Pdt. Paulus Daun
Mat 4:10b Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!"
Yoh 4:24 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Pendahuluan
3
hari yang lalu pada tanggal 19 Februari
2015 (Kamis) orang Tionghoa merayakan tahun baru Imlek. Biasanya orang Tionghoa
saat hari raya Imlek bertemu dan mengucapkan恭喜发财(Gōng xǐ fā cái, selamat
semoga rezekinya berlimpah) 万事如意 (wàn shì rú yì, semoga
segala masalah akan sesuai dengan yang dikehendaki atau semoga beruntung).
Sebagai orang Kristen Tionghoa, apakah boleh megucapkan kalimat ini? Sebenarnya
bukan boleh atau tidak, tapi kurang tepat. Karena kalimat ‘gong xi fa cai’
menggambarkan seolah-olah uang di atas segalanya atau seolah-olah makna dan
tujuan kita hanya untuk uang saja. Jadi nuansa keduniawiannya agak lekat
sehingga sebagai orang Kristen Tionghoa,kurang tepat bila mengucapkan ‘gong xi
fa cai’. Wan shi ru yi bukannya tidak boleh tetapi juga kurang tepat. Karena seolah-olah
segala sesuatu yang dicapai dengan kehendak sendiri padahal seringkali kehendak
kita salah sasaran karena adanya dosa. Seharusnya “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi"(Lukas
22:42b). Oleh karena itu ucapan “gong xi fa cai” dan “wan shi ru yi” kurang
tepat. Sebagai gantinya ucapan sederhana新年快乐 (xin nian kuai le, selamat tahun baru), 新年蒙恩! (Xin Nian Meng En,
semoga mendapat berkat di tahun baru) lebih tepat.
Timbul
permasalahan sebagai orang Kristen Tionghoa apakah boleh mengikuti perayaan
tahun baru Imlek ? (karena ada pendeta yang melarang jemaatnya merayakan tahun
baru imlek). Sebenarnya bukan saja boleh malah harus merayakannya. Argumentasi :
setiap suku bangsa di dunia ini masing-masing punya tahun baru demikian pula
dengan orang Tionghoa yang punya tahun baru (Imlek). Sebagai orang Tionghoa
bukan saja sekedar ikut merayakan malah harus merayakannya. Hanya ada hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam perayaannya. Tahun baru Imlek tidak dirayakan hanya
1 hari tapi 3 minggu berturut-turut yakni 1 minggu sebelum Imlek dan 2 minggu sesudahnya
dan puncaknya hari raya cap go me (元宵节Yuan Xiao Jie). Kata cap go me berasal dari dialek Hokkian
dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Selama 3
minggu perayaan itu banyak sekali acara dan upacara . Di sinilah sebagai orang Kristen
Tionghoa perlu memperhatikannya karena ada upacara yang boleh kita ikuti dan
ada juga yang tidak!
Mitos Seputar Tahun Baru Imlek
Dari mitos-mitos seputar tahun baru Imlek yang ada
berikut beberapa mitos di antaranya :
1.
Sembahyang dewa dapur
Satu minggu sebelum tahun baru Imlek (tanggal 23 bulan 12
kalender Tionghoa) ada upacara yang
dinamakan hari raya mengantar dewa dapur (灶神Zao Shen ) naik ke langit yakni upacara ‘menyogok’ dewa dapur sebelum naik ke
langit. Dikatakan menyogok karena orang Tionghoa percaya, dewa dapur mendapat
mandat dari dewa langit untuk tinggal di tengah keluarga dengan tugas untuk
mengawasi setiap anggota keluarga. Dari
hari pertama sampai hari terakhir dalam setahun , apa saja yang mereka pikir-lihat-
dengar-katakan-lakukan diawasi lalu secara cermat ditulis di bukunya. Satu
tahun sekali dewa dapur naik ke langit dan melaporkan ke dewa langit segala
sesuatu yang dilakukan di setiap anggota keluarga. Lalu dewa langit menurunkan
hukuman atau memberikan keberuntungan (hoki) kepada anggota keluarga tersebut.
Orang Tionghoa takut bila dewa dapur melaporkan hal-hal yang negatif, sehingga
sebelum dewa dapur naik ke langit diadakan sembahyang dengan sesajian berupa
penganan manis supaya dewa dapur mulutnya menjadi ‘manis’ sehingga yang
disampaikan ke dewa langit juga manis (hal-hal yang baik). Kue keranjang (年糕Nian Gao) disajikan ke
dewa dapur karena memiliki bahan perekat sehingga dengan memakannya dewa dapur
akan sulit buka mulut dan laporannya menjadi kurang jelas.
