Ev. Lien Vera Sitorus
Maz 78:1-8
1 Nyanyian pengajaran
Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah
telingamu kepada ucapan mulutku.
2 Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku
mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala.
3 Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan
yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami,
4 kami tidak hendak sembunyikan kepada
anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang
telah dilakukan-Nya.
5 Telah ditetapkan-Nya
peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita
diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka,
6 supaya dikenal oleh
angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan
menceritakannya kepada anak-anak mereka,
7 supaya mereka menaruh
kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi
memegang perintah-perintah-Nya;
8 dan jangan seperti
nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak
tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.
Matius 4:1-4
1 Maka Yesus dibawa oleh
Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
2 Dan setelah berpuasa
empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
3 Lalu datanglah si
pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
4 Tetapi Yesus menjawab:
"Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap
firman yang keluar dari mulut Allah."
Pendahuluan
Tema hari ini adalah “Berputar
di Padang Gurun (Gereja Tidak Peduli pada Generasi Muda)”. Tidak mudah memikirkan
tema ini, tetapi Allah yang Maha Kuasa-lah yang memberi hikmat bijaksana untuk mencernanya.
Padang gurun identik dengan tempatnya Iblis (Maz 78:12-31). Padang Gurun adalah
tempat yang berbahaya untuk dihuni. Di sana ada binatang buas dan para penyamun.
Di padang gurun itu juga bangsa Israel bersungut-sungut kepada Tuhan Allah.
Selama 40 tahun mereka tidak bekerja berat, makanan – minuman tersedia dan
mereka tidak perlu mencuci karena semuanya telah disediakan Tuhan di tempat
yang tidak ada apa-apanya itu. Tetapi di sana juga (padang gurun) Tuhan Yesus
dibawa Roh Kudus (Mat 4:1) setelah diproklamasikan sebagai Anak Allah di
hadapan banyak orang dalam peristiwa pembaptisan di Sungai Yordan. Setelah
berpuasa selama 40 hari, Yesus dicobai oleh iblis yang memanipulasi firman
Allah, tetapi Yesus menang. Mengapa Tuhan Yesus menang? Karena Ia berpegang
pada firman Allah dan taat mutlak kepada BapaNya. Berbeda dengan bangsa Israel
yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun, mereka hidup dalam ketidaktaatan
sehingga mengalami kegagalan.
Yesus Membaca Sehingga
UmatNya Harus Ikut Membaca Firman Tuhan
Yesus Kristus telah
mengangkat kita menjadi anakNya. Namun kita ditempatkan di dunia yang berbahaya yang penuh
dengan pencobaan dan penyamun. Dunia ini identik dengan padang gurun. Di sini
kita dihadapkan pada berbagai pencobaan. Kadang-kadang pencobaan muncul dalam
bentuk penyamaran yang sulit dikenali. Tetapi pengetahuan tentang kebenaran akan
Yesus akan membuat kita menang terhadap pencobaan. Tuhan Yesus akan memampukan
kita untuk menang atas setiap pencobaan di dunia ini. Sebab Tuhan Yesus sendiri
telah memberikan teladan mutlak kepada murid-muridNya dan dicatat oleh Matius.
Dengan melawan kepalsuan yang diberikan oleh Iblis, Tuhan menjawab “Ada tertulis”.
Berarti Yesus pernah membaca dan merenungkan dengan sunguh-sungguh baik sehingga
Tuhan Yesus mengatakan “Ada tertulis”. Jadi kalau kita mau menang di padang
gurun dunia ini, maka kita harus meneladani Tuhan Yesus Kristus yaitu membaca
firman Tuhan yang sudah tertulis. Kalau kita menjawab semuanya sesuai dengan
firman Tuhan, maka segala manipulasi dunia ini akan dapat ditangkal. Sebab
firman Tuhan adalah kebenaran. Segala hukumNya adalah adil dan untuk
selama-lamanya. Sehingga hanya orang yang berpengetahuan tentang kebenaran yang
sanggap melihat mana yang benar di dunia ini. Jika Yesus saja tahu ada firman yang
tertulis, mengapa anak Tuhan (orang-orang
percaya) di dunia tidak menyandarkan hidupnya terhadap firman Tuhan?
