Pdt.
Yakub Susabda
Maz 127
1
Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal
kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
2
Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan
makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada
yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
3
Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan
buah kandungan adalah suatu upah.
4
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada
masa muda.
5
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan
semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan
musuh-musuh di pintu gerbang.
Pendahuluan
Maz 127:1 Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya. Tema hari ini “Allah Sanggup Pulihkan Keluargaku”, lalu
keluarga akan dipulihkan seperti apa? Kalau pengertian keluarga dipulihkan hanya
agar suami-istri bisa saling mencintai, maka tidak ada keunikan iman Kristen.
Kalau kita berpikir mengenai Tuhan, tidak semua keluarga yang baik dan saling
mencintai adalah keluarga yang dibangun oleh Allah.
Allah hanya mencipta 2 macam lembaga yaitu
1.
Gereja. Mat 16:15-19 Lalu Yesus bertanya kepada
mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah
Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab
bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di
sorga. Dan Akupun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia
ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas
di sorga." Segala sesuatu yang mengasihi Allah tidak pernah muncul
dari hati manusia. Kalau pikiran dan
hati manusia yang membuat manusia menjadi percaya kepada Tuhan, itu
bukan keselamatan! Karena keselamatan adalah anugerah semata. Sehingga dalam
hal keselamatan, kita harus percaya sesuatu yang sepertinya tidak masuk akal
yakni Allah membangun gereja!
2.
Keluarga. Kej 1:26-28 Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi." Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu
Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Allah berinisiatif menciptakan manusia menurut
gambar dan rupaNya lalu memberkati mereka. Allah kemudian menyatukan laki-laki
dan perempuan dalam ikatan pernikahan dan memberikan mandat untuk beranak cucu
, menaklukkan bumi dan kerjakan!
Tujuan Allah Menciptakan Keluarga
Di
dalam keluarga, manusia dilahirkan dan dipersiapkan supaya menjadi mitra dan
rekan kerja Allah. Bila dalam keluarga ada 3 anak, maka untuk ketiganya Allah
punya rencana berbeda. Mungkin ada yang jadi dokter, guru TK atau businessman.
Anak bukan milik orang tua tetapi titipan Allah. Orang tua agar mempersiapkan
anak-anak yang dititipkan. Jangan sampai anak-anaknya digerakkan insting untuk hanya
hidup dan kaya, karena bila demikian bisa menjadi musuh Allah. Maz 127:4 Seperti anak-anak panah di tangan
pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Anak-anak harus seperti panah
di tangan pahlawan, supaya ditargetkan mencapai sasaran yang Tuhan mau. Kalau
anak mau menjadi guru TK, maka orang tua harus mendukungnya. Tugas orang tua
untuk melengkapi dan menyiapkannya. Nantinya pada masa remaja, anak itu akan mengenal
talentanya, menyukainya dan mempunyai beban menjadi seorang guru TK. Seperti
Allah kehendaki manusia untuk menaklukkan bumi dan mengerjakannya (Kejadian 1).
Roma
8:31 Sebab itu apakah yang akan kita
katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan
melawan kita? Roma 8 Allah membebaskan manusia dari jerat dosa. Tujuan mendirikan
keluarga bukan sekedar untuk hidup bahagia. Keluarga dipulihkan maksudnya juga
bukan sekedar yang tadinya bertengkar jadi rukun, tapi itu bukan tujuan utama. Biografi
mantan Presiden (1998-1999) Habibie (79) dituangkan dalam film Habibie dan
Ainun (2012). Film ini menggambarkan cinta Habibie kepada istrinya, Ainun, yang
terkena kanker dan akhirnya meninggal dunia di usia 70 tahun (22 Mei 2010). Habibie
selama beberapa waktu menderita depresi. Ia sedih sekali. Setiap hari ia pergi
ke makam Ainun dan menangis. Kakak Ainun mencarinya dan berkata, “Kamu kan
mantan presiden, mengapa kamu seperti itu? Kalau Ainun tahu, ia akan menyesal
sekali punya suami yang baik tapi depresi seperti ini. Bangun! Indonesia masih
membutuhkan kamu!” Mendengar nama Ainun disebut, Habibie lalu bangun , mandi
dan mulai bekerja. Ia pun berpikir bagaimana hidupnya agar berguna. Suatu kali
ia menulis buku”Habibie dan Ainun”. Salah satu tema di bukunya “Dimana Ainun?”.