Saat mendengarkan kepercayaan ini kita merasa lucu, namun
banyak orang yang mempercayai hal ini . Bukan saja penduduk kampung yang buta
huruf bahkan penduduk kota yang pendidikannya tinggi sampai S3. Saat ditanya
kenapa percaya hal ini, dijawab tidak tahu. Hal ini dilaksanakan karena orang
tua melakukan demikian sehingga mereka mengikuti saja. Kebudayaan Tionghoa yang
dijabarkan dalam bentuk tradisi kehidupan sehari-hari lebih didominasi oleh tahayul
(mempercayai sesuatu yang tidak diketahui). Walaupun upacara menyogok dewa
dapur itu tidak masuk akal , tetapi kepercayaan ini membuktikan apa yang
dikatakan Alkitab yakni semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23) baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
sadar maupun tidak, betapa pun tingginya standard moral mereka, dalam setahun mereka
mengakui pernah melakukan kesalahan. Mereka takut dilaporkan dewa dapur ke dewa
langit. Ketakutan ini membuktikan :
1.
orang Tionghoa
mengakui sepanjang tahun mereka pernah melakukan kesalahan. Ini membuktikan
sekalian manusia sudah berdosa tidak terkecuali orang kaya-miskin, berpendidikan-
tidak, apa pun status sosial di tengah masayarakat, mereka mengakui telah
membuat kesalahan.
2.
Mereka juga
mengakui upah dosa itu maut. Orang Tionghoa mengakui bahwa mereka membuat
kesalahan dan kesalahan akan mendatangkan hukuman. Pada Ibrani 9:27 dikatakan manusia ditetapkan untuk mati hanya satu
kali saja, dan sesudah itu dihakimi. Orang Tionghoa tahu bahwa dosa akan
mendatangkan hukuman.
3.
Melalui cara
mneyogok dewa dapur, menggambarkan kerinduan orang Tionghoa yang ingin
mendapatkan kelepasan. Istilah teologisnya ingin mendapatkan keselamatan agar
terhindar dari hukuman itu. Namun kesalahannya adalah menggunakan kepintaran
sendiri untuk mendapat keselamatan. Karena orang Tionghoa mementingkan uang ,maka
orang Tionghoa bekerja pagi, siang, sore dan kalau perlu juga malam bekerja. Suami dan istri
bekerja untuk uang. Karena uang bisa membuat setan melakukan segala hal. Hal
ini membuat orang menjadi mata duitan dan ganas. (saudara juga bisa disikat
habis karena uang). Dengan uang bisa melakukan segala sesuatu termasuk menyogok
dewa dapur agar lepas dari hukuman!
Kalau benar di dunia ini ada dewa dapur dan bisa ‘disogok’
oleh manusia berarti ia telah mengkhianati kepercayaan dewa langit yang telah
memberi tugas kepadanya. Kalau dewa langit ada, masa ia baru tahu tentang
kondisi manusia setelah diberi laporan oleh dewa dapur? Kalau dewa langit ada,
masakan ia tidak tahu laporan yang disampaikan kepadanya itu benar atau salah.
Yang dikatakan ALkitab tentang Allah tidak demikian. Pada Maz 139, Allah yang
dikatakan dalam Alkitab bukan saja Maha Kuasa dan Maha Ada dan Dia juga adalah
Allah yang Maha Tahu. Ada yang melaporkan atau tidak, Allah tahu karena Dia
tidak hanya melihat bagian luar kita tapi juga sampai ke lubuk hati kita.
Sehingga kita tidak bisa menyembunyikan apapun juga. Dia melihat segala sesuatu
karena ia Allah Maha Tahu! Sehingga yang bersalah tidak luput dari hukuman. Yoh 3:16 16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Bukan dengan cara menyogok manusia
bisa melepaskan diri dari hukuman tetapi melalui Yesus Kritsus! Yesus Kristus
datang lalu mati di atas kayu salib bukan karena kesalahanNya karena Dia orang
kudus, tetapi Dia di salib untuk mengantikan kita supaya manusia tidak binasa
melainkan beroleh hidup yang kekal. Banyak orang Tionghoa ingin melepaskan diri
dari dosa. Mereka tidak tahu bahwa keselamatan satu-satunya hanya ada di dalam Tuhan
Yesus. Tugas kita memberitahu mereka khususnya keluarga kita yang belum
percaya.
2.
Menyapu (Bebersih) saat Imlek
Menjelang tahun baru Imlek, orang Tionghoa membersihkan rumah sebersih-bersihnya. Orang juga
dibersihkan dari ