Ev. Susana Heng
1 Kor 4:6
Saudara-saudara,
kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu,
supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan
melampaui yang ada tertulis," supaya jangan ada di antara kamu yang
menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.
Pendahuluan
Tema hari ini “Hancur
Perlahan-Lahan (Senior Tidak Menjadi Teladan)”. Pada ayat 1 Kor 4:6 dikatakan Saudara-saudara,
kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu,
supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan
melampaui yang ada tertulis," supaya jangan ada di antara kamu yang
menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain. Di
sini dengan kata lain Rasul Paulus berkata
“...Teladanilah kami..” Rasul Paulus dengan berani menjadikan dirinya sebagai
teladan bagi yang lain, walau hal ini sebenarnya tidak mudah. Dalam kehidupan ,
bagi orang yang sudah besar atau pun dewasa kita pasti pernah menjadi junior. Atau
bila saat ini kita masih berusia muda dan junior, secara perlahan-lahan pasti kita
akan tua, dewasa dan menjadi senior. Sewaktu masih junior, kadangkala kita
melihat seorang dewasa atau senior yang hidupnya baik dan menjadi teladan
sehingga membuat kita terkagum-kagum. Namun sebaliknya kadang kita melihat
senior yang tingkah-lakunya membuat kita ternganga-ngaga (melongo). Baru-baru
ini kita mendengar berita yang yang menyedihkan. Di salah satu universitas
(UII) di Yogya, tanggal 20 Januari 2017 lalu seorang mahasiswa baru (Fadli) yang
mengikuti kegiatan mapala meninggal dunia. Penyebabnya adalah tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh para seniornya yang memperlakukannya dengan kejam. Demikiankah perlakuan mereka
kepada junior atau orang yang baru masuk? Apakah para senior di sana hanya
menunjukkan kekuasaan dan bukannya kepeduliaan? Tindakan mereka bukanlah
menunjukkan kepedulian. Dengan demikian di sini kita melihat ada kalanya dunia
mempertontonkan senior yang tidak menjadi teladan.
Pernah juga waktu
mulai masuk kerja, ada orang yang baru kerja melihat kelakuan atasannya yang
membuatnya terkejut. Senior yang menjadi penyelia (supervisor) tersebut hanya bisa mencuri idenya dan mencari
muka ke atasannya lagi. Ada juga orang yang baru masuk kerja difitnah oleh
atasannya. Pernah bertemu dengan orang yang tidak tahu aturan (bocengli) dan itu adalah senior kita?
Adik saya pernah sharing kepada saya.
Saat itu ia baru masuk kerja di suatu perusahaan berbentuk yayasan yang berlatar
Kristen sehingga ia berharap memiliki atasan yang rohani (baik). Tetapi waktu
masuk, ia terkejut. Atasannya itu biasa kalau menyampaikan ceramah kesannya baik
sekali, tetapi apa yang dikatakannya berbeda terhadap rekan kerjanya. Ia selalu
mengata-ngatai adik saya. Sepertinya ia menganut standar ganda. Sikapnya bukan
saja mengintimidasi yang kadang menyusahkan dan bahkan malah memfitnah dia. Hal
ini sangat menyakitkan adik saya. Adik saya terus berdoa menyerahkan kepada
Tuhan. Akhirnya ia mengundurkan diri dari pekerjaan setelah terus menerus
membawa masalah ini dalam doa kepada Tuhan. Bukankah kita seringkali melihat di
dunia, ada pemuka (pemimpin) yang diharapkan menjadi teladan ternyata bertindak
sebaliknya. Ada yang memberi tanggapan bahwa mereka tidak mengenal Tuhan
sehingga menjadi seperti itu. Tetapi waktu rumah-rumah ibadah, kita juga
melihat hal yang sama. Saya suka menonton khotbah di TV dan mendengar beberapa
pengkhotbah tertentu. Dulu ada seorang pengkhotbah di Singapore yang masih muda
dan dapat berkhotbah dengan luar biasa. Gerejanya sangat besar. Beberapa tahun
lalu, diberitakan bahwa ia memiliki masalah dengan keuangan yang menyeretnya
sampai ke pengadilan. Sekarang ia sudah tidak berkhotbah lagi dan acaranya sudah
tidak ada lagi. Apa yang dialaminya telah menjadi batu sandungan bagi beberapa
orang. Kita melihat hal-hal seperti itu dan sebagai orang percaya kita merasa prihatin
dan sedih. Bagaimana kita menjadi seorang teladan?
Tokoh-tokoh Alkitab yang
memulai dengan baik tetapi berakhir kurang baik.
1.