Pada bagian ini , ia meminta beberapa
tokoh agama Islam, Budha , Kristen, Katholik dan Hindu, “Tolong jelaskan di mana
Ainun?” Bukunya menggambarkan betapa Habibie dan Ainun saling mencintai. Jadi
kalau tujuan pernikahan hanya untuk memulihkan dan saling mencintai, lalu
keunikan Tuhan Yesus dimana? Cinta memang penting, tapi berapa pun besarnya cinta
manusia, kasih Allah berbeda. Rasul Paulus mengatakan, “Bila kamu saling mencintai
seseorang sampai rela mati dibakar untuk orang itu, tetapi kamu tidak mempunyai
kasih Allah dalam Kristus, cintamu yang luar biasa itu sama
dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Cinta seperti
itu hanya membuat manusia kagum tapi tidak mempunyai nilai kekal. Jadi kalau
Allah membangun rumah dan memulihkan rumah tangga, bukan sekedar supaya
keluarga itu bahagia, saling mencintai dan bisa dinikmati. Bukan!
Maka
saat membicarakan mengenai keluarga Kristen, kita perlu mengetahui syarat
pernikahan Kristen :
a.
Seiman (orang
Kristen harus menikah dengan orang yang seiman). 2 Kor 6:14a Janganlah kamu
merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.
Karena tujuan pernikahan bukan sekedar hidup bahagia. Kalau tujuannya hidup
bahagia, semua orang yang punya pribadi yang sehat dan matang (seperti Habibie)
bisa.
b.
Sepadan.
Untuk menikah selain seiman, pasangan
juga harus sepadan. Kalau pasangan sama-sama dari GKKK sudah seiman tapi belum
tentu sepadan. Seiman tapi tidak sepadan tidak bisa.
Tingkatan Hubungan antara manusia
1.
Best-friend.
Hubungan dengan orang yang baik dan kita sukai, bisa seperti best-friend (sahabat karib) Ini hubungan
yang terbaik.
2.
Close friend.
Hubungan antara manusia yang saling percaya dan menghormati. Di antara hubungan
suami-istri yang saling mencintai tidak
ada rahasia (semua terbuka dan jujur). Saya ingin membahagiakan kamu. Misal : suami
tugas ke luar kota selama 2-3 hari sudah rindu dan ingin menceritakan dan
membagikan kisah kepada istrinya dan membuat sang istri tersenyum. Kalau istri sakit
suami ikut merasa sakit dan sebaliknya. itu close
friend. Itu juga jarang.
Untuk menjadi suami-istri minimal hubungannya close friend. Itu seperti konteks
kehadiran Allah di dalam hidup kita. Di
mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka (Matius 18:20).
Kalau suami-istri tidak terikat dalam kasih Kristus maka gereja tidak ada
Kristus. Jadi kehadiran Allah dalam hidup manusia dalam konteks 2-3 orang
terikat dalam kasih (untuk pernikahan hubungan manusia harus close firend).
3. casual friend (teman biasa). Hubungan
teman biasa tidak bisa membangun rumah
tangga. Seperti dua orang bekerja di pabrik yang sama dan berteman. Setiap
makan siang sama-sama ke food court
dan terkadang nonton bersama karena merasa cocok. Tetapi tidak punya kewajiban
bercerita. Tidak ada ikatan batin di antaranya. Dua orang bisa menjadi suami
istri tetapi kalau hubungannya casual
friend, tidak bisa membangun keluarga Kristen. Ada suami-istri yang hampir
20 tahun tidak pernah bertengkar tapi itu tidak cukup. Mereka bersama untuk melayani
keluarga demi sang anak. Sebagai orang Kristen, dimana kehadiran Roh Kudus
dalam keluarga seperti itu? Seharusnya semakin lama pernikahan pasangan Kristen,
mereka akan menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana secara rohani serta
peranan sebagai suami-istri lebih berkenan kepada Tuhan. Kalau tidak demikian,
maka mereka bukanlah keluarga Kristen! Keluarga Kristen harus mengalami pertumbuhan.
