Pdt. Karyanto Gunawan
Roma
8:28-30
28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari
semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan
gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara.
30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga
dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Pendahuluan
Pada waktu Tuhan memerintahkan Yunus untuk pergi ke
Niniwe, Yunus tidak mau karena ia merasa bangsa Niniwe adalah musuh dari bangsa
Israel. Ia ingin bangsa Niniwe dihukum oleh Tuhan. Jadi ia pergi ke tempat
lain. Lalu badai datang dan membuat semua orang di kapal ketakutan. Kapten (nahkoda)
kapal berkata, “Pasti ada orang yang berbuat dosa di atas kapal.” Dibuanglah
undi untuk menemukannya dan akhirnya didapati Yunus. Yunus pun kemudian dilemparkan
ke dalam laut. Saat itu ada ikan besar menelannya, membawanya sampai ke tepian pantai
dan memuntahkan Yunus dari perutnya. Peristiwa ini kebetulan atau tidak? Adakah
pengontrolan (pengendalian) Allah dalam diri Yunus? Bila anak Tuhan kecopetan
apakah kebetulan atau tidak? Atau bisa
juga, saat ada niat hati mau melayani Tuhan namun dalam perjalanan ke gereja ,
ia terpeleset sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Apakah kebetulan atau ada
campur tangan Tuhan?
Berikut salah satu cerita yang ada di antara ke-33
Buku Seri Selamat yang ditulis oleh Pdt. Emeritus Andar Ismail. Di Tiongkok ada
kisah tentang seorang ibu yang menderita sakit dan meminta anaknya untuk
mengambil obat di sebuah rumah sakit yang dikelola oleh misionaris. Letak rumah
sakit tersebut jauh dan harus dicapai dengan berjalan kaki. Setelah berjalan
jauh, sampailah sang anak di rumah sakit dan mengambil obat. Lalu dengan senang
hati ia berlari secepatnya pulang untuk dapat memberikan obat tersebut ke
mamanya. Namun di tengah jalan, ia tersandung batu sehingga jatuh dan botol obat yang dibawanya
pecah dan isinya tumpah. Karena sudah jauh dari rumah sakit dan hari sudah
gelap, maka ia putuskan untuk tidak kembali ke rumah sakit. Ia memilih untuk
kembali ke rumahnya untuk menjumpai mamanya karena ia kuatir terjadi sesuatu
dengan mamanya,. Sementara itu di rumah sakit , staf rumah sakit kuatir karena salah
memberikan obat (bukan obat yang diberikan tapi bahan kimia yang bila
dikonsumsi bisa berakibat fatal). Kemudian dokter misionaris yang mengelola
rumah sakit itu membuat keputusan. Karena cuaca sudah gelap, maka percuma mengejar
si anak tersebut sehingga kemudian ia memimpin stafnya untuk berdoa. Mereka pun
berdoa dan ternyata kemudian si anak terjatuh dan “obat” tersebut tumpah.
Apakah hal ini kebetulankah atau ada campur tangan Tuhan?
Kita belajar teologia untuk mejadi berkat bagi sesama,
memberi damai, sejahtera, penghiburan di tengah dunia yang tidak menentu. Saat
mengenal Bapa Surgawi, kita seharusnya memberi damai sejahtera kepada orang
lainnya. Istri saya bukan lulusan sekolah teologia tapi saya merasa imannya
lebih kokoh dari saya yang belajar teologia. Hal ini serupa dengan yang dialami
Martin Luther (1483-1546) yang mencetuskan reformasi dan menulis lagu “Allah
Sebagai Benteng Kukuh”. Karena mendapat tekanan dan kesulitan dari berbagai
pihak, ia mengalami kegelisahan. Selama tiga hari, Martin Luther terpuruk dalam
depresi berat karena besarnya masalah yang sedang dihadapinya. Pada hari yang
ketiga, istrinya turun dari tangga dengan menggunakan pakaian perkabungan. “Siapa
yang mati?” tanya Martin Luther kepada istrinya. “Tuhan”, jawabnya. Luther
menegurnya dan berkata, “Apa yang kau katakan, Tuhan mati? Tuhan tidak pernah
mati” “Baik”, jawabnya. “Tapi melihat caramu bersikap, aku yakin Dia sudah
mati” Istri Martin Luther adalah orang awam namun sang istri lah yang mengingatkan suami, bahwa “Allahmu masih
hidup. Mengapa engkau hidup begitu kuatir?” Jadi kalau kita ke gereja belajar
teologia, membaca buku-buku Kristen, tujuannya Allah ingin memberkati kita,
kita hidup dalam damai sejahatera dan hidup dalam kemenangan (hal ini berbeda dengan
orang yang belum percaya).
