Pdt. Abdiel Angkasa
Ul 31:27
Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang,
selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN,
terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
Ef 4:17-18 Sebab itu kukatakan dan
kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti
orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-siadan
pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena
kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
Pendahuluan
Tema
“Kedegilan Kita pun Dia Tahu” berkaitan dengan atribut Tuhan yang Maha Tahu. Maz 139:1 TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku.
Tuhan adalah Tuhan yang Maha Tahu dan menyelidiki hati kita. Dia Pencipta kita
luar dan dalam. Sebagai Pencipta, Dia tahu kelemahan dan keunggulan kita. Dengan
demikian kalau ingin memperbaiki diri, maka kita harus datang kepada Tuhan sebagai Pencipta
kita. Ibarat memperbaiki jam yang rusak tidak
mungkin mencari ahli bangunan atau memperbaikinya di tukang sayur. Untuk itu kita
harus mencari pabrik yang membuatnya. Tuhan Maha Tahu dan Pencipta kita. Dia mengetahui
kita secara rinci. Tidak ada satu hal pun
yang Tuhan tidak tahu. Hal ini berbeda dengan kamera CCTV yang sekarang banyak dipasang
di gedung-gedung. CCTV hanya
memperlihatkan kondisi di mana kameranya dipasang tapi Tuhan terus
memperhatikan keseluruhan manusia. 20 tahun lalu, kalau ada saudara yang pergi
ke Amerika maka kita mengatakan bahwa mungkin dalam waktu lama kita tidak bisa melihatnya
lagi. Kita tidak bisa melihat saudara kita yang jauh seperti raut muka, rambutnya
yang memanjang dan lain-lain. Namun sekarang dengan kemajuan teknologi internet
seperti skype kita bisa melihat
saudara kita yang jauh. Seperti juga dulu manusia mengatakan bahwa Tuhan Maha Tahu
tapi Dia tidak melihat. Siapa bilang? Tuhan tahu apapun di muka bumi. Ibarat CCTV
di mana-mana untuk melihat keadaan kita , apa pun keadaan kita Dia bisa melihat
dan mengetahuinya. Tuhan mengetahui
semua keunggulan , kebaikan , kelemahan dan kedegilan kita. Dia berbeda dengan
manusia. Manusia lebih mudah menangkap kejelekan
orang dibanding kelebihannya. Kebaikan orang tidak dipandang, tapi
kebobrokannya cepat sekali kita tangkap. Kita tidak memuji hal-hal yang baik, sebaliknya
begitu seseorang melakukan hal yang kurang baik langsung segera ditunjukkan.
Kejelakannya dibicarakan terus di belakangnya. Manusia demikian, tapi Tuhan berbeda.
Dia tahu keunggulan, kebaikan dan kejelekan kita. Tetapi Dia tidak terus
menjelekkan kita. Dia mau kita berbalik dari kejelekkan dan menjadi baik. Rasul
Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma (Roma 12:2a) mengatakan, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu., Kamu harus berubah hati, karena
inilah yang dikehendaki Tuhan. Tuhan
tidak memandang kejelekan kita tapi menghendaki kita berbalik. Kita jangan
mencari kesalahan orang lain seperti yang umum ditemukan pada banyak orang. Matius 7:3 “Mengapakah engkau melihat
selumbar di mata saudaramu,. sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau
ketahui?". Tuhan mengetahui kelemahan kita walaupun hanya sedikit tapi
tidak memegang terus kelemahan kita. Dia mau mengubah kelemahan, kedegilan dan
kekerasan hati kita.
Pengertian Kedegilan
Ada beberapa ayat yang mengatakan tentang kedegilan (kekerasan
hati). Contoh :
Ul 31:27
Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang,
selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN,
terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
Mrk 16:14 Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas
orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena
mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah
kebangkitan-Nya.
Ada beberapa pengertian kedegilan di dalam Alkitab
1.
Dalam bahasa
aslinya berarti memberontak. Hati yang degil diartikan egois, tetapi dalam
firman Tuhan dikatakan kita memberontak . Saat Adam dan Hawa berdosa , maka dikatakan
sebagai memberontak terhadap Tuhan. Ini sangat keras sekali. Kedegilan bukan
hanya dikatakan egois, keras kepala tetapi memberontak terhadap Tuhan!
2.
Kekerasan hati. Rasul
Paulus dalam Ef 4:17-18 mengatakan Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini
kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak
mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-siadan pengertiannya yang gelap, jauh
dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka
dan karena kedegilan hati
mereka. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai suatu hati yang keras.
3.
Hati yang buta
(tidak dapat melihat, tidak punya hati nurani). Ketika melihat orang lain membutuhkan
sesuatu, tidak peduli. Dengan kata lain, tidak peka terhadap orang lain.
