cara ini, Ibu
baru bisa langsing.” 3 bulan kemudian Sang Ibu datang lagi. Dokter pun terkejut
melihatnya,”Lho Bu, kok badannya masih besar? Ibu tidak melakukan apa yang saya
minta?” Ibu ini memberi penjelasan,”Aduh Dok, memang benar kalau saya geleng
kepala badan saya bisa kurus? Jangan-jangan malah tidak bisa buang air.”
Kalau kita tidak percaya firman Tuhan maka kita
tidak akan mendapat apa-apa. Kalau firman itu dipercaya maka ia bisa mengubah
dan memberkati kita. Pasti kita akan mendapatkan manfaatnya. Misalnya kita akan
mendapat damai sejahtera. Kalau percaya maka pasti kita akan melakukannya.
Kalau akan mendapat berkat Tuhan, kita pasti melakukannya. Tidak ada seorang
pun yang rugi ketika melakukan firman Tuhan. Justru orang yang tidak melakukan
firman yang menderita kerugian. Firman yang kita lakukan hidup dan berkuasa.
Dengan firmanNya, Allah berkata, “jadilah Terang” maka terang pun jadi. “Jadilah
cakrawala!” maka cakrawala pun jadi. Dengan firman Ia menciptakan dunia dan
dunia pun jadi. Dengan firmanNya Ia berkata kepada orang lumpuh maka orang lumpuh
berjalan. Dengan firmanNya, orang buta menjadi celik. Dengan firmanNya, orang
yang sudah mati dibangkitkan. Kita percaya firman itu adalah firman yang punya
kuasa. Kita seharusnya percaya bahwa firman itu berkuasa dan bukan sekedar
perkataan manusia dan omong kosong belaka namun ada suatu kuasa di balik firman
yang dilakukan . Kalau kita percaya saat melakukan firman , maka kuasa Firman
luar biasa.
Mengabaikan Firman akan
Kehilangan Berkat
Suatu kali ada seorang jemaat yang mengalami
kesulitan untuk datang beribadah di gereja. Bosnya mengharuskannya bekerja di
hari Minggu. Ia berdoa agar bisa datang beribadah di hari Minggu. Berkali-kali
ia tidak bisa datang ke gereja sehingga ia memiliki kerinduan. Ia pun menghadap
bosnya untuk meminta ijin agar bisa ke gereja. Ia diijinkan namun dengan banyak
potongan terhadap gajinya. Ia pun kembali berdoa kepada Tuhan. Ternyata bosnya
melihat usahanya di hari Minggu sepi sehingga tidak menguntungkan. Kalau usahanya
tetap dibuka, maka kerugian akan membesar. Maka ia pun menutup toko di hari
Minggu. Mengapa jemaat ini merasa senang sekali? Dimulai dari saat ia mau
melakukan firman Tuhan, ada suatu kuasa. Ada suatu kuasa yang akan menjadi
berkat bagi setiap orang yang melakukan Firman. Seringkali kita kehilangan
berkat karena mengabaikan firman Tuhan. Kalau kita percaya, ada kuasa dan
berkat yang jauh lebih besar.
Ada seorang jemaat yang diterima bekerja di bagian
pembukuan. Suatu kali ia dipanggil bosnya yang memintanya,”Tolong kamu mengubah
pembukuannya.” Sebagai anak Tuhan , ia tahu itu salah. Bosnya menegaskan, “Bisa
tidak kamu melakukannya?” Ia pun menjawab,”Maaf Pak, saya tidak bisa melakukannya!”
Bosnya terkejut. “Kamu berani menolak? Sekarang kamu pulang dan 3 hari lagi
saya akan membicarakan pekerjaan kamu.”, Bosnya memberi perintah. Jemaat yang
masih muda ini merasa pusing dan berpikir, “Jangan-jangan Bos mau memecatnya.”
Tetapi sebagai anak Tuhan ia menyerahkan masalahnya dalam doa kepada Tuhan. 3
hari kemudian ia datang ke bosnya yang bertanya, “Apa benar kamu tidak mau melakukannya?”
Ia berkata, “Maaf Bos, saya tidak bisa!” Ia sudah siap menerima konsekuensi apa
pun. Namun Bosnya berkata kepada dia, “Kamulah orang yang saya cari selama ini.
Orang yang jujur dan dapat dipercaya.” Seorang yang mengandalkan firman Tuhan
tidak akan ditinggalkan Tuhan. Ada kuasa firman Tuhan yang berbicara. Adanya
Firman itu tidak hanya berdampak pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain.
Ketika gereja dipenuhi para jemaat namun masalahnya adalah bukan berapa jumlah jemaat
yang mendengar firman Tuhan tetapi berapa jemaat yang melakukan firmanNya.
Karena yang melakukan firman akan berdampak bagi orang lain. Kalau ada jemaat
yang rindu melayani maka pelayanannya berdampak. Walau sekecil apapun ada
dampaknya pada orang lain (tidak pernah sia-sia). Orang yang melakukan firman
Tuhan akan berdampak bagi orang lain. Kalau menyadari hal ini, kita akan
melakukannya.
Melakukan Firman akan
Berdampak pada Orang Lain
Pada suatu sore hari setelah selesai ibadah saya mengajak
putra saya makan di sebuah restoran di daerah Kelapa Gading. Saya pun kemudian memesan
makanan. Saat menunggu pesanan tidak lama kemudian datang seorang hamba Tuhan
yang lain padahal kami tidak janjian sebelumnya. Di Kelapa Gading terdapat banyak
tempat makan, tetapi hari itu ia memilih tempat yang sama dengan saya. Mengapa
bisa sama? Sewaktu melihat kami ia berkata,”Lho kok kamu makan di sini?” Karena
kami sudah mulaimakan, ia pun beranjak ke meja lain. Selesai makan dan saat saya
mau bayar, ternyata sudah ada yang membayarkan makanan saya. Siapa yang bayar? Kasir mengatakan bahwa tadi ada seorang
ibu yang menyumbangkan uangnya untuk Bapak. Saya pun teringat waktu tiba di
restoran tadi, ada seorang jemaat yang pesan makanan untuk dibawa pulang. Ia
melihat saya dan hanya melambaikan tangan saja. Saya baru tahu, ibu itulah yang
membayarkan pesanan saya. Saya pun kemudian membayarkan pesanan di meja hamba
Tuhan yang lain itu. Besok paginya, ia mengirim
pesan Whatsapp ke saya, “Zhuang dau xie xie. Zhuang dau sudah membayarkan
makanan saya.” Sebenarnya ia mau membayarkan pesanan saya, tetapi dia terkejut
karena sewaktu mau bayar, ada yang sudah membayarkan. Saat ia mau bayar makanan
dia ternyata juga sudah ada yang membayari. Kasir restoran itu berkata, “Gereja
ini apa-apaan ya? Saling membayarkan tetapi tidak memberi tahu.” Saat melakukan
firman Tuhan maka akan berdampak dan akan saling mempengaruhi. Firman yang
dilakukan tidak akan sia-sia. Kalau di gereja, ada orang yang melakukan Firman
sekecil apapun yang dia percaya, akan berdampak ke orang lain. Kita bisa melihat
di gereja, “Apa yang bisa saya lakukan untuk melakukan firman Tuhan?”
Percayalah saat dilakukan, tidak sia-sia dan akan berdampak bagi orang lain.
Maka gereja akan dipenuhi dengan orang-orang yang melakukan Firman dan itu
dimulai dari kita masing-masing.