Ev. Susan Kwok
1 Raja-Raja 19:1-3
1 Ketika Ahab memberitahukan kepada
Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu
dengan pedang,
2
maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia:
"Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada
itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti
nyawa salah seorang dari mereka itu."
3
Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan
setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan
bujangnya di sana.
4
Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu
duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya:
"Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak
lebih baik dari pada nenek moyangku."
Matius 27:3-5
3
Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah
dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga
puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
4
dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang
tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu
urusanmu sendiri!"
5
Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi
dari situ dan menggantung diri.
Pendahuluan
Siapa
yang tidak pernah putus asa? Putus asa berarti tidak ada harapan lagi. Orang
yang tidak punya harapan biasanya berkata, “Aduh saya sudah setengah mati” karena
harapan itu adalah inti dari kehidupan. Walau hidup itu sulit tetapi selama
masih ada harapan, orang akan terus berusaha. Tetapi kalau harapan sudah
hilang, maka sepertinya tidak ada hidup lagi. Tanpa diundang keputusasaan bisa
datang. Baik orang dewasa maupun anak-anak bisa putus asa. Keponakan saya saat
berusia 10 tahun merasa putus asa terhadap sekolah karena PR yang begitu banyak
ditambah les . Awalnya ia senang ke sekolah tapi lama-lama dia tidak mau lagi.
Setiap kali mau sekolah dia menangis sehingga orang tuanya kemudian mencari jalan keluar untuk mengatasinya.
Ada juga seorang anak SD kelas 4 didapati orang-tuanya meninggal karena
menggantung diri di pintu. Di dalam buku catatannya dia menulis bahwa dia bunuh
diri karena putus asa akibat tidak mampu membayar uang sekolah. Kalau anak
kecil bisa putus asa, apalagi orang dewasa. Jemaat bisa putus asa demikian pula
dengan hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan “besar” bisa putus asa.
1.
Nabi Elia.
Siapa yang tidak kenal nabi Elia? Seluruh orang Israel
mengenal nabi Elia dan sepanjang zaman Yesus orang mengenalnya. Pada waktu dimuliakan
di atas gunung (transfigurasi), Yesus didampingi oleh Elia dan Musa. Itu
tandanya Elia bukan orang sembarangan. Dalam kitab 1 Raja-Raja dikisahkan
bagaimana melalui Elia terjadi banyak mujizat. Dengan membaca Alkitab kita akan
menghormati Elia dan menghargai bagaimana Elia melayani Tuhan. Suatu hari Elia mengalami
putus asa. Ia merasa mau mati.
Mengapa Elia putus asa? Sebagai hamba Tuhan , ia
melakukan banyak tugasnya sendirian. Ia menghadapi sendirian orang Israel yang
jahat dan raja-ratu Israel yang tidak percaya dan membangun banyak berhala.
Pelayanan bertumpuk yang harus dikerjakan , membuat Elia secara fisik dan
mental menjadi lelah. Kelelahan ini ditambah dengan kebingungan Elia “Ia sudah
melakukan firman Tuhan tetapi mengapa orang Israel tidak bertobat?”. Elia
berkhotbah dari dengan lembut sampai memberi peringatan keras, dan banyak mujizat
dilakukan di hadapan orang Israel tetapi tidak ada yang bertobat. Bahkan
setelah melakukan perintah Tuhan dengan membakar nabi-nabi Baal, malah kemudian berbalik
ia yang akan dibunuh. Elia menjadi bingung karena ia berpikir, “Bukankah kalau
saya sudah melakukan firman Tuhan maka seharusnya semuanya berjalan lancar,
tetapi kenapa ia mau dibunuh?” Itu sebabnya ia menjadi takut karena ia merasa bersalah
dalam perbuatannya. Ia kemudian masuk ke padang gurun dan tidur dengan harapan
bahwa saat terbangun ia tidak lagi di bumi tetapi di sorga. Pada ayat ke-10 dan
14 Elia mencurahkan isi hatinya: “Aku seorang diri bekerja segiat-giatnya dan
aku lelah. Aku sudah baik-baik mengerjakannya mengapa jadinya begini? Aku sudah
menunjukkan banyak hal yang luar biasa, mengapa mereka tidak bertobat, Tuhan?”
Akhirnya ia mau mati. Elia sungguh-sungguh mau mati karena putus asa. Dia minta
kepada Tuhan agar mencabut nyawanya.
Terdapat banyak contoh keputus-asaan dalam keluarga,
perusahaan, dan kehidupan. Di dalam keputusasaan, kita mencoba mencari jalan
keluar yang bisa menolong kita. Ada istri yang suaminya selingkuh sehingga akhirnya
ia memotong kemaluan suaminya. Sang istri sudah putus asa, kalau suaminya dinasehati,
tidak mau mendengar. Istrinya berpikir, Ini cara satu-satunya agar suaminya
tidak selingkuh lagi. Padahal selingkuh bisa ada di dalam hati. Selingkuh bisa
dengan pikiran. Ini yang tidak diketahui Sang Istri. Pada beberapa tahun lalu, ada
juga istri yang mengalami hal yang sama (suaminya selingkuh). Pada waktu suaminya
tidur, dia memotong kemaluan suaminya dan membuangnya ke kandang ayam.