Ada 2 contoh dalam firman Tuhan tentang hati yang
keras :
1.
Firaun (Keluaran
7-12). Pada Keluaran (Perjanjian Lama) dikatakan, sewaktu bangsa Israel ingin keluar
dari Mesir, Tuhan membuat hati Firaun mengeras. Tujuannya untuk memuliakan nama
Tuhan (Tuhan dinyatakan di tanah Mesir).Tetapi kalau kembali ke cerita awal,
Firaun orang yang mengeraskan hati. Ketika tulah-tulah itu terjadi, FIraun
tidak mau mengubah sikap diri sendiri. Tuhan sudah memberi kesempatan kepada
dia untuk berubah tapi dia tidak mau! Dari tulah pertama hingga sembilan,
Firaun tidak mau berubah. Akhirnya pada
tulah ke sepuluh setelah kehilangan anak sulungnya meninggal barulah Firaun berubah.
Tuhan memberikan kesempatan melalui 9 tulah, kalau ia mau berubah maka Tuhan akan berbelaskasihan terhadapnya. Namun
walau telah diberikan kesempatan, Firaun tetap tidak mau berubah. Seperti juga
sekarang, kalau kita keras hati, Tuhan terus ingatkan kita untuk berubah. Jangan tunggu sampai kita kehilangan sesuatu (baik
manusia dan barang) baru kita berubah. Kisah
Firaun mengingatkan kita bahwa kekerasan hati tidak akan menyelesaikan masalah.
Kita harus bersandar pada Tuhan!
2.
Orang Farisi (pada
Perjanjian Baru). Mereka telah menghafal kitab Taurat. Mereka tahu kapan Mesias
akan datang dan untuk apa Dia datang Mereka tahu semuanya. Mereka mendengar perkataan
para nabi. Mereka menunggu sampai Tuhan Yesus lahir di dalam dunia ini. Namun
setelah itu mereka malah menolakNya! Padahal kelahiranNya sudah dicatat dalam firman
Tuhan! Ini menujukkan orang-orang Israel
yang mengeraskan hati. Mereka tidak mau menerimaNya. Walau kelahiran Mesias
sudah diberitakan tapi mereka masih tetap pada pikiran sendiri. Sebagai pemuka
agama, belum tentu ia percaya kepada Mesias. Orang Farisi beribadah dan
melakukan semua kewajiban agamanya namun tidak ada keselamatan di dalamnya. Ketika
datang ke gereja, tujuannya untuk apa? Untuk mendengar firman Tuhan, bertemu
dengan teman, menikmati AC dan lain-lain. Namun apakah Penyelamat kita (Juruselamat)
ada di dalamnya? Apakah Dia menjadi sentral dan titik tujuan kita? Setiap kali
beribadah dan ikut persekutuan, apakah kita semakin serupa dengan Dia atau kebalikannya?
Ketika kita pulang dari gereja dan kembali ke sekolah (kuliah) atau tempat
pekerjaan, apakah kita meninggalkan kedegilan hati kita dan semakin hari
semakin serupa denganNya? Jangan kita datang ke gereja karena rutinitas atau
sebagai kewajiban orang Kristen (aku ke gereja karena aku orang Kristen). Kewajiban
kita yang seharusnya adalah semakin hari semakin serupa dengan Allah!
Berubahlah!
Jangan keraskan hati!
Ada
pepatah yang mengatakan bahwa kedegilan hati membuat kita buta mata. Sehingga
kita tidak peka dan mengakibatkan kerugian bagi kita. Berikut adalah ilustrasi
tentang mercu suar dan kapten yang keras kepala. Seorang kapten sebuah kapal
sedang berlayar dalam malam yang gelap dan kelam. Tiba-tiba Sang Kapten melihat
sebuah sinar di depannya, dan ia tahu bahwa kapalnya sedang ada dalam jalur
tabrakan dengan sumber terang itu. Maka ia bergegas ke radio dan mengirimkan
suatu pesan darurat yang menuntut agar kapal tersebut mengubah jalurnya sepuluh
derajat ke Timur. Beberapa detik kemudian, ia menerima sebuah pesan jawaban. Pesan
itu berkata, “Tidak dapat melakukannya. Ubahlah jalur Anda sepuluh derajat ke Barat.”
