Pdt.
Abdiel Angkasa
Mat 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna.
2 Kor 4:16 Sebab itu kami tidak tawar
hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia
batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Rm 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Yak 1:2-4 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu
kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu
itu menghasilkan ketekunan. Dan
biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Pendahuluan
Lagu
“Waktu Kuserahkan Semua” (Aku berubah,
sungguh ku berubah, waktu ku s’rahkan semua) mengindikasikan perlunya
perubahan hidup orang percaya setelah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai
Juruselamat. Yang berubah bukan iman percaya kepada Tuhan Yesus tetapi hidup kita
harus berubah dari hari ke hari sehingga menyerupai Tuhan Yesus. Minggu lalu sudah
dibicarakan tentang perubahan revolusioner (besar) yakni dulu kita belum
percaya dan sekarang sudah percaya dan menjadi milik Kristus. Mat 5:68
memberitahukan bahwa haruslah kamu
sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Setelah
percaya Kristus, kita belum langsung sempurna dan kita belum banyak berubah. Kita
perlu berubah agar menjadi sempurna dan menyerupai Kristus. Manusia sekarang
lebih suka yang serba instan (cepat). Contoh kopi “3 in 1” yang rasanya cukup enak. Namun jika kita mengolah, menyeduh dan
memasaknya sendiri akan terasa lebih asli dan enak karena sesuai dengan selera
yang kita inginkan (misalnya : ingin gula atau susu yang banyak) jadi perlu
proses yang lebih lama. Kopi “3 in 1” sangat murah kalau dibanding kopi yang
kita beli di coffee shop. Manusia
sekarang inginnya serba cepat (tergesa-gesa) dan sempurna namun kenyataannya tidak
bisa begitu. Masalahnya manusia terlalu
sibuk dan tergesa-gesa. Bagaimana cara mengatasinya? Ada berita di surat kabar
yang menyampaikan bahwa Jakarta merupakan kota yang paling macet di dunia.
Suatu kali ada seorang asing yang diajak temannya tinggal di apartemen yang
tinggi. Sewaktu melihat kemacetan dari atas apartemen ia berkata kepada
temannya, “Saudaraku saya sangat kagum dengan kota Jakarta. Saya melihat orang
di mana-mana memarkir mobilnya.” Hal ini dikatakannya karena kendaraan pada
berhenti saat macet sehingga seperti sedang parkir. Jakarta penuh dengan
manusia dan kendaraan sehingga macet. Manusia terus berusaha dengan cepat untuk
mencapai tujuan. Tetapi dalam iman kepada Tuhan Yesus, kita perlu mengalami dan
menikmati perubahan sedikit demi sedikit.
Sedikit demi Sedikit Berubah (Perubahan
Evolusioner)
2
Kor 4:16 mengatakan Sebab itu kami tidak
tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun
manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Kita perlu sedikit
demi sedikit mengalami pembaharuan. Tubuh fisik manusia bisa menjadi lemah dan
semakin lemah dengan bertambahnya usia, tapi manusia batiniah kita harus makin
maju dan seharusnya sedikit demi sedikit semakin baik. Secara lahiriah mata kita
tidak bisa melihat proses pembaharuan tubuh kita dari hari ke hari. Namun
kenyataannya semakin berusia, tubuh fisik kita makin merosot. Sebenarnya tubuh
kita secara biologis terus berubah. Menurut penelitian, tubuh kita memiliki sekitar
100 miliar sel, jadi sel yang kecil tersebut sangat banyak jumlahnya. Fakta
mengatakan bahwa dalam 1 hari ada sekitar 300 juta sel tubuh kita yang mati.
Jikalau tidak ada sel baru untuk menggantikan sel yang mati tersebut, maka
tubuh kita menjadi sumber penyakit dan membusuk. Tapi kita bersyukur Allah kita
sangat ajaib. Kita kehilangan 300 juta sel sehari tetapi 300 juta sel baru menggantikannya.