Tuhan Yesus sendiri menjawab Iblis dengan kata “Ada tertulis” yang berarti Dia
membaca. Tetapi sungguh ironis dengan orang-orang percaya saat ini yang hidup
di padang gurun dunia ini yang hanya membaca Alkitab sewaktu-waktu. Maksudnya
sewaktu hari Minggu, sewaktu hari Rabu atau sewaktu hari Sabtu. Semua itu
adalah waktu-waktu ketika beribadah bersama dengan gereja Tuhan. Tuhan Yesus
sendiri adalah Allah yang tunduk kepada Bapa. Melalui firman yang tertulis ini
Tuhan Yesus menjawab dan menentang perkataan Iblis. Sehingga ketika berada di
padang gurun itu Tuhan Yesus berkemenangan.
Tujuan Dicatatnya Kesalahan
Bangsa Isarel Secara Berulang-Ulang
Mazmur 78:1
Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu
kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka
mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan
yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami. Jadi kesalahan bangsa Israel
selalu dicatat berulang-ulang dalam
Kitab Suci. Asaf menyampaikan hal ini dalam pujian. Dia mengatakan. kami tidak hendak sembunyikan kepada
anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang
telah dilakukan-Nya (Maz 98:2). Pemazmur mengajar apa yang harus didengar oleh
bangsa Israel saat itu. Kejadian masa lampau kesalahan bangsa Israel
diulang-ulang diperingatkan. Padahal kalau melakukan kesalahan, kita ingin agar
hal itu jangan diungkit-ungkit lagi (disembunyikan saja karena malu dibicarakan
sehingga dosa itu tetap di dalam hidup kita). Tetapi Alkitab dengan jujur
mencatat bahwa kesalahan bangsa Israel di padang gurun sehingga bangsa Israel
berjalan berputar-putar dicatat sehingga menjadi berita yang harus disampaikan
ke sepenjuru dunia dari generasi ke generasi sampai ke generasi kita hari ini.
Mengapa harus diungkit-ungkit lagi? Karena di dalam padang gurun itu ada
kemurtadan bangsa Israel kepada Tuhan . Kemurtadan ini menjadi sorotan ilahi
terus-menerus supaya generasi berikutnya tidak melakukan kesalahan yang sama.
Sebab itu terkait dengan tema “Berputar di Padang Gurun” yang disambung dengan “gereja
yang tidak peduli generasi muda” pemazmur mengangkat kesalahan bangsa Israel
itu untuk menjadi berita , sorotan, kesalahan di masa lampau. Supaya generasi
muda berikutnya tidak melakukannya. Itulah yang dicatat dalam Maz 78 dan juga
diceritakan apa tujuan dari sejarah yang diulang-ulang itu. Apa tujuan sejarah
kesalahan itu harus diulang-ulang terus dan diberitahukan dari generasi ke
generasi?
1.