Providensia
Allah
Seorang siswa sekolah tidak mungkin belajar tentang dalil
Pythagoras (c2 = a2 + b2) sebelum ia mengerti fungsi “kali” dan “bagi” dan sebelumnya
lagi ia harus trampil menggunakan fungsi “tambah” dan “kurang”. Demikian pula
dengan doktrin “Providensia Allah”. Untuk mempelajarinya harus belajar doktrin
tentang “kodrat Allah” (yang maha kuasa dan maha kasih). Setelah memahami
kodrat Allah sebagai pilarnya, baru
terbangunlah suatu pengertian yang kokoh tentang providensia Allah, kalau tidak
kita bisa bingung. Tentu semua doktrin tidak
bisa menjawab 100% pertanyaan-pertanyaan di atas. Di mana letak kejahatan / dosa dalam doktrin providensia Allah?
Jawabannya sudah ada, tapi diberi peluang bagi orang-orang yang bergumul. Nanti
bagi orang yang ingin jawaban sempurna agar hiduplah dalam Yesus Kristus sehingga
saat meninggal dan bertemu Bapa di sorga dapat bertanya, “Saya belum mengerti mengenai
hal ini di dunia sewaktu belajar , tolong jelaskan sehingga semuanya jadi
jelas.”
Definisi Providensia (‘Providence’) di
dalam kamus bahasa Inggris berarti ‘pemeliharaan baik’ atau ‘pemeliharaan Tuhan
Allah’. Dalam doktrin Kristen, definisi ini terlalu singkat (tidak menjelaskan). Dalam istilah teologi
providensia berarti pelaksanaan yang tidak mungkin gagal dari Rencana Allah
atau pemerintahan / pengaturan terhadap segala sesuatu sehingga Rencana Allah
terlaksana. Dengan kata lain providensia adalah kelanjutan dari kreasi Allah
dan menegaskan bahwa Allah tetap aktif, operatif, partisipatif mengendalikan
segenap ciptaan-Nya. Providensia adalah akibat logis dari creatio dan adalah
tindakan Allah yang menghubungkan creatio
dengan eskaton (sasaran akhir yaitu ciptaan baru)
Sebagai ciptaanNya, kita
merasa terhibur dengan definisi itu di
tengah dunia yang penuh kejahatan. Contoh yang sedang dibicarakan adalah berita
tentang meninggalnya seorang anak berusia 8 tahun, Angeline. Dahulu ia pergi ke
sekolah dengan tubuh bau, letih lesu karena belum sarapan dan nilai rapotnya menjadi
rendah. Banyak hal yang jahat di dunia ini. Kalau Tuhan tidak mengendalikan
segala sesuatu betapa mengerikannya dunia ini. Hal ini juga dinyatakan dalam votum
yakni “Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi yang kasih setia-Nya kekal selama-lamanya dan yang tidak meninggalkan
pekerjaan tangan-Nya. Kasih karunia dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus
Kristus serta persekutuan Roh Kudus menyertai kita, amin.”. Liturgi bukanlah
hal yang sepele. Ada nilai yang bila diucapkan dan dihayati akan menjadi berkat
dalam hidup kita.
Doktrin providensia, menolak
pemahaman bahwa Allah seperti tukang jam. Dulu jam tidak memakai batere tapi
menggunakan cara diputar untuk menjalankannya sampai jarum jamnya berhenti
berdetak lalu engkolnya diputar kembali sehingga jam dapat berfungsi lagi. Menurut
pemahaman ini, Allah menciptakan segala ciptaanNya dengan sistem dan hukum alam
lalu Allah “ongkang-ongkang” kaki dan membiarkan ciptaanNya berjalan dengan apa
yang Tuhan ciptakan. Hal ini berbeda dengan doktrin providential di mana Allah
menciptakan dan mempunyai tujuan akhir untuk orang-orang yang ditebusnya dan dari
penciptaanNya sampai akhir nanti, Allah terus bekerja.