Secara otomatis tubuh kita mengalami pembaharuan. Tetapi Rasul Paulus dalam 2 Kor
4:16 mengatakan bahwa bukan hanya lahiriah yang merosot dan mengalami perubahan,
tetapi batiniah kita harus mengalami perubahan. Tubuh kita berubah dan rohani
kita juga mengalami perubahan. Rm
12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah
dan yang sempurna. Di sini dikatakan jangan serupa dengan dunia. Sejak kamu
percaya Yesus Kristus jangan lagi menjadi serupa dengan dunia tetapi jangan
berhenti di situ saja. Rasul Paulus memberitahu agar kita setiap hari mengalami
pembaharuan. Pembaharuan ini bukan sekali terjadi lalu selesai , tetapi berjalan terus menerus. Ibarat
membersihkan dan menyapu rumah, tidak mungkin dilakukan hanya setahun sekali
tapi setiap hari karena bila tidak debu dan kuman akan begitu banyak sehingga
lebih sulit dibersihkan. Bahkan ada orang yang sangat peka terhadap kebersihan
sehingga menyapu rumah bisa 3 kali sehari. Namun umumnya menyapu dilakukan
sehari sekali. Demikian juga dengan pembaharuan tubuh kita yang perlu dilakukan
setiap hari karena bila tidak, tubuh kita menjadi kotor. Ini mengingatkan kita
bahwa kita perlu mengalami perubahan sedikit demi sedikit.
Bagaimana Mengalami Perubahan
Evolusioner?
1.
Sedikit demi sedikit membaik. Kita harus mengikuti kehendak Allah. Apa yang baik
adalah apa yang memenuhi kehendak Allah. Karena bila mengikuti kehendak
manusia, apa yang baik bagi kamu belum tentu baik bagi saya dan sebaliknya.
Bagimu seseorang dikatakan tampan ataucantik, tetapi bagi saya belum tentu. Standar
manusia itu tidak pasti. Kebenaran dunia ini seringkali sudah terbalik. Sekarang
orang naik motor sembarangan dan melawan arah. Ini tidak benar. Bagi dunia ini benar karena dengan
melawan arah, pengemudi motor bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuannya. Hal
ini mencerminkan bahwa banyak hal sudah terbalik. Jika tidak punya pegangan dalam
menjalani hidup, maka kita akan jatuh dalam dosa. Untuk itu kita harus memegang
teguh firman Tuhan, karena tidak akan pernah salah. Firman Tuhan mengajarkan
bagaimana kita menjadi manusia, apa yang benar dikatakan benar dan bila salah dikatakan
salah, tidak ada posisi di tengah-tengah. Maka kita harus mengandalkan firman
Tuhan untuk mengatakan mana yang benar
dan mana yang salah. Sayang sekali kalau setelah jatuh dalam dosa dan pencobaan
baru kita sadar bahwa kita sudah bersalah! Jauh lebih baik waktu kita menyadari
sesuai dengan firman Tuhan mana yang benar dan mana yang salah agar kita dapat mengatasinya.