Gideon
Gideon dipakai oleh Tuhan
untuk memimpin orang-orang Israel sehingga bangsa Israel tidak disiksa oleh bangsa
lain. Pada awalnya ia seorang yang sangat baik dan rendah hati. Ia masih muda.
Tapi pada masa tuanya dan sudah terkenal, ia membuat baju efod yang menjadi
jerat buat keluarga dan bangsa Israel. Sangat disayangkan orang yang memulai
dengan baik tetapi mengakhiri dengan tidak baik.
2.
Raja Salomo.
Kebanyakan kita
mengetahui Raja Salomo. Ia seorang raja yang sangat kaya , terkenal, pintar dan
berhikmat sehingga Ratu Sheba dari jauh datang mengunjunginya (1 Raja 7:1,7-8).
Saat memulai ia meminta hikmat dari Tuhan karena ia merasa tidak bisa apa-apa. Atas
permintaannya itu, Tuhan bukan saja memberi hikmat tetapi juga memberikan
kemashuran dan kekayaan. Tetapi ia tidak mengakhiri dengan baik. Ia mempunyai
banyak istri dari bangsa lain yang kemudian membawanya ke alah lain. Kita
merasa sayang melihat orang yang memulai dengan baik tetapi kemudian mengakhiri
dengan tidak baik.
3.
Raja Saul
Raja Saul memulai dengan
sangat baik dan Tuhan memakainya untuk membawa bangsa Israel menang perang. Namun
ia mengakhiri kehidupannya dengan tidak baik.
Banyak orang yang memulai dengan baik, namun hanya sedikit yang mengakhiri
dengan baik.
Hubungan Senior dan
Junior (Saul dan Daud)
Saat terjadi peperangan antara bangsa Israel
dengan bangsa Filistin, Goliat , seorang raksasa dari Filistin) menantang orang
Israel untuk bertanding dengannya satu lawan satu (1 Samuel 17). Tidak ada satu
pun orang Israel yang berani menghadapi Goliat sampai akhirnya majulah Daud. Daud
pun menghadapi Goliat dengan ketapel-umban dan berhasil membunuhnya. Sewaktu
Daud menang , bangsa Israel pun bersorak . Bangsa Israel mengatakan seperti
pada 1 Sam 18:8 Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat;
dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud
diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya
beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya."
Mendengar perkataan bangsa Israel, Saul merasa sebal dan bangkitlah amarah Saul
dengan sangat. Sewaktu mendengarkan perkataan rakyat yang menyanyikan lagu ini,
apa perasaan Saul? Apakah Saul merasa bangga dengan junior yang begitu
berprestasi dan membela bangsanya? Kalau kita membaca ayat ini, menurut kita
apakah perasaan Saul? Apakah ia merasa bangga dan sayang kepada Daud atau
sebaliknya ia justru iri hati kepada nya? Melihat ayat 1 Sam 18:8 ternyata Saul
merasa iri terhadap Daud. Sewaktu Saul iri hati, ia berpikir bagaimana caranya menghabisi
(membunuh) Daud. Kalau kita bertemu dengan senior yang membuat kita merasa sakit
hati, biasanya paling jauh kita mengundurkan diri. Tetapi Daud yang melihat
perlakuan Saul, tidak bisa mengundurkan diri karena Saul adalah raja yang punya
kekuasaan. Tetapi akhirnya ia lari dan menjadi buronan karena dikejar-kejar
Saul dan para prajuritnya. Hampir saja
Daud mengalami kematian. Saat seorang senior semakin berkuasa lalu menjadi
jahat , maka junior-nya bisa menjadi celaka. Seringkali kekuasaan bila
disalahgunakan maka bisa membuat hal-hal yang tidak baik walau bila ditempatkan dengan
tepat bisa juga baik. Sehingga Saul pun mengejar Daud dan Daud harus
meninggalkan kampung halaman, keluarga dan negaranya. Padahal orang-orang non
Israel memandang orang Isarel sebagai musuh. Menghadapi hal itu, Daud terkadang
berpura-pura gila. Hal ini menunjukkan bagaimana sikap Daud terhadap Saul. Saul
adalah orang yang diurapi Allah malah mengejarnya karena iri. Bagaimanakah
sikap Daud terhadap senior seperti itu? Kalau ada orang yang begitu jahat
terhadap kita, bagaimana sikap kita? Sikap Daud membuat kita tercengang. Kalau
kita menghadapinya, mungkin kita akan mendoakannya agar dicabut nyawanya.