Pemeliharaan
Allah menurut Katekismus Heidelberg (1563)
Pada tahun 1562 dua teolog muda anggota panitia,
yaitu Zacharius Ursinus dan Caspar Olevianus menyusun rancangannya, kemudian
pada awal 1563 disahkan oleh Sinode Gereja daerah Pfalz. Tidak mudah menyusun
katekismus pada saat itu. Sewaktu dulu saya membantu Prof. Dr. Jacob Elfinus (JE)
Sahetapy, S.H., M.A. (lahir di Saparua, Maluku, 6 Juni 1932; 83 tahun) ternyata
ia bisa mengetik tanpa salah karena bila salah harus mengulangnya kembali. Pdt
Parman yang melayani di Papua, kalau berlibur ia membawa mesin tik kecil kemana
pun dan sekarang sudah memakai laptop yang ringan sekali. Tetapi orang-orang
pada abad 16 bisa menghasilkan karya yang sangat penting yang sampai abad 21
masih dipelajari. Salah satunya adalah katekismus (bahasa Yunani:κατηχητικός)
adalah suatu ringkasan atau uraian dari doktrin yang umum digunakan dalam
pengajaran agama Kristen (katekisasi), baik untuk anak-anak maupun orang
dewasa. Katekismus adalah petunjuk doktrin yang seringkali berbentuk
tanya-jawab (diberi nomor urut) untuk dihafalkan. Katekismus Protestan di antaranya Katekismus
Heidelberg, Katekismus Westminster, Katekismus Reformasi lainnya dan Katekismus
Anglikan). Pada nomor 27 ada pertanyaan
: Apa itu 'pemeliharaan Allah' menurut
Saudara? Jawab : Kodrat Allah yang mahakuasa, yang hadir di segala tempat (Yoh
5:17), yang dipakai-Nya untuk memelihara
langit dan bumi serta semua makhluk seakan-akan dengan tangan-Nya sendiri, dan
memerintahnya (Maz 104:30), sehingga daun dan rumput, hujan dan kemarau (Yer
5:24), masa kelimpahan dan kekurangan, makanan dan minuman, sehat dan sakit
(Yoh 9:3), kekayaan dan kemiskinan (Ams 22:2), dan segala hal, tidak terjadi
secara kebetulan, tetapi datang dari tangan Bapa (Mat 10:29).
Menurut
ilmu pengetahuan yang terus berkembang dikatakan “Jangan banyak makan yang
mengandung minyak dan gula.” Namun demikian saya tetap makan karena tiak bisa mengendalikan diri sehingga sakit.
Di sini tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah kehendak dan pemeliharaan Allah.
Di satu sisi Allah mengontrol dan sisi lainnya ia memberitahukan melalkui kitab
suci dan ilmu pengetahuan sehingga anak Tuhan diminta hidup bertanggung jawab
kepada penciptaNya. Kalau tahu jalan di malam hari berbahaya karena ada banyak
begal tapi tanpa adanya keperluan
mendesak dan hanya karena ingin jalan-jalan
lalu keluar malam hari dan terjadi musibah, maka ini bukanlah kehendak Allah. Kita
juga menolak pandangan “itu nasibmu”. Kita percaya ada kemurahan Allah. Kasih
sayang Tuhan yang mengendalikan hidup kita dalam ketidaktaatan kita, ia mengasihi
kita. Ia berkuasa dan mengendalikan hidup kita. Sehingga rencanaNya dalam hidup
kita tidak mungkin gagal.
Pertanyaan 28. Apakah
gunanya kita mengetahui, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan tetap
menjaganya dalam pemeliharaan-Nya?
Jawab. Berkat pengetahuan itu,
kita dapat bersabar di tengah segala kesusahan (Rom 5:3), dan bersyukur dalam
kelimpahan (1 Tes 5:18), dan dalam segala hal, kita menaruh kepercayaan penuh
kepada Allah dan Bapa kita yang setia itu (Maz 55:23), bahwa tidak satu makhluk
pun akan dapat menceraikan kita dari kasih-Nya (Roma 8:38-39), sebab semua
makhluk berada di tangan-Nya, sehingga mereka tidak dapat bergerak setapak pun
melawan kehendak-Nya (Ams 21:1).
Anak
saya yang kecil berbeda raut wajahnya dengan orang tua dan kakaknya sehingga
teman saya yang melihatnya bertanya, “Yang ini anak siapa?” Dan saya hanya
berkata “Ini cucu saya.” Saat anak kita naik kelas dari kelas satu sampai kelas
enam SD hingga lulus. Jangan dikira hal itu sudah seharusnya seperti itu. Kalau
Tuhan tidak memelihara , menopang dan memberi kesehatan apakah ia bisa lulus?
Waktu kelas 3 SD, temannya terserang virus di otaknya dan baru 2 tahun kemudian
sembuh. Hal-hal rutin seperti bangun tidur, menggerakkan tangan, bernapas,
memindahkan kaki jangan dikira itu sudah seharusnya. Itu semata karena
kemurahan Tuhan yang memberikannya kepada kita. Dalam doktrin Kristen, Alkitab
mengajarkan kita bersyukur karena segala hal (termasuk saat sehat dan sakit).