Kalau keluarga hanya sekedar untuk bahagia, tidak berzina dan tidak bertengkar,
itu bukan Christian family. Dan Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya (Maz 127:1b). Membangun hidup
hanya berdasarkan insting seorang survivor
(pencari selamat), ini dilakukan semua orang. Tetapi seharusnya tidak
begitu, pasangan Kristen harus seiman dan sepadan. Kalau casual friend, hanya kenal saja malah merasa asing (saya tidak
kenal) bahkan musuhan. Kalau casual
friend saja hubungannya, suami-istri tidak mungkin mencapai apa yang Tuhan
mau. Seharusnya ikut yang Tuhan mau. Setelah seiman, sepadan baru mengalami
pertumbuhan dan Tuhan membangun segalanya.
Ada sebuah buku yang
ditulis oleh Tom Eishen berjudul “Temptation Man Lives” (?) yakni tentang
godaan yang dialami oleh laki-laki. Menurutnya hampir semua laki-laki selalu
menyediakan waktu, energy dan pikirannya yang terbaik untuk pekerjaan (workplace) dan bukan untuk keluarga. Seorang
laki-laki memang harus bekerja dengan sungguh-sungguh tapi manusia ciptaan Tuhan
diciptakan dengan peran ganda. Tanggung jawab seorang laki-laki bukan hanya dalam
pekerjaannya. Peran laki-laki sebagai seorang suami harus menjadi kepala dan
iman dalam rumah tangganya. Ia tidak bisa cuci tangan dan berkata, “Saya sudah bekerja
10 jam / hari dan masa masih dibebankan urusan pernak-pernik rumah tangga?” Sebagai
seorang suami Kristen harus memahami bahwa hidup ini bukan hanya sediakakan waktu,
energi, pikiran terbaik untuk pekerjaan lalu karena sudah lelah tidak mau
dibebankan urusan rumah tangga (termasuk PR anak-anak dll) dan hanya mau
menonton televisi. Tom Eishen mengatakan,”Hampir semua laki-laki selalu
memandang remeh hal-hal rohani. Sedikit sekali ayah yang mengajarkan anak-anaknya
membaca Alkitab. Sedikit ayah yang dilihat anak-anaknya saat berlurut dan
berdoa (melakukan hal yang menyenangkan hati Tuhan). Walau pun ada Alkitab, ia
lebih suka membaca surat kabar. Kalau laki-laki tidak punya selera rohani, mau
dibawa kemana keluarganya?. Tom Eishen juga mengatakan,”Begitu banyak laki-laki
yang kelihatannya baik tetapi ia masih menikmati hidup seperti seorang bujangan.
Ia ingin menikmati hak seperti seorang lajang seperti pergi ke klub dengan
teman-teman, pijat, mengobrol, setelah kerja lalu kumpul-kumpul untuk karaoke.
Dia lupa bahwa hidup ada tahapannya. Ada yang mengatakan,”Memang aku tidak
boleh punya teman?” Ia masih ingin seperti anak muda. Berpikir dan hidup
seperti dulu saat di SMA. Punya pakaian trendi dan lain-lain. Tidak salah
tetapi di belakangnya punya jiwa yang belum menikah. Banyak laki-laki hidupnya
seperti itu. Begitu menikah sebagai manusia yang sehat jiwanya, harus siap
berpisah dengan hidup masa mudanya. Ia masuk ke dalam hidup dengan tanggugng
jawab yang berbeda. Ia harus menjadi
model dan contoh.