Sewaktu jadi mahasiswa
teologia praktek selama 2 bulan, saya bertemu dengan senior yang sangat
“rohani”. Setiap kali pakai baju, dibicarakan sehingga stress sekali. Cara
berjalan , pakai sepatu dll. Saya harus di bawah dia. Kalau kamu begini-begini,
saya lapor kamu. Ia membuat saya jantungan. Padahal kita baru 2 bulan dan
dilapor maka kita bisa dilapor. Jadi saya hidup dalam ketakutan. Saya bersyukur
, hari berlaru dalam 2 bulan. Dan teman saya sama-sama pelayanan, ia mendukung
saya, Saya akan membela kamu. Karena saya dan dia sama-sama mahasiswa praktek
di sana. Ia membuat banyak peraturan buat untuk kita. Ia berkata, kamu tidak
boleh keluar dengan anak laki-laki, padahal sama-sama dari gereja. Sehingga
hati saya ketakutan. Saya rasa hanya 2 bulan saja tidak enak bertemu dengan
orang yang mengintimidasi saya. Saya bersyukur, ia bukan raja yang tidak punya
prajurit seperti yang dihadapi Daud. Tidak ada tanggal yang tidak mengincar saya.
Sehingga keadaan saya sangat buruk. Tetapi apa yang dilakukan Daud yang punya
kesempatan untuk membunuh Saul? Pada suatu kali Saul masuk ke dalam gua, dan
Daud bersembunyi di sana. Itu kesempatan Daud untuk membunuhnya, kalau itu
terjadi Saul tidak akan membunuh lagi. Tetapi apa yang Daud lakukan? Kalau kita
menggunakan aji mumpung seakan-akan Tuhan sudah memberi kesempatan , maka
begitu ada kesempatansaya habisi dia. Tetapi apa yang dilakukan Daud? 1 Sam 24:7-8 Dan Daud mencegah
orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit
menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak
melanjutkan perjalanannya. Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua
itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: "Tuanku raja!"
Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud
menyembah. Daud tidak saja tidak membunuh Saul tetapi ia juga mencegah
orang lain membunuh Saul. Ia tidak membiarkan orang lain menyentuh atau membunuh
orang yang diurapi Tuhan. Seorang yang
diurapi oleh Tuhan sangat dihormati oleh Daud. Daud tidak berani menyentuhnya
walaupun Saul begitu jahat terhadapnya. Itulah sikap Daud. Daud tidak membalas
kejahatan Saul kepadanya. Daud tidak menghakimi Saul. Walau Alkitab mencatat
bahwa Daud memiliki 2 kali kesempatan untuk membunuh Saul. Daud tidak menghakim
Saul karena itu hak Tuhan. Mat 7:1
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Membaca hal ini
saya merasa kagum kepada Daud. Sikapnya luar biasa sekali. Saya tidak bisa
seperti itu. Kalau saya disakiti seperti itu, rasanya saya susah mengampuni.
Tetapi Daud begitu takut kepada Tuhan dan tidak menyentuh orang yang
diurapiNya. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan Daud adalah orang yang berkenan
kepada Tuhan. Di sini kita melihat sikap
Daud yang junior terhadap Saul yang senior.
Banyak orang yang
bersikap membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Tuhan tidak menghendaki hal
seperti itu dan Daud sangat menghormati Tuhan. Apakah Saul tetap membiarkan
Daud berlalu dan baik-baik saja? Tuhan mempunyai mata dan tidak tertidur. Kalau
hari ini ada orang yang menekan dan berbuat jahat, kita tidak perlu menghakimi
mereka karena Tuhanlah yang akan
menghakiminya. Hal ini terlihat dari akhir kehidupan Saul. Saul dan hampir
seluruh keluarganya mati semua. Bahkan jenazah Saul digantung sampai orang
Yabes mengambil dan menguburkannya. Di sini kita melihat Tuhan tidak tertidur. Bila
senior tidak baik maka hak penghakiman ada di tangan Tuhan dan Ia melihat
sewaktu sang junior ditekan orang. Suatu kali ia bisa menjadi senior (tua) ,
apakah seseorang seumur hidup bisa terus menjadi baik? Saya ingin mengawali dan
mengakhiri dengan baik. Sehingga akhirnya Tuhan berkata, “Hai hambaku yang
setia, masuklah.” Tetapi seringkali kita tidak baik, berdosa dan jatuh. Mungkin
kita saat jadi senior tidak menjadi teladan. Demikian juga dengan Daud sewaktu menjadi
raja, ia pernah berbuat dosa. Dia mengambil Batsyeba, istri bawahannya sendiri
dan meminjam tangan musuh untuk membunuh suaminya itu. Ia berbuat dosa, tetapi ia
kemudian menyesal dan bertobat.
Sikap sewaktu ditegur
Saul
1 Sam 13:11-12 Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah
kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu
berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah
ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku:
Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum
memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu
mempersembahkan korban bakaran." 1 Sam 15:21 Tetapi rakyat mengambil dari
jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan
untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di
Gilgal."
Daud
2 Samuel 12:13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku
sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN
telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
Sewaktu ditegur Daud berkata, “Aku sudah berdosa kepada Tuhan”. Sebaliknya
dengan Saul yang tidak pernah mengakui dosanya. Sewaktu ditegur Nabi Samuel pada
1 Sam 13:11, dia menyalahkan Samuel yang datang terlambat. Jadi ia adalah orang
yang mencari alasan atas kesalahannya. Setiap kita bisa berbuat salah, termasuk
Daud. Sikap Daud saat ditegur oleh Nabi Natan , ia mengakui kesalahannya.
Beberapa tahun lalu, saya menjadi pembina sekolah minggu di suatu gereja. Waktu
itu kita punya program membawa anak-anak Sekolah Minggu ke Korea Selatan untuk tampil
dalam suatu acara. Karena pesertanya anak-anak
, selain untuk mengisi acara maka harus ada acara main-mainnya. Jadi panitia
membuat acara main ski. Saya pun membawa anak-anak ke resort untuk bermain ski. Untuk bermain ski , kita harus mengenakan
peralatan untuk melindungi diri. Mengingat saya sudah mulai tua dan takut jatuh,
saya berkata, “Kalian main saja, saya yang menjaga barang yang ada.” Mereka pun
bermain-main , sedangkan saya yang menjaga barang. Tidak berapa lama kemudian
ternyata banyak guru Sekolah Minggu yang menemani saya. Rupanya pelajaran
pertama dalam bermain ski adalah belajar jatuh- bangun di es yang licin sekali.
Pelajaran ini dilakukan berulang-ulang. Mereka diajar untuk jatuh dan bangun
lagi. Belajar jatuh- bangun ini, bukan saja dipelajari oleh pemain ski pemula tetapi dalam kehidupan, kita harus juga mempelajarinya.
Saat jatuh, kita belajar mengakui untuk kemudian bangun kembali. Orang yang
jatuh dan tidak pernah bangun kembali tidak bisa menjadi teladan. Di dunia ini
tidak ada orang yang sempurna atau tidak pernah menghadapi masalah. Berbuat
salah adalah hal yang manusiawi. Bila orang yang berbuat salah mau mengakui
kesalahannya dan bertobat , maka orang seperti ini bisa menjadi teladan bagi
orang lain karena darinya orang bisa belajar kebenaran. Saul tidak pernah mau
mengakui kesalahannya sehingga hancur. Tetapi Daud berbeda dari Saul. Ia
mengakui dosanya walaupun ia seorang raja. Waktu menjadi junior kita melihat
dan mengkritik orang lain. Tetapi sewaktu kita di atas (menjadi senior), belum
tentu kita tidak akan berbuat kesalahan. Tetapi orang akan melihat, apakah kita
adalah seorang yang mengakui kesalahan, mau belajar mengatasinya dan menjadi
teladan.
Penutup
Setiap kita adalah
manusia yang lemah (bukan manusia yang sempurna). Kita punya kelemahan
masing-masing yang diketahui oleh Tuhan dan diri kita sendiri. Kita harus tahu cara
untuk mengatasinya. Kita bisa mengevaluasi kelemahan kita dan hidup
berkualitas. Kita harus berani menjadi seperti Daud yang mengakui kesalahan dan
bertobat. Dan Tuhan menyebut dia orang yang dikasihi dan orang yang diperkenan.
Bila hari ini kita menjadi junior maka jadilah junior yang mendoakan senior
kita. Bila kita menjadi senior, apakah kita ingin menjadi senior yang mencari kekuasaan
semata? Bila iya, maka kita akah hancur. Tetapi Daud tahu mengintrospeksi diri
sehingga ia dan keluarganya diberkati. Biarlah hal ini menjadi suatu bahan introspeksi
dan refleksi bagi kita bahwa Tuhan mengasihi kita. Tidak ada seorang pun yang
tidak punya kelemahan dan tidak pernah berbuat kesalahan. Tetapi saat melakukan
kesalahan bagaimana sikap kita? Melihat senior melakukan kesalahan , biarlah kita
melakukan intropeksi sehingga kita memulai dan mengakhiri dengan baik hingga suatu
kali Tuhan berkata, “Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam
perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang
besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).
Bukankah itu yang kita idamkan? Biarlah kita menjadi orang takut kepada Tuhan. Amin.
No comments:
Post a Comment