Ev. Lisiani Helena
Filipi 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Galatia 6:9-10 Janganlah kita jemu-jemu
berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita
tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah
kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita
seiman.
Anak Tuhan Harus Tampil Beda
Sifat
dasar manusia adalah egois (melihat dari kepentingan diri sendiri). Misalnya : ketika
melihat foto, yang pertama-tama kita cari dan lihat adalah apakah di foto
tersebut ada diri kita. Kalau tidak ada maka kita kurang tertarik untuk melihatnya. Contoh lain : ada seorang anak berusia 3
tahun yang diberikan 5 butir permen. Lalu saat neneknya minta satu butir tidak
diberinya padahal tidak mungkin dia diajarkan seperti itu oleh orang tuanya. Hal
ini memperlihatkan bahwa sejak kecil anak sudah belajar egois. Ada peribahasa
Tionghoa yang berkata, “Jangan hanya menyapu salju di depan rumah sendiri dan
tidak mau tahu orang lain”. Karena
banyak orang yang menyapu bersih salju di atap rumahnya sendiri sedangkan salju
di atap rumah tetangganya dibiarkan. Kita bersyukur memiliki Allah yang tidak
egois. Karena bila demikian, maka Ia tidak akan memberikan Yesus Kristus kepada
kita mengingat dengan kedatanganNya ke dalam dunia, Yesus Kristus kemudian dihina,
disiksa dan disalibkan di kayu salib. Jadi bila Allah egois, maka semua orang
di muka bumi ini akan masuk ke neraka. Ia tidak pernah menyimpan suatu kebaikan
bagi kita. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia telah menciptakan dunia dengan
dengan segala isinya terlebih dahulu (termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan di darat
, burung-burung dan ikan-ikan). Kalau sebaliknya, maka manusia akan kelaparan. Tidak
ada yang suka dengan orang yang egois. Orang yang egois dihindari oleh orang
lain. Karena kita anak-anak Tuhan yang percaya kepada Tuhan Yesus, maka kita
harus tampil beda dengan orang duniawi. Jadi bila melihat orang yang miskin dan
mengalami kesusahan maka kita tidak hanya mengatakan Tuhan akan memberkati sehingga
engkau cukup, namun kita sendiri juga mengulurkan tangan kita. Bila tidak maka
iman kita adalah iman yang mati. Dalam firman Tuhan dikatakan , Jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.(Yak 2:14).
Anak Tuhan Harus Memiliki Hati yang Baik
Ada
seorang ahli bintang (astronom) yang menyelidiki bintang-bintang di langit. Suatu
kali ia ingin melihat bintang di luar kota. Karena tidak mengenal kondisi tempatnya,
saat mengamati bintang ia terjatuh ke dalam sumur. Lalu ia berteriak-teriak, “Tolong..tolong!”
Ada seorang yang mendengar teriakannya, lalu bertanya, “Mengapa engkau jatuh ke
dalam sumur?” Lalu ia pun menceritakannya. Orang yang mendengar teriakan itu
hanya bertanya, “Mengapa engkau terus saja melihat ke atas dan tidak melihat ke
bawah sehingga jatuh?” Jadi ia tidak memberi pertolongan. Iman kita tidak menggantung tinggi di langit
dan menganggap firman Tuhan hanyalah sekedar kata-kata yang tidak perlu dipraktekkan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus memiliki hati yang baik. Melakukan
kebaikan adalah kewajiban, tetapi melakukan kebaikan harus punya hati yang bijaksana
dan peka akan keadaan kalau tidak akan mendatangkan kecelakaan bagi diri
sendiri. Saya pernah mengalami peristiwa ini dan hal ini sangat menyusahkan. Suatu
kali saya ingin menolong seseorang agar karirnya berhasil, namun ternyata ia malah
menipu saya. Saya juga pernah menerima SMS dari seseorang yang ingin meminjam
Rp 500.000 untuk membayar uang kos. Saya teringat perkatan Pdt. Sung bahwa saat
ada orang ingin meminjam, maka bila mampu berikan saja tanpa memikirkan untuk dikembalikan.