Supaya dikenal
(diketahui)
Maz 78:6 supaya dikenal oleh angkatan
yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya
kepada anak-anak mereka. Angkatan yang kemudian mengenal bahwa Allah yang
perkasa telah menuntun bangsa Israel mencapai kebebasan. Saat bangsa Isreal
menghadapi jalan buntu (tidak ada jalan), Tuhan Allah sanggup membelah laut
supaya bangsa Isarel bisa melewati lautan dan mereka bebas. Keajaiban itu jelas
dilihat oleh bangsa Israel yang keluar dari bangsa Mesir. Bila tidak diulang-ulang
dicatat, maka kejadian itu hanya menjadi kejadian yang usang (sejarah), lapuk,
dan selesai begitu saja. Kejadian di padang gurun itu menjadi berita dari
generasi ke generasi sehingga gereja jangan pernah berhenti untuk membaca Kitab
Suci. Seringkali pengertian dan persepsi kita salah saat berkata tentang
gereja. Seolah-olah gereja itu adalah wujud fisik (gedung) nya. Seolah-olah
gereja adalah Sung mushi (Pdt. Sung) yang
dulu mendirikan gedung gereja ini. Seolah-olah gereja itu adalah Sung shimu (Ev. Helen Sung) atau Guo mushi (Pdt. Hery Kwok), Guo shimu (Ev. Susan Maqdalena), Vera Chuang Tau (Ev. L Vera Sitorus), Pdt. Stephen Tong atau hamba Tuhan
lainnya. Bukan! Gereja itu adalah kita. Gereja itu adalah manusia-manusianya
yang telah dipisahkan dan disucikan oleh Allah sehingga menjadi komunitas
orang-orang percaya yang sudah dikuduskan oleh Allah. Seharusnya berita kita
adalah tentang Allah yang maha kasih, maha dahsyat dan sanggup membuat bangsa
Israel berputar 40 tahun di padang gurun dan banyak orang Israel yang gagal
masuk ke Tanah Kanaan. Berbeda dengan Tuhan Yesus yang langsung menjawab “Ada
Tertulis”. Jadi firman Tuhan yang tertulis ini oleh gereja harus diulang –ulang
membicaraaknnya. Gereja itu adalah diri kita. Diri kita diciptakan untuk membaca
Kitab Suci dan bukan saja dibaca saat ibadah Minggu. Secara pribadi kita harus
melihat kesalahan ini supaya tidak terulang. Supaya angkatan yang kemudian juga
mendengarkan. Supaya anak yang akan lahir kelak dapat membangun dirinya untuk
tidak mengulangi sejarah dan kesalahan sejarah.
2.
Supaya menaruh
kepercayaan kepada Allah dan memegang perintah-perintahNya
Maz 78:7 supaya mereka menaruh
kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi
memegang perintah-perintah-Nya; Jumat kemarin saya khotbah di persekutuan guru SKKK
Jakarta dengan nats kutipan dari 1 Petrus 2:9-10 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah,
tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani
tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. Nats ini tentang “Tuhan
sudah memilih”. Kalau kita dipilih oleh Presiden Jokowi yang menjadi pemimpin
nomor 1 di Indonesia sebagai rekanan kerjanya, tentu kita akan merasa senang
sekali. Bila kita diundang ke istana saja oleh Presiden Jokowi dari 240 juta
penduduk Indonesia, kita tentu senang. Tetapi ketika Tuhan Yesus memilih kita,
karena yang memilih tidak terlihat maka hidup kita seolah-olah biasa-biasa
saja. Padahal yang memilih kita adalah Raja di atas segala raja, jauh melampaui
Presiden Jokowi. Tetapi karena tidak kelihatan, maka tidak dianggap sebagai
sesuatu yang tidak terlalu penting.
Ketika terjadi sesuatu peristiwa dalam hidup, kita sangat sulit mempercayakannya
pada Allah. Contoh kemarin saat kami melakukan
pembesukan di RS Husada. Ada 1 bapak yang terbaring di ujung ruang ICU. Saya
mantan perawat dan sudah biasa melihat kondisi pasien. Saya tahu kondisi Bapak
tersebut sudah kritis. Tetapi istri-nya mengatakan, “Sebentar lagi kami mau
pindahkan ke Rumah Sakit Siloam Karawaci karena ada dokter Eka.” Saya berkata, “A-yi,
kalau mau dipindahkan agar dilakukan secepatnya (sekarang juga). Di mana
ambulannya?” Sang istri menjawab, “Tidak tahu, anak saya sedang mengurusnya di
luar.” Akhirnya kami mendoakan orang sakit itu. Di dalam hati saya berkata, “Bagaimana
cara mengatakan ke a-yi ini yang tidak mau mempercayai RS Husada dan mau memindahkan
suaminya ke RS Siloam karena lebih percaya ke dr. Eka?”. Saya yang melihat
tensinya (batas atas 170 dan bawahnya minim sekali) , tidak mau ia meninggal di
tengah jalan. Karena kondisi Bapak itu sama sekali tidak melakukan respons. Hanya
karena mesin pemacu jantung, ia masih bertahan hidup. Tapi kalau dicabut, maka
dalam hitungan menit ia sudah tidak ada lagi.