Intinya banyak hal yang bisa membuat kita putus asa.
Bagaimana Allah memberi jawaban kepada Elia? Allah tahu bahwa Elia jenuh dan
lelah secara fisik maupun mental, tetapi Elia juga salah dalam hal pemahaman
terhadap Allah. Itu sebabnya saat Elia bangun dari tidur, Allah mengutus
malaikat untuk memberinya makanan. Elia makan lalu tidur lagi. Keesokan paginya
Allah memberi ia makan dan ia menjadi kuat. Allah tahu bahwa saat itu Elia
perlu kepulihan fisik dan istirahat secara mental. Setelah siap, Elia bisa
berjalan 40 hari dan 40 malam untuk mendapatkan berita yang penting lagi dari
Tuhan. Elia manusia, demikian juga kita. Kalau Elia bisa lelah secara fisik dan
mental, kita juga bisa. Kalau Elia selaku hamba Tuhan bisa memiliki pandangan
yang salah terhadap Tuhan, apalagi kita.
Dan salah satu cara Allah memulihkan fisik dan mental, Allah mengatakan,
“enam hari lamanya engkau akan bekerja
dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan” (Kel 20:9-10a). Selama 6
hari manusia memikirkan banyak hal dalam pekerjaan dan lain-lain sehingga perlu
istirahat, setelah itu manusia perlu mengkhususkan waktu untuk duduk diam (tidak
melakukan pekerjaan dan duduk mendengarkan firman Tuhan). Lalu Elia mencurahkan
isi hatinya kepada Tuhan dan Allah memberitahukan berita penting (1 Raja-Raja
19:15-18). Allah tahu apa yang harus Elia perbuat. Tuhan berkata, “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu
orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang
mulutnya tidak mencium dia." Elia terbatas dalam pandangan dan penilaian
, tetapi Allah membukakan kenyataan sebenarnya. “Kamu jangan putus asa karena
pelayananmu tidak sia-sia. Karena apa yang kau kerjakan di dalam Tuhan tidak
pernah gagal!” Pernah tidak kita merasa gagal dalam hidup? Misal : gagal
mendidik anak, gagal membina hubungan harmonis dengan pasangan kita, gagal di
dalam menerapkan kebijakan dalam perusahaan sehingga perusahaan tidak maju
malah bangkrut dll. Kegagalan-kegagalan mungkin ada di tengah kita. Tetapi saat
itu kita perlu pergi ke pribadi yang benar. Ketika permasalahan datang dan
membuat putus asa, kita harus tahu kemana kita harus pergi. Kita tahu dan kita berseru. Ketika kita
berseru Allah menjawab kita dan kita harus belajar peka mendengarnya!
2.
Yudas.
Matius
27:3-5 Pada waktu Yudas, yang
menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah
ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam
kepala dan tua-tua, dan berkata:
"Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah."
Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke
dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
Yudas mengalami keputus-asaan dan kemudian ia
mengambil jalan pintas : bunuh diri! Elia meminta kepada Allah untuk membunuhnya,
tetapi Yudas memutuskan membunuh dirinya sendiri. Apakah Tuhan tidak
mengingatkan dan mengasihi Yudas? Allah mengasihi Yudas seperti Allah mengasihi
Elia! Sebelum Yudas melakukan dosa yang besar, Yesus sudah mengingatkan Yudas
beberapa kali. Pada perjamuan malam terakhir, Yesus mengawali pembicaraan
dengan murid-muridNya dengan berkata, "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan
Aku." (Mat 26:21). Kalau Yudas peka, maka seharusnya ia berhenti saat
itu dan jangan melakukan pengkhianatan.
Karena Yesus sudah tahu, pengkhianatan besar akan terjadi. Tetapi ia
tetap melanjutkan rencananya. Ketika murid-muridnya bertanya, “Siapa? Siapa?”
Yesus berkata, “Orang yang Aku berikan roti dan anggur perjamuan ini, dialah
yang akan menghianati Aku!”. Lalu Yesus memberikannya kepada Yudas. Artinya
Yesus tahu siapa yang akan menghianatiNya. Setelah itu Yudas bisa berhenti dari
pengkhianatannya. Kita lebih sering seperti Yudas. Allah memperingatkan dan
akhirnya kita jatuh dan putus asa. Ibarat seorang ayah yang memiliki 7 orang
anak. Suatu hari dia mengumpulkan anak-anaknya dan bertanya, “Siapa yang
mencuri uang Rp 1 juta dari dompet ayah?” Anak-anak saling bertanya, “Hayo
siapa yang mencuri?” Lalu sang ayah berkata, “Yang mencuri adalah orang yang saya
berikan pempek Palembang! Sang ayah bertanya bukan karena dia tidak tahu tapi agar
anaknya mengaku dan tidak mengulangi perbuatannya. Lalu sang ayah mengambil
pempek Palembang dan memberikannya kepada seorang anak. Siapa yang mencuri?
Yaitu anak yang dikasih pempek Palembang. Tetapi anak ini kemudian berkata, “Bukan
saya! Bukan saya!” Lalu ia keluar dari rumah dan tidak pernah balik lagi untuk
minta maaf seperti Yudas yang mengambil keputusan untuk bunuh diri. Akhirnya
Yudas dicatat sebagai seorang pengkhianat. Dia mempunyai catatan yang gelap
dalam hidupnya. Kalau Elia ditolong Tuhan dengan cara yang indah karena Elia
mau terbuka mengungkapkan masalahnya kepada Tuhan tanpa ditutupi. Elisa
kemudian menggantikan Elia. Namun Elia punya kelebihan yang tidak dimiliki orang
lain. Elia dicatat sebagai orang yang dibawa ke sorga oleh Allah dengan kereta
kuda berapi! Elia tidak perlu mengalami sakit fisik dan kematian. Hanya Henokh
dan Elia yang tidak mengalami kematian. Artinya apa? Seakan Tuhan berkata, “Aku
mengerti keputusasaanmu, dan sekarang Aku memanggilmu karena sudah waktunya.
Aku akan mengangkat engkau dan bebanmu sehingga engkau tidak mengalami
keputusasaan.” Tetapi kalau Tuhan belum mengijinkan kita untuk lepas dari
permasalahan, apakah kita akan mengambil keputsuan seperti Yudas? Bila hamba
Tuhan bunuh diri di kamar, jemaat gempar. Sang hamba Tuhan meninggalkan
catatan, “Saya lelah melayani di gereja. Jemaatnya sulit diingatkan karena keras
kepala. Semua saya kerjakan sendiri karena tidak ada yang mau menolong saya.
Sudah tidak ada harapan untuk jemaat di sini. Tidak ada harapan untuk melayani
di sini. Saya lelah. Saya mau pulang saja!” Lalu ia pun menggantung diri di
kamar mandi namun masalah tidak selesai karena akan diminta pertanggungjawabannya
oleh Tuhan. Tuhan akan berkata, “Beraninya kamu menghabisi hidupmu. Kamu masih
harus kerja dan berlelah., Kembalilah lagi!” Sebelum Tuhan menyatakan cukup
berarti Tuhan masih akan memberikan kekuatan.
3.
Jemaat mula-mula
Kis 4:29
Dan
sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah
kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Kisah Para Rasul pasal 4 bercerita tentang jemaat
mula-mula yang diambang keputusasaan. Jemaat ini luar biasa, mereka tidak berdoa
supaya mereka Tuhan melepaskan masalah, tetapi mereka minta keberanian untuk
memberitakan firman Tuhan. Seharusnya doa jemaat Yerusalem ini menjadi bahan
evaluasi doa kita selama ini. Ketika kita menghadapi banyak masalah, pernahkah
terucap dari bibir kita, “Tuhan berikan kita keberanian menghadapi masalah (tidak
lari dari masalah) ini.” Hidup ini susah. Tahun ini katanya kondisi ekonomi
tambah susah dibanding tahun lalu. Tahun depan siapa yang menjamin lebih mudah
dari tahun ini? Bagaimana kalau tahun depan lebih susah dari tahun ini? Apa
yang kita butuhkan untuk menghadapi kesusahan demi kesusahan? Keberanian dari
Tuhan! Keberanian didasarkan kepada percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan
kita. Allah bisa saja mengijinkan masalah datang lagi. Jangan berpikir bahwa setelah
berdoa, masalah selesai dan bila masalah lain lagi datang akan cepat selesai.
Jemaat mula-mula setelah berdoa seperti Kis 4:29, tidak lama kemudian hamba
Tuhan mereka yaitu Stefanus mati dibunuh dengan jalan dilempar dengan batu (Kis
7:58). Berdoa bukan berarti kebal dari masalah. 1 Kor 10:13: 13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak
akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia
akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Kesimpulan
1.
Hidup ini tidak gampang,
jadi jangan hidup secara gampangan.
Hidup gampangan itu hidup yang dibuai oleh mimpi-mimpi. Ada yang hanya mimpi menjadi
kaya, tetapi kenyataannya tidak pernah mau bekerja keras. Ada juga yang bermimpi punya banyak investasi
tetapi hidupnya boros atau ada yang bermimpi mendapat istri yang setia, tetapi
dirinya playboy (suka gonti-ganti pacar) alias tidak setia!
2.
Hidup orang
percaya tidak terlepas dari pikul salib. Kalau mau hidup melayani Yesus, maka
orang percaya harus siap menderita
(tetapi bukan penderitaan yang dicari-cari). Kalau hidup sesuai dengan firman
Tuhan dan dunia menolak maka kita akan menderita. Seperti apa yang dikatakan
pada Mat 16:24 Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
3. Jangan sok pintar dan sok tahu di hadapan
Tuhan. Apa adanya di hadapan Tuhan yang Maha
Tahu. Mazmur 73:21-24 ditulis oleh Asaf. Sebagai orang percaya, ia banyak
menemukan tanda tanya, kebingungan yang membuat dia tidak percaya lagi pada
Tuhan. Antara lain mengapa usaha orang fasik , orang jahat dan orang tidak
percaya lebih lancar dari orang percaya? Mengapa orang dunia lebih sehat ,
lebih gemuk, tidak banyak penyakit dibanding orang percaya yang tambah lama
tambah banyak penyakit? Bukankah kita juga suka bertanya begitu dan kadangkala pertanyaan kita tidak ada jawabannya.
Hal itu kemudian seringkali membuat kita ragu apakah Tuhan ada atau tidak ?
Kemudian Asaf masuk ke bait Allah dan mulai mengerti. Saat di bait Allah, Tuhan
berkata, “Asaf nanti kamu lihat ujung hidup mereka atau waktu Aku memanggil
kamu di rumahKu baru kamu mengerti bahwa kalau kamu susah itu bukan kegagalan.”
Karena banyak kejadian dalam hidup yang tidak terduga. Ada hamba Tuhan yang
istrinya meninggal tertabrak, tetapi ia baru tahu 1-2 hari kemudian. Karena
pada hari istrinya meninggalkan rumah pergi ke kos anaknya setelah mereka berdua
ribut mulut. Orang kalau marah tidak mau bertanya. Ia pikir bahwa istrinya pergi
1-2 jam tidak apa-apa. Biarkan saja nanti juga kembali. Setelah sehari pergi,
ia mengira bahwa paling juga istrinya akan pulang nanti malam. Tetapi ketika
tidak pulang sampai besok, baru tanya mengapa tidak pulang? Barulah ia bertanya
kepada anaknya, “Apakah mamamu di sana?” Ketika anaknya menjawab “Tidak ada!” barulah
ia terkejut. Lalu ia mencari ke sana-sini dan kemudian mendapat berita, “Bapak
silahkan datang ke rumah sakit untuk memeriksa apakah jenazah ini benar istri Bapak?” Ada
kejadian tidak terduga dan bila dialami membuat kita bersedih dan penuh penyesalan?
Itu bisa membuat kita putus asa. Semalam ada seorang hamba Tuhan yang mengirim
pesan melalui Blackberry kepada mu shi, “Pak Heri tanggal 3 September kemarin
istri saya meninggal menjadi korban tabrak lari. Sekarang saya sedang dirawat,
dan bila sembuh kemungkinan besar saya pincang.” Dia adalah orang yang coba
kami kenalkan ke salah satu gereja di Sumatera Selatan untuk pelayanan. Baru
sebulan lalu kami berbincang-bincang dengannya dan bertanya tentang CV-nya. Di
sana tertulis namanya, nama istri dan kedua anaknya. Tetapi sekarang ia harus
menulis bahwa status istrinya : almarhumah. Kejadian yang tidak terduga seperti
ini bisa membuat kita putus asa.
4. Terus
tegar jangan sampai putus asa. Sekitar 2 minggu lalu, kesehatan Ai Willy mengalami
gangguan. Sebelumnya ia tidak pernah menangis, tetapi waktu kami membesuknya ia
menangis. Dia bertanya, “Shi mu, apa maksud Tuhan membuat saya sakit lama? Karena
saya masih ingin membangun GKKK.” Kadang saya berpikir, “Wah orang ini sudah
terbaring di tempat tidur, mengapa bisa memikirkan bahwa saya masih ingin
membangun GKKK?” Kadang kala sebagai orang sehat , kita mengalami putus asa. Sedangkan
Ai Willy yang terbaring di rumah sakit dari tanggal 11 September baru pulang ke
rumah dengan kondisi belum terlalu baik sekitar seminggu lalu. Saat terakhir
membesuknya, tangan dan lehernya sedikit bengkak tetapi ia masih bilang, “Titip
salam buat jemaat. Doakan saya, tetapi jangan besuk karena butuh istirahat.”
Ini contoh hidup. Orang yang susah sekali biasanya putus asa. Tetapi Ai Willy tidak
putus asa dan terus minta didoakan dan sering berdoa sendiri.
No comments:
Post a Comment