Untuk menjadi
suami-istri harus memenuhi hukum :
-
kewajaran hidup.
Bila tidak maka ia tidak bisa menjadi suami/istri atau ibu/ayah yang wajar. Ada laki-laki yang sudah menikah dan
punya anak, lalu kebetulan di-PHK, tetapi 3 tahun kemudian ia malah menikmati
hidup tanpa pekerjaan karena istrinya yang bekerja dengan hasil yang bagus. Akhirnya
kerjanya hanya santai dan main catur. Ini tidak wajar. Walaupun istri tidak
keberatan, hidup tidak wajar pasti bermasalah. Ada laki-laki yang sudah punya istri-anak tetapi masih SMS dengan
bekas pacarnya. Ini tidak boleh! Karena itu mendatangkan percobaan. Jangan
bilang tidak apa-apa. Mengapa masih menghidupkan perasaan yang harusnya kamu
matikan? Hidup tidak wajar pasti bermasalah. Ada juga istri yang hidup tidak
wajar . Tuhan menciptakan rahim dan tubuh yang elastis untuk melahirkan. Kalau
tidak bisa lahir normal baru caesar untuk selamatkan nyawa. Sekarang wanita
tidak mau sakit. Baginya bila melahirkan secara alamiah maka tubuhnya menjadi
rusak. Padahal dengan proses kelahiran alamiah, baru membangkitkan jiwa keibuannya.
Saat sedang sekarat melahirkan, ibu dan
anak disatukan Allah. Dengan keringatan dan kesakitan ibu menggendong bayinya
itu. Cinta kasihnya dipersatukan Allah. Kesempatan yang hilang, sulit
didapatkan kembali. Hal ini harus diwaspadai. Ada ibu yang punya 3 anak dengan 3
baby-sitter karena ia tidak mau mengurus anak (hanya mau bekerja). Seorang ibu
tidak masalah bekerja. Tapi motivasinya bukan karena tidak suka anak kecil dan mengurus
rumah tangga. Kalau demikian mengapa menikah? Sang Ibu hanya mau gampangnya
saja, Anak-anak hanya menjadi mainan saja. Selebihnya pakai baby-sitter supaya sang
Ibu bisa kipas-kipas dan menonton TV. Ia tidak pernah minta pertolongan Tuhan. Lalu
apa yang harus saya ajarkan pada anak?
-
hukum hati nurani. Kalau tidak punya hati nurani maka tidak bisa menjadi ayah dan ibu. Sepasang
suami-istri punya 3 anak. Hidup mereka diberkati dengan berlimpah. Punya 3 rumah
mewah dan mobil-mobil mewah seperti Bentley-Jaguar
dll yang harganya Rp 4-5 miliar. Kebetulan istrinya punya adik yang anaknya baru
lulus SMA dan tidak punya biaya untuk kuliah. Dia diam saja, pura-pura tidak
tahu. Punya hati nurani tidak? Bagaimana dipakai Tuhan ,kalau hati nuraninya tidak
hidup?
Hukum kalau mau diteruskan banyak sekali. Ada 8-9 poin
menurut Tom Eishen. Seringkali manusia tidak menyadari. Kalau engkau berikan
yang bobrok itu, dalam hidup kita akan banyak masalah. Hidup harus sesuai
dengan pengajaran Alkitab.
Arti
Tuhan Memulihkan
a.