Maka kita perlu menjadi lebih baik. Bagaimana melakukan dengan baik? Apapun
yang kita katakan dan lakukan , lakukanlah dengan baik. Kita harus menjadi
berkat bagi orang lain. Mulailah dari diri sendiri. Sedikit demi sedikit dan
hari demi hari. Jika hari ini belum baik,
besok harus lebih baik. Bila besok belum juga, lusa harus lebih baik. Itu
tergantung bagaimana kita membaca, merenungkan dan melakukan firman Tuhan. Contoh
sederhana adalah bagaimana kita berterima kasih. Ucapan terima kasih merupakan
hal yang baik. Ada kebiasaan orang Indoneisa yang cukup baik yaitu ucapan
terima kasih (di luar negeri jarang). Kita mengucapkan terima kasih bukan pada
orang yang kita suka (orang tertentu) saja. Memang ada orang tertentu yang
membuat kita susah mengucapkan terima kasih. Saat kita mengemudikan mobil dan
membayar tol, apakah kita mengucapkan terima kasih kepada petugas tol karena ia
telah melayani kita? Jarang karena siapa yang mau berpikir tentang mereka yang
bertugas dari dalam kotak kecil dan terus mencium asap mobil dengan pekerjaan
yang sangat membosankan? Jikalau kita mengucapkan terima kasih kepadanya
bagaimana responnya? Saya mencoba melakukan kebiasaan seperti itu. Saat diberi tiket
tol saya mengucapkan terima kasih. Minggu lalu ada respon dari penjaga tol yang
berkata, “Wah bapak putih sekali!” Apakah kita mendatangkan berkat kepadanya
saat mengucap terima kasih? Apakah hal kecil ini sudah kita lakukan? Sedikit
demi sedikit menjadi baik.
2.
Sedikit demi sedikit menjadi sempurna. Apakah mungkin kita menjadi orang sempurna? Yesus
mengatakan haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Artinya kita melakukan yang
baik itu menuju kepada yang sempurna. Kebaikan yang kita lakukan terus menjadi
semakin baik dan sempurna. Bagaimana menjadi sempurna? Yaitu kita menjadi sempurna
dengan kesungguhan dan ketulusan hati.
Kita harus menghadapi ke depan dan terus makin berkenan kepada Tuhan.
Oleh karena itu kita harus melihat Tuhan kita. Untuk menjadi sempurna tidak bisa
mengandalkan diri sendiri karena kita terbatas. Sedangkan Allah tidak terbatas
dan Ia sempurna sehingga kita harus mengandalkanNya. Oleh sebab itu kita harus terus
mendalami bagaimana kita harus menjadi sempurna. Yak 1:2-4 Saudara-saudaraku,
anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian
terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu
menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Kita perlu
mengalami ujian. Kalau motivasi benar maka kita akan menuju ke yang sempurna. Orang
Kristen hari ini saat mengalami ujian mengomel dan mengeluh. Dikatakan ujian
terhadap iman kita menghasilkan ketekunan dan bila matang kita menjadi
sempurna. Jikalau mengalami ujian kita bersyukur karena kita ingin menjadi sempurna.
Seperti siswa sekolah bila tidak mengalami ulangan, maka tidak mungkin mereka bisa naik kelas. Padahal
waktu kecil maunya kalau bisa tidak ikut ujian karena pusing. Bagaimana kita
naik kelas, kalau tidak mau ujian? Kalau kita ikut ujian, kita bisa naik kelas.
Sehingga kita bersyukur pada Tuhan waktu kita ikut ujian dan naik kelas.
Demikian juga batiniah kita harus ikut ujian dan naik kelas. Orang yang tidak
pernah diuji Tuhan mungkin orang itu tidak hidup, karena orang hidup selalu
mengalami ujian. Sehingga kalau kita mengalami ujian kita merasa syukur karena kita
bisa naik tingkat. Ucapkan terima kasih dan puji kepada Tuhan saat kita naik
kelas. Sempurna artinya naik kelas! Sedikit demi sedikit menjadi sempurna.
3.
Sedikit demi sedikit berkenan kepada Allah. Setelah mengetahui bagaimana menjadi baik dan sempurna,
kita jangan lupa menuruti kehendak Allah. Apakah kehendak Allah sudah kita
lakukan? Jikalau kita hanya melakukan apa yang baik tapi tidak berkenan pada
Tuhan sama saja sia-sia. Oleh sebab itu kita kembali kepada Firman Tuhan
(Alkitab), kita maju selangkah lalu kita bertanya kepada diri sendiri, “Apakah
hal yang dilakukan itu merupakan kehendak Allah?” Waktu saya berada pada semester
terakhir kuliah di sekolah teologia, seorang dosen bertanya kepada semua siswa
di kelas,”Menurut kamu semua apa artinya kehendak Allah?” Semua mahasiswa terdiam.
Dalam hidup kita, yang paling tinggi adalah kehendak Tuhan. Semua yang kita
lakukan seharusnya sesuai kehendak Tuhan. Oleh sebab itu sang dosen memberikan
kata yang menghiburkan, “Sesungguhnya kehendak Allah itu sederhana. Kehendak
Allah seperti hukum yang utama. Dan itu yang paling penting dan itulah kehendak
Allah. ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri (Mat 22:37 dan 39)’”. Kehendak Allah supaya kita mengasihi
Allah karena kita diciptakan oleh Allah sehingga kita menyerahkan segalanya
kepadaNya. Namun di dunia kita hidup dengan orang lain. Oleh sebab itu Tuhan
mengatakan agar selain mengasihi Allah di dunia ini harus mengasihi orang lain.
Orang yang sungguh berkenan kepada Allah adalaah orang yang mengasihi Tuhan dan
sesama. Namun tidak ada manusia yang dapat menilai apakah seorang benar-benar
mengasihi Tuhan. Namun manusia tetap ingin menilainya dengan melihat apakah
seseorang mengasihi sesama-nya. Oleh karena itu kita harus mengasihi Allah dan sesama.
Mengasihi sesama bukan hanya pada orang yang kita suka saja seperti orang tua,
anak, keluarga (suami-istri) tetapi juga orang yang duduk di sebelah kita dan
bukan hanya di gereja saja. Tatkala seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Dan siapakah sesamaku manusia?"
(Luk 10:29). Yesus menceritakan perumpamaan
tentang seorang Samaria yang baik (Lukas 10:30-37). Jadi orang yang menentang dan
tidak sependapat dengan kita juga termasuk sesama kita (bukan saja orang yang
baik kepada kita yang menjadi sesama kita). Mengasihi sesama lebih mudah dikatakan daripada dipraktekkan. Jauh
lebih mudah mengasihi orang yang baik daripada orang yang sulit dikasihi. Untuk
ini kita harus sedikit demi sedikit berubah dan kita perlu melakukannya dengan
penuh ketekunan supaya kita berkenan kepada Allah. Kita yang hidup di dunia ini
perlu mengalami proses perubahan sedikit demi sedikit dan yang paling utama
adalah kita harus mengasihi Tuhan (itu harus dilakukan lebih dahulu). Kata-kata
, pikiran, perasaan dan hati kita dipusatkan kepada tujuan untuk berkenan kepada
Tuhan. Sehingga kita perlu mengalami pembaharuan sedikit demi sedikit baru kita
bisa menjadi berkat bagi orang lain. Dengan mengasihi sesame, kita bisa
memancarkan kasih Tuhan. Kita juga bersyukur akan keberadaan orang lain. Untuk
mengasihi sesama harus ada orang sehingga kita bersyukur pada Tuhan, kita bisa
mengasihi Tuhan dan sesama.
Penutup
Mari
kita melihat orang-orang di sekeliling kita. Apakah kita menghargai sesama
seperti yang diperintahkan Tuhan? Seorang
pengkhotbah asal Taiwan mengatakan kalimat yang sangat berarti bagi sesama ,”Ada
engkau sangat baik”. Kita harus meghargai keberadaan orang. Dan di dalam diri
orang itu kita bisa memancarkan kasih Allah. Saya juga mengatakan kepada para
jemaat muda,”Saya bersyukur dengan keberadaan kalian!” Apakah kita bisa
mengatakan, “Ada kamu saya bersyukur. Ada kamu sangat baik”. Tatkala kita menghargai
orang lain , maka respon (senyuman) orang itu akan muncul dan berkat atas pujian itu bisa kita
nikmati bersama. Kiranya Tuhan menolong kita sehingga sedikit demi sedikit kita
menjadi baik, sempurna dan berkenan kepada Allah.
No comments:
Post a Comment