Kita juga sering tidak mau mempercayai Allah yang tidak kelihatan dan hanya
mau berusaha sekuat tenaga sendiri saja (semampuku). Sehingga tugas orang
percaya – lah untuk memberitakan dari generasi ke generasi kemahakuasaan Allah
supaya mereka menaruh kepercayaan pada Allah. Terlalu banyak orang berduit saat
ini yang tidak percaya kepada Allah. Dikiranya mereka bisa membeli hidup. Istrinya
berpikir dengan uangnya bisa memindahkan suaminya ke rumah sakit lain yang
mahal karena ada dokter yang bisa mengatasi sakitnya. Ada juga penderita sakit
kanker yang berusaha dikemo agar bisa hidup. Obat kemoterapi menjadi tujuannya
agar bisa sembuh lagi. Saya tidak memprovokasi tetapi pengalaman saya di rumah
sakit menunjukkan bahwa pengobatan kemoterapi membuat “neraka” besar bagi si
penderita. Zat kimia yang masuk ke dalam tubuh membuat penderita merasa gelisah
secara psikis dan membuat tidak sanggup menelan dan tidak berdaya. Sehingga ketika
dokter mengusulkan penggunaannya maka untuk pemakaian obat tersebut harus diputuskan
oleh sang pasien sendiri. Padahal ujung-ujungnya pasien akan meninggal juga
dengan terkuras semua harta, kekuatan dan kesabaran. Itulah sebabnya , Asaf
menyanyikan dan menceritakannya berulang-ulang dari generasi ke generasi supaya
mereka menaruh kepercayaan pada Allah yang maha kuasa. Yang tercatat adalah
perbuatan Allah supaya manusia percaya pada Allah yang menciptakanNya di dunia
ini dengan melihat perbuatan-perbuatan Allah yang hebat dan agung. Sehingga
diri kita meletakkan iman percaya kita pada Tuhan. Namun orang Kristen tidak boleh
menyerah begitu saja, melainkan memegang perintah-perintahNya. Kata “memegang”
adalah kata kerja. Memegang itu bukan bersifat pasif melainkan aktif. Segala
sesuatu yang kita pikirkan, lakukan, tindak lanjuti harus selalu didasarkan
pada firman Tuhan. Saat ke kamar mandi pun kita harus berdoa karena cukup banyak
orang mati saat masuk ke kamar mandi akibat terpeleset.
Namun seringkali kita merasa biasa saja di dalam hidup ini, tidak sepenuhnya meletakkan kepercayaan pada
Tuhan. Hanya pada waktu tertentu saja kita bisa berdoa kepada Tuhan.
Sampai-sampai saat makan minum pun ada orang Kristen yang berdoa hanya karena
kebiasaan saja. Jarang yang tahu dan memikirkan bahwa ada virus di dalam
perangkat makannya. Jadi kita harus berhati-hati makan di luar. Penyakit Tuberkolosis
(TBC) dan hepatitis B cara penularannya
melalui kontak langsung dengan alat yang digunakan si penderita
penyakitnya yaitu sendok dan piring. Restoran-restoran di Indonesia tidak mau
mencuci piring dengan air panas alias hanya dicuci dengan air biasa saja. Waktu
kita makan di restoran di situ ada banyak virus yang tidak kasat mata, maka
kita berdoa, “Sucikan dan kuduskanlah....” Itu sudah terpatri di otak kita.
Tuhan Yesus mengajarkan berdoa dalam namaNya dan makanan yang disantap agar disucikan oleh kuasa darah Tuhan sehingga kita
tidak perlu ragu-ragu. Yang menjadi permasalahan adalah berdoa itu sudah
seperti biasa, tidak lagi mementingkan makna sesungguhnya . Seharusnya kita percaya
kepada Allah dan Tuhan Yesus dan Dia menguduskan makanan itu sehingga iman
percayanya kepada Tuhan. Saya tidak menghakimi itulah yang terjadi. Itu
sebabnya ayat 7 mengatakan : Menaruh
kepercayaan pada Allah dan semua perintah Allah itu harus dilakukan.
3.