Tuhan memulihkan semua pernikahan supaya pernikahan
menuju rencana Tuhan. Orang yang
dipulihkan berarti sadar diri. Mau memperbaiki, ingin belajar danmencoba. 2
buah kasus untuk menjelaskannya :
-
ada keluarga yang
suaminya dari latar belakang yang tidak biasa. Suaminya berprofesi sebagai
dokter dan memiliki pendidikan tinggi (doctor – S3). Tapi keluarganya aneh. Saat
sang suami praktek sebagai dokter, orang tuanya tunggu di kamar sebelah. Setiap
kali pasiennya membayar, orang tuanya masuk untuk mengambilnya. Orang tuanya
berprinsip sekolah sang anak dibiayai mereka maka setelah anaknya lulus, sang
anak harus membayarnya kembali. Orang tua ini tidak peduli atas keluhan
menantunya yang ingin punya rumah sendiri. Selama 10 tahuni keluarga anaknya terus
menyewa rumah. Saat anaknya mengeluh dan meminta agar penghasilannya diambil
separuhnya saja. Papanya kemudian marah dan berkata, “Kamu cari perempuan lain
saja!” Istri yang malang ini saat konseling berkata, “Saya anak Tuhan dan saya mau
mertua saya percaya Tuhan. Tapi bagaimana?” Saya menjawab,”Biar bagaimana pun, kamu
harus mulai dengan percaya! Saya tidak tahu, kebijaksanaan macam apa yang akan Tuhan
kasih” Pada Lukas 5, Petrus dan murid-murid
lain semalaman mencari ikan tetapi tidak mendapat apa-apa. Lalu Yesus meminjam
kapal mereka setelah selesai mengajar di depan orang banyak. Padahal tidak ada
nelayan yang mencari ikan pada siang hari. Lalu Yesus berkata kepada Petrus, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah
jalamu untuk menangkap ikan." Petrus menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala
juga." Perintah Yesus sepertinya tidak masuk akal tapi Petrus mencoba.
Begitu banyak ikan yang didapat, sehingga Simon Petrus tersungkur di depan
Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah
dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Petrus berkata begitu karena ia memakai
pikirannya sendiri dan tidak tidak mengerti siapa Yesus sebenarnya! Maka kalau
kita mau dipulihkan, mulailah dengan percaya! Tuhan akan memberikan kepadamu
sehingga kamu menurut. Saya tidak bisa melakukan konseling terhadap mertuanya
karena mereka bukan orang Kristen. Cara saya berpikir tidak bisa menyambung
dengan cara pikiran mereka. Namun Dia sanggup melakukannya melalui kita yang
percaya!
-
Ada seorang suami
yang terus berzina. Sang Suami bercerita bahwa sebelum ia menikah, hidupnya
sudah seperti itu. Bahkan sejak SMA, ia sudah biasa melacur! Setelah menikah ia
ingin mengetahui cara untuk hidup benar. Saya berkata, “Kamu sudah mau
dibaptis, apa yang seharusnya kamu lakukan?” Ia menjawab, “Saya ingin bertobat
tapi tidak mengerti caranya!” Saya bertanya lagi,”Apa yang telah kamu lakukan?”
Ia menjawab lagi, “Saya berdoa. Mungkin sudah hampir 2 tahun, tidak ada
hasilnya. Teman-teman saya membujuk untuk
kembali berzina sehingga saya jatuh lagi. Saya menikmatinya.” Saya terus
bertanya,”Kamu sudah berdoa 2 tahun , apa isi doamu?” Ia kembali menjawab,”Supaya
nafsu perzinahan saya dicabut!” Saya terus mengejarnya, “Kamu serius agar Tuhan
mencabut akar zina? Apa kamu puasa?” Dia menjawab,”Pokoknya saya sudah minta!”.
Matius 18:21-23 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai
berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?
Sampai tujuh kali?" Yesus berkata
kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Murid-muridNya mulai berpikirr, “Mana mungkin
ada manusia yang bisa melakukannya?” Ini pernyataan yang tidak masuk akal.
Murid-murid mungkin berkata, “Kalau begitu tambahkan dong imanku!’ Dengan kata
lain, “Imanku kecil, Aku tidak sanggup melakukan hal yang tidak masuk akal itu.”