Kapten itu menjadi marah. Ia mengirimkan pesan tidak jelas lainnya. “Aku adalah
seorang kapten angkatan laut. Aku menuntutmu mengubah jalurmu.” Ia menerima
pesan kembali beberapa detik kemudian. Pesan itu berbunyi, “Aku adalah kelasi
kelas dua. Tidak dapat melakukannya. Ubahlah jalur Anda.” Kapten itu sekarang
sangat marah. Ia mengirimkan sebuah pesan terakhir. Bunyinya, “Aku adalah
sebuah kapal perang, dan aku tidak mau mengubah jalurku!” Ia mendapat pesan
pendek sebagai jawaban. Bunyinya, “Aku adalah sebuah mercu suar. Itu pilihan
Anda, pak. Sering kali, kita seperti kapten angkatan laut itu, kita dapat keras
hati dan keras kepala (degil). Kita memikirkan semua alasan agar kita tidak
berubah (seperti telah disakiti, orang yang bersalah, tidak mau mengampuni dan
lain-lain). Alkitab merupakan mercu suar pribadi kita, yang menyinarkan
kebenaran dalam kehidupan, dengan mengatakan bahwa kita harus mengubah jalur kita.
Bila kita tidak mau berubah, maka kita sedang menuju masalah. Saat kita berada
pada jalan yang menghancurkan, Tuhan sedang memerintahkan untuk mengubah jalur kita.
Sering kita mengikuti pikiran kita dan, tidak mengandalkan Tuhan sehingga dalam
banyak hal kita bisa gagal.
Ibrani
3:15 : Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu
mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman,"
Ketika
kita tetap mengeraskan hati kita, punya hati yang memberontak dan hati kita
masih buta, kita harus mendengar suara Tuhan. Seperti firman Tuhan katakan pada
Ibrani 3:7-11 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika
kamu mendengar suara-Nya, janganlah
keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang
gurun, di mana nenek moyangmu mencobai
Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku,
empat puluh tahun lamanya. Itulah
sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati,
dan mereka tidak mengenal jalan-Ku,
sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat
perhentian-Ku.". Inilah mercu suara kita yakni Firman Tuhan (FirmanMu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz 119:105)
agar kita tidak jatuh. Apakah kita menganggap firman Tuhan sebagai mercu suar
atau seperti kapten kapal kita minta firman Tuhan menyingkir dan membuat diri
kita menjadi keras hati. Ketika menjadi anak-anak Tuhan, kita seharusnya membaca
firman Tuhan agar kita bisa tahu apa
yang harus dilakukan. Kita tidak pergi ke tempat yang sia-sia tetapi harus
berjalan terus sehingga semakin hari semakin serupa Tuhan Yesus. Tuhan tahu
kekerasan hati kita. Tapi bukan hanya tahu, Dia mau mengubah kita.
Kunci
Perubahan : Rendah Hati!
Tidak hanya sekedar tahu, tetapi Dia mau
kita berubah. Dia memakai Roh Kudus untuk menolong kita berubah.
Tuhan mau kita berubah. Dia tahu
kelemahan kita. Dia mau kelemahan kita diubah jadi keunggulan bagi kita. Pertanyaannya
: kita mau tidak? Kuncinya adalah “rendah hati”. Tadi kapten kapal tidak rendah hati dan terus
tidak mau mengalah sehingga bisa berdampak merugikan. Jadi kuncinya adalah maukah
kita merendahkan hati? Kalau kita mau merendahkan hati sehingga semakin hari kita
semakin serupa Yesus. Siapa yang jadi pedoman saat kita menjadi penyambut, petugas
kolekte dan menjadi aktifis lainnya?. Apakah tiap hari kita semakin serupa
Kristus? Kalau tidak serupa, kita bisa menjadi orang yang memberontak kepada Tuhan.
Mengapa pohon di tengah taman Eden (pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat - Kejadian 2:17) mau diambil oleh Hawa? Padahal terdapat bermacam buah-buahan,
mengapa sengaja memilih buah dari pohon itu yang Tuhan sudah larang untuk
dimakan? Maka dengan rendah hati kita melawan kekerasan hati kita. Seperti lirik
dari pujian ‘Ubah Hatiku’
Ubah hatiku seputih salju
Ubah hatiku sperti diriMu
Engkau penjunan ku tanah liat
Bentuk jadikan itu doaku
Dikatakan “Engkau penjunan aku tanah
liat”. Ini sangat jelas. Tanah harus
diubah dan dibentuk. Kita tidak tahu caranya, karena bukan penjunan. Tanah liat
kalau diubah bentuknya harus dikasih air. Kerendahan hati seperti air. Ia mengubah
kekerasan hati dan membuatnya menjadi lembut. Setelah itu baru bisa dibentuk
menjadi suatu barang yang indah sekali. Kuncinya : mau tidak merendahkan hati? Dia Tuhan yang Maha Tahu dan tahu kekerasan
hati kita. Bukan hanya tahu, Dia mau mengubah hati kita.
No comments:
Post a Comment