Agar tidak mengulang
kesalahan nenek moyang
Maz 78:8 dan jangan seperti nenek moyang
mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya
dan tidak setia jiwanya kepada Allah. Angkatan yang tidak tetap hatinya dan
tidak setia jiwanya kepada Allah (nenek moyang) telah melakukan kesalahan dan
sejarah kesalahan, dan hal itu agar tidak diulangi lagi oleh kita yang hidup di
padang gurun dunia ini dengan segala manipulasi dan kepalsuannya. Dunia ini memang
penuh dengan segala kepalsuan.
Dahulu ketika saya masih menjadi perawat (sebelum menjadi hamba Tuhan), tugas
saya dimutasi ke kamar operasi menjadi rekanan dokter instrumen untuk operasi. Kemudian
saya diberitahu bahwa waktu kerja saya harus masuk setiap hari Mingu dari pk 7 sampai
Senin pk 7 alias bekerja 24 jam sehingga saya tidak bisa ke gereja. Awalnya karena
baru masuk saya menerima tugas itu. Tetapi setelah empat hari minggu berlalu
tanpa ke gereja, saya mulai gelisah. Lalu saya pun mengajukan protes ke
pimpinan,”Tolong ijinkan saya untuk beribadah di hari Minggu. Karena kalau
bekerja dari pk 7 hari Minggu sampai pk 7 hari Senin, kapan saya bisa ke
gereja?” Biasanya kalau bawahan yang mengajukan permintaan ditertawakan. “Vera,
RS Sumber Waras sejak didirikan belum pernah ada yang protes. Semua yang diminta
ke perawat pasti dikerjakan.” Begitu tanggapan yang saya terima. Saya katakan ,”Baiklah.
Ini lain dari yang lain.” Dengan sedikit mengejek atasan saya menanggapi, “Jadi
kamu maunya hari Minggu libur?” Saya berkata,”Tidak juga. Hanya ijinkan saya beribadah.”
Di Jakarta tidak ada ibadah pada pk 5 pagi. Ibadah paling pagi hari Minggu ada di
GKI yang mulai pk 6 selesai pk 7.30 padahal waktu kerja mulai pk 7. Jadi saya
protes karena tidak bisa ke gereja. Singkat cerita permintaan ini dibawa ke
rapat pimpinan rumah sakit. Bisa jadi saya ditertawakan. Lalu saya ditelepon,”Vera
Sitorus, Tuhan pun tahu kamu sedang bekerja. Jadi tidak apa-apa tidak datang ke
gereja.” Kemudian saya menjawab, “Suster tolong kasih tahu sama Tuhan Yesus
saya, karena sudah 4 minggu saya tidak ke gereja, sangat gelisah hati saya.
Jadi kalau memang saya harus bekerja di hari Minggu, tolong jangan kasih saya perasaan
gelisah. Agar saya tenang-tenang saja bekerja sebagai perawat.” Kemudian suster
itu menutup teleponnya dan rapat lagi untuk membahas permintaan yang saya utarakan
karena saya haus akan firman Tuhan dan tidak sanggup tanpanya. Walau rajin melakukan
renungan setiap hari, saya tetap butuh firman Tuhan yang disampaikan hamba
Tuhan di mimbar untuk menjadi kekuatan selama beraktivitas minggu itu karena
dunia ini ibarat padang gurun. Tidak lama kemudian datang telepon dari tempat
mereka rapat dan disampaikan ke saya, “Kalau begitu silahkan pergi ke gereja
sampai pk 7.30 karena pada hari Minggu tidak ada operasi yang direncanakan.”
Operasi pada hari Minggu memang diadakan kondisi tertentu seperti untuk pasien
yang akan melahirkan darurat, pasien kecelakaan sehingga terjadi pendarahan di
otak atau kakinya patah dan lain-lain. Suster kepala menambahkan,” Silahkan kamu
beribadah, tetapi dengan catatan pakai mobil ambulan!” Di satu sisi saya senang
karena bisa menghemat ongkos bajaj. Tetapi di sisi lain, jemaat akan melihat
ambulans yang saya gunakan dan pasti akan bertanya-tanya. Risih rasanya. Tetapi
saya terima syarat ini sampai saya tinggalkan rumah sakit setahun kemudian. Dunia
ini banyak memanipulasi dosa sehingga kita butuh firman Tuhan untuk menguatkan dan
meneguhkan agar kesalahan sejarah tidak terulang dalam diri saya.