Kesengsaraan dan penganiayaan bisa memisahkan kasih Kristus dari kita? Tidak.
Kita bisa membaca kisah hamba Tuhan yang menderita di penjara dan disiksa fisiknya
namun mereka tetap tabah karena mereka tahu bahwa Allah mengendalikan segala
sesuatu. Tidak ada satu hal yang terjadi di luar kendali Tuhan. Saya sangat
rindu setiap kita termasuk saya yang menggeluti teologi, karyawan , ibu rumah
tangga, dokter dsbnya memahami doktrin ini, sehingga hidup kita diliputi damai
sejahatera yang luar biasa.
Prinsip-Prinsip Teologis
Penopang Doktrin Providensia
1.
Rencana Allah sudah ada dalam kekekalan
2.
Pelaksanaan rencana Allah tak mungkin gagal
-> Maha kuasa
-> Maha hadir(tidak ada
tempat di mana Dia tidak ada)
-> Maha kasih
(rancanganNya damai sejahtera)
-> Maha kudus/Mahaadil
(Dialah terang , tidak ada kegelapan)
-> Maha tahu/Mahabijak
(Allah tidak punya andil dalam dosa)
-> Maha berdaulat
Banyak orang tua
yang diajak diskusi saat tahun ajaran baru, tidak jelas mau memasukkan anaknya
ke mana. Itulah manusia, tidak jelas. Allah tidak seperti manusia yang tidak
jelas, Ia jelas dari awal, Maksud tujuannya pasti terlaksana. Ia pilih,
panggil, nmenuntun kita sampai akhir. Providensia, konklusi logis dari belajar
tentang Allah.
Kalimat “Allah
turut bekerja” terkadang disalah-mengerti seakan Allah sebagai asisten (bantu-bantu)
tetapi kalimat itu mengindikasikan Allah itu sendiri sebagai inisiator. Allah
tidak hanya ikut-ikutan bekerja. Allah inisiator yang mengontrol, memonitor dan
menguasai sejarah.
Seharusnya orang yang belajar
teologia, hidupnya bisa lebih rendah hati karena ketika melihat sejarah hidup
sampai sekarang kita sadar, “Ini semua karena kemurahan Allah” sehingga kita
menjadi rendah hati dan bersyukur. Kalau tidak belajar, kita menganggap semuanya
merupakan perjuangan dan usaha saya bertahun-tahun. Pada Roma 8:28 (Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah),
Allah adalah inisiator yang menguasai dan memonitor. Semua pelajaran tentang
Allah, belajar tentang penghakiman. Ada yang direncanakan dan diijinkan Allah terjadi
karena Allah ingin mengajarkan sesuatu kepada diri orang itu atau diri orang
lain. Allah tidak pernah menginginkan manusia mencuri, tetapi banyak pencurian dengan
status Allah mengijinkan terjadi tetapi bukan kehendak Allah. Ada pencuri yang dipukuli massa , masuk penjara
lalu bertobat dan dipakai Tuhan. Ada juga tukang judi yang harta bendanya
habis, jatuh miskin, bangkrut lalu jadi anak Tuhan. Itu semua kendali Tuhan
bagi anak-anakNya. Tuhan kadang mengijinkan saat orang berontak terhadap
kehendak Allah. Semua yang dibiarkan Allah dalam kendali dan kuasa Tuhan.
Dalam
kitab Roma awal dikatakan “Tuhan membiarkan”. Kalimat ini mengerikan. Kalau
kita berkubang dalam dosa dan tidak mengalami apa-apa, jangan merasa sukacita!
Tuhan membiarkan dan Tuhan masih mengingatkan kita. Tuhan Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu bukan saja dalam keadaan kita sehat, tapi juga dalam segala keadaan yang menimpa
hidup kita.
Ada ajaran
yang mengatakan , “kalau jadi anak Tuhan hidupnya harus berkelimpahan dan
sukses. Tidak ada tempat bagi penderitaan dan sakit.” Padahal Alkitab berkata, “Allah
turut bekerja dalam segala hal” Waktu sehat dan sakit Allah memimpin segala
sesuaatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang mengasihi Dia. Tujuan akhirnya rancangan damai sejahtera dan kebaikan,
caranya bisa bermacam-macam. Setiap kita yang mengasihi Tuhan belajar percaya
dan hidup mengasihi Tuhan untuk mendatangkan
kebaikan.
No comments:
Post a Comment