Lalu saya balas SMS nya dan menyampaikan pesan bahwa saya hanya bisa
menimjamkan Rp 200.000. Setelahnya , orang itu sampai saat ini tidak pernah ada
kabarnya. Pernah juga saat saya kembali ke gereja setelah berkhotbah dengan
tema tentang memberi di suatu gereja, ada seorang perempuan yang menggendong
anak yang sakit panas datang menemui saya. Saya kemudian mengusulkan agar anaknya dibawa
ke puskesmas terdekat. Di samping itu saya juga memberikan uang yang saya
terima dari gereja tempat saya berkhotbah tadi. Tanggal 9-10 Februari kemarin, terjadi banjir
besar di Jakarta. Pdt. Hery Kwok datang sendiri ke rumah-rumah jemaat untuk
menolong mereka dan menelpon jemaat untuk menguatkan. Terkadang Tuhan mengijinkan
terjadinya bencana agar umatNya bisa memperhatikan orang lain. Pdt Sung sering
berkata,”Kita tidak mungkin menolong orang satu kampung, sehingga perlu dibuat
prioritas yakni menolong orang-orang
yang dekat dengan kita terlebih dahulu.
Saya
tidak suka tinggal di apartemen karena kecil, mahal dan sulit mengenal tetangga.
Sehingga sewaktu pindah dari pastori, saya tinggal di Karawaci di dalam
lingkungan di mana saya mengenal semuanya (para tetangga dan petugas keamanan).
Sedangkan di Mangga Besar, saya sudah tinggal 30 tahun, tapi satpam di sini
tidak mengenal saya. Berbeda dengan satpam di Karawaci yang kerapkali menegur
saya. Waktu berbelanja di pasar, saya teringat untuk membelikan mereka kue atau
minuman kotak. Demikian pula dengan tukang sampah bila datang dan saya
kebetulan memiliki sesuatu yang dapat diberikan, maka akan saya membaginya. Suatu
kali saat saya pergi ke mal, tiba-tiba hujan lebat turun. Saya teringat dengan
jemuran yang belum diangkat sehingga pulang cepat-cepat. Ternyata saat sampai
di rumah rak jemuran saya sudah dipindah ke tempat yang aman. Saya tahu itu
pasti tetangga di seberang rumah sehingga saya datangi dan ucapkan terima
kasih. Jadi dalam hidup bertetangga, janganlah ribut dan bertengkar dengan mereka.
Kita harus baik dengan mereka sehingga mereka pasti membantu kita. Bila punya
hati yang baik , kita pasti mendapat balasan yang baik.
Di
program TV Kick Andy tanggal 23 Januari 2015 lalu ada 46 orang konglomerat yang
mendapat piagam penghargaan padahal di
Indonesia terdapat banyak konglomerat tapi yang terpilih hanya 46 orang itu
saja karena mereka memenuhi kriteria yang ditentukan. Pada acara itu yang
diundang hadir hanya 3 orang saja yang ketiganya orang Kristen yakni 1 orang pemimpin
di group perusahaan Astra, pemilik Sido Muncul dan seorang dokter yang bekerja di
bisnis asuransi. Yang pertama, bos Astra mengatakan bahwa waktu kecil, keluarganya
sangat miskin sekali sehingga orang –orang di sekelilingnya memandang hina. Ia kemudian
berkata dalam hatinya bahwa suatu hari kalau Tuhan mengijinkan, dengan hartanya
dia ingin menolong orang-orang miskin. Dan benar sekarang saat ia sangat kaya,
ia pun menolong karyawan-karyawannya sehingga mereka tidak pernah demo. Ia mengatakan
bahwa selama masih hidup di dunia ini, saya pasti melakukan sesuatu yang
berguna. Yang kedua, bos Sido Muncul. Suatu kali Andy F. Noya menelpon bos Sido
Muncul dan meminta pertolongan. Dijawabnya, “Baik. Ini adalah kesempatan yang
diberikan Tuhan kepada saya.” Kemudian Andi F. Noya bertanya, “Apakah dengan terus
memberi, uangmu habis?” Yang dijawab,”Belum pernah habis!”, Tuhan tidak pernah
membuatnya kekurangan. Dia sudah membuat banyak jaringan untuk menolong orang-orang
yang membutuhkan termasuk menolong anak-anak yang terkena penyakit kanker, memberi
beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu, mendirikan rumah sakit untuk
pengobatan gratis bagi yang tidak mampu.
Perkataannya ada yang mengutip firman Tuhan, "Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu
apa yang diperbuat tangan kananmu" (Mat 6:3) dan Hendaklah kebaikan hatimu
diketahui semua orang. (Fil 4:5) yang disampaikan menjadi “apa yang
diperbuat tangan kananmu agar diketahui tangan kirimu”. Andi F. Noya kemudia bertanya.”Mengapa?” Dijawab, “Kalau tangan
kanan kita berbuat baik maka tangan kiri tahu , hal ini dimaksudkan agar orang kaya lain melihat dan melakukannya juga”.
Yang ketiga adalah dokter Lie yang dulunya pernah ditolak masuk fakultas
kedokteran di universitas di Indonesia karena dianggap tidak punya bakat
menjadi dokter. Akhirnya ia pergi ke Jerman untuk sekolah kedokteran dan
belajar cukup lama di sana. Dia kemudian melewati hari-harinya di sana dengan
baik. Lalu Andi bertanya, “Mengapa engkau mau pulang ke Indonesia?”. Ia pun
menjawab, “Saya lahir di Indoensia dan saya melihat di Indonesia banyak orang yang
perlu pertolongan”. Ia kemudian memakai kapal laut untuk terus pergi ke
kota-kota kecil dan menolong orang-orang yang membutuhkan di sana. Ia melakukan
operasi di kapal dan semuanya dilakukan gratis. Ditanyakan tentang dana untuk
operasionalnya dia menjawab, “Tuhan tidak pernah memberi kekurangan kepadanya”.
2
minggu yang lalu saya berbicara ke seorang saudari yang beribadah di gereja
Betel. Ketika kami ngobrol, pendetanya
di Banten punya beban untuk memberitakan Injil! Di sana ia beli tanah seluas 12
ha. Saya bertanya ,”Untuk apa tempat sebesar itu”. Rupanya ia ingin membuka
sekolah dan rumah sakit yang gratis. Tuhan telah menggerakkan orang-orang ini untuk
memperhatikan orang lain. Tuhan kita memperhatikan dan menjaga orang-orang
miskin.
God is Good
Ulangan 15:11 Sebab orang-orang miskin
tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi
perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi
saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu." . Di dalam bahasa Indonesia, kata “perintah” adalah
suatu keharusan untuk dilakukan. Sedangkan di dalam bahasa Mandarin digunakan
kata “pesan”. Di dalam Kitab Suci, orang miskin dari dulu sampai sekarang pasti
(tidak putus-putusnya) ada.
Kel 23:10-11 Enam tahunlah lamanya
engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya, tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau
membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara
bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan
dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan
kebun zaitunmu.
Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat baik karena
setelah 6 tahun engkau bercocok tangan
maka pada tahun ke-7 engkau harus berhenti agar orang miskin bisa makan.
Imamat 19:9-10 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu,
janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah
kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu
janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin
dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu. Ketika mau mengambil tunaian,
jangan disabit dan diambil sampai habis agar sisanya bisa diambil oleh orang
miskin. Ini adalah perkataan Tuhan Yehova. Kalau kita ikut perintah Tuhan ,
Tuhan tidak pernah membiarkan kita. Tuhan kita sangat baik!
Menjadi “Tongkat”
Minggu lalu sepulang dari gereja dan balik ke rumah,
kaki saya merasa sakit. Saya mencoba berjalan ke sana ke sini sampai malam,
namun kaki saya tidak membaik. Hari berikutnya, kaki saya terasa sakit sekali. Hal
ini disebabkan oleh asam urat. Setelah itu saya tidak bisa berjalan. Akhirnya putrid
saya, Yuli, menemani saya ke rumah sakit. Yuli menjadi tongkat saya. Saya memegang tangannya sebagai tongkat dan berjalan selangkah demi
selangkah. Ketika orang lain lemah, apakah kita telah menjadi tongkat baginya?
Ketika iman orang lain sedang lemah, apakah kita bisa menopangnya dengan menjadi
tongkatnya? Bila ada siswa SMA 3 yang sudah lulus tapi tidak bisa melanjutkan
kuliah ke universitas karena tidak cukup uang, apakah kita mau menjadi tongkat baginya?
Apakah kita mau menolong agar ia bisa maju terus. Asal kita mau, kita bisa
menjadi tongkat bagi orang lain. Jangan hanya menyapu salju di depan rumah
sendiri dan tidak mau tahu orang lain. Di musim salju kita harus memberi kayu
bakar kepada orang yang perlu / miskin. Ketika melihat orang mengalami kesusahan,
kita dengan cepat menolong dia. Injil bukan untuk diri sendiri saja, karena
bila tidak akan ada orang yang gagal dalam percintaan dan ekonomi bunuh diri
karena tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Siapa yang dapat menolong mereka? Kita
harus pergi menolong mereka. Kita harus menyampaikan Injil kepada mereka.
Apakah seisi rumah, saudara dan teman sudah percaya pada Tuhan? Kita sekarang
berada di gereja dan percaya kepada Tuhan Yesus, pasti ada orang lain yang
membawa kita. Mengapa kita tidak membawa orang-orang yang belum percaya untuk
datang ke gereja? Ini kewajiban kita semua.
No comments:
Post a Comment