4.
Agar tidak berbuat dosa
dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di Padang Kering
Pada Maz 78:17 dikatakan Tetapi mereka terus berbuat dosa terhadap
Dia, dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di padang kering. Beritakan
dari generasi ke generasi tentang orang Israel yang berputar-putar di padang
gurun dan satu-satunya yang berhasil keluar padang gurun adalah Tuhan Yesus
yang tidak memberontak terhadap kehendak Allah. Yesus membaca tulisan tentang kesalahan
dalam sejarah bangsa Isarel dan Tuhan Yesus merenungkannya lalu Yesus menjawab
Iblis dengan firman Tuhan. Apa jawaban (perkataan) kita bila menghadapi godaan
yang dialami oleh Yesus? Apakah anak cucu kita melihat apa yang terjadi dengan
diri kita atau hanya mendengar perkataan yang disampaikan saja? Apakah mereka
merasakan perbedaan dalam kehidupan kita setelah mengenal dan memaknai firman
Tuhan? Sabtu lalu ada acara pasutri berupa gathering
di Ancol dan saya diminta untuk membawa anak-anak pasutri keluar supaya orang
tua-nya bisa mendengar firman Tuhan. Ternyata di luar ada acara hiburan di panggung
terbuka yang membawakan lagu-lagu yang duniawi. Ada satu lagu yang saya suka saat
itu yaitu Kopi Dangdut. Saat mendengar lagu itu dilantunkan , saya langsung ikut
menari dengan adiknya Charlotte (Cornelius). Tetapi ada anak Sekolah Minggu (Charlotte
dan Keeva) yang sedang bermain pasir memandang dengan singit dan mengatakan, “Itu
bukan lagu gereja!” Tindakan saya sebenarnya bertujuan ingin menggoda adiknya
Charlotte. Tetapi anak generasi sekarang sudah tahu menegur orang tua yang berumur
50 tahun, padahal mereka tidak pusing dengan saya. Pernyataan itu kemudian ia
ulangi lagi, “Itu bukan lagu gereja!” Saya ulang lagi tindakan dan kembali ia
mengatakan,”Itu bukan lagu gereja Chuang Tao!” Terdapat banyak padang gurun di
dunia ini yang memanipulasi dan itu bukan tempat yang enak. Kalau tidak
waspada, kita bisa terhisap di dalamnya. Padang gurun bisa menghisap cara
berpikir kita, kalau dari generasi ke generasi tidak diberitakan. Generasi itu
adalah kita. Generasi berikutnya Charlotte dan Keeva. Setelah besar, mereka
akan punya anak lagi. Padang gurun harus terus diberitakan agar generasi di
bawah kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Untuk mengatasi padang gurun
itu, kita harus meneladani Yesus Kristus yang membaca, mendengar , merenungkan dan melakukan
firman Tuhan yang sudah ada tertulis. Supaya kita tidak berputar-putar di
padang gurun dunia ini , maka jalan keluarnya adalah firman Tuhan. Baik saat berdagang,
berusaha , bekerja atau apa pun juga, firman Tuhan cukup menjawab kebutuhan
kita. Jadi kalau bukan diri kita yang kita paksakan untuk membacanya , maka
kita tidak akan bisa membawa generasi berikutnya untuk hormat dan takut kepada
Tuhan. Hanya omong kosong saja yang kita sampaikan. Sekarang ini padang gurun
apa yang sedang dirasakan? Sudah ada jalan keluar yang tertulis, keluarlah dari
padang gurun itu!
Maz 78:72 Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan
menuntun mereka dengan kecakapan tangannya. Tuhan menggembalakan kita dengan
ketulusan hatiNya dan menuntun kita dengan kecakapan tanganNya, sehingga
sekalipun kita masih ada di padang gurun ini, kita bisa menikmati kecakapan
tangan Tuhan yang menolong kita. Mari kita membaca Kitab Suci, merenungkannya
dan taat seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Amin.
No comments:
Post a Comment