Yesus menjawab, Sesungguhnya sekiranya
kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung
ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan
ada yang mustahil bagimu.” (Mat 18:20) Yesus tahu pikiran murid-muridNya. “Tuhan
imanku kecil kalau tidak bisa turut perintahMu, maka tambahkan iman supaya sebesar
biji semangka”. Yesus seakan menjawab,” Kamu pikir imanmu kecil seperti biji
sesawi? Tapi kalau itu iman, walaupun kecil kamu pasti bisa!” Sedangkan murid-muridNya
berkata, “Imanku besar dan aku sudah minta. Aku sudah berdoa dan minta tidak
berzina. Kalau saya berzina lagi maka itu salahMu! Bukan salah aku!” Itu
pikiran orang Kristen. Ia minta agar Tuhan membereskan kehidupannya namun
ternyata ia hanya memanipulasi Tuhan. Banyak orang berdoa sebagai prasyarat. “Kalau
aku sudah berdoa 2 tahun lalu jatuh lagi, itu bukan salah aku. Karena engkau
tidak mengabulkan doaku, itu berarti salahMu Tuhan!” Bagaimana Tuhan memulihkan
kita?” Kita tetap harus waspada karena Tuhan tidak ingin mengambil alih tanggung
jawab kita sehingga ia ingin kita ikut
bertanggung jawab. Kita boleh menangis dan mencari dan Tuhan hanya menolong
repson kita. Seperti orang berzina’”Kamu tidak bersungguh-sungguh. Kamu tidak
membiarkan Tuhan menolong kamu. Oleh karena hidupmu mau gampangnya!”
b.
Kita percaya Tuhan itu sanggup. Corrie ten Boom (1892-1983) adalah seorang penginjil
asal Belanda. Corrie Ten Boom dan keluarganya mengalami kekejaman selama
tahun-tahun terakhir perang dunia II. Ia dan keluarganya dikirim oleh Nazi ke
kamp pembantaian di Ravensbruck, Jerman. Akhirnya, hanya Corrie yang selamat. Dalam
bukunya “Tramp for the lord” (1974), ia bercerita tentang keluarganya yang hidup
di Jerman. Suatu saat di waktu musim dingin, cuacanya dingin sekali. Di tengah malam ada orang yang
mengetuk pintu. Saat pintu dibuka ternyata ada orang yang sedang menggigil dan
bertanya,”Apakah saya boleh menginap di sini? Saya ketinggalan kereta” Ia pun
menjawabnya,”Boleh. Tetapi kami tidak punya kamar lain. Hanya punya gudang.” Ia
berkata,”Tidak apa”. Malam hari saat tidur, keluarga Corrie mendengar orang yang
bermain gitar. Ternyata sang tamu telah mengutak-atik gitar rusak (lemnya copot
dan senarnya tinggal 3) dan mulai bermain. Mereka Corrie heran, “Mengapa ia bisa
memainkan gitar rusak?”. Ia pun bertanya, “Kamu seorang pemain gitar ulung?”
Sang tamu menjawab,”Tidak! Tidak!” Saya bukan pemain gitar. Saya dulu adalah
pembuat gitar. Gitar rusak apa saja bisa saya perbaiki. Kalau gitar ini dititipi
ke saya, saya bisa betulkan dalam waktu 1 hari.” Corri ten Boom kemudian
menulis, “Masa kita tidak percaya Allah sanggup? Dalam kondisi yang rusak
separti apapun juga, Dialah Sang Pencipta! Serahkan hidup kita yang rusak kepadanya,
maka Dia akan memperbaikinya. Kita patut waspada terhadap pengertian menyerahkan
hidup karena menyerahkan hidup bukan pasif (hanya bicara dan minta). Namun kita
mengerti apa yang Dia mau dan jangan sampai langkah awal saja keliru. Karena
banyak ribuan pasangan suami-istri menikah dengan alasan yang keliru seperti
telah melakukan hubungan seks, ada yang merasa kasihan dengan pacarnya (sudah pacaran
lama , keluarga sudah sama-sama tahu sehingga tidak enak kalau tidak jadi
menikah) karena hal ini berarti membangun rumah tangga dengan tidak baik. Kita
anak Tuhan dan Tuhan menyediakan tanganNya untuk kita. Bergaullah dengan Dia. Jangan menjadi percaya dengan
gampang, tetapi bergaullah dengan Dia!
No comments:
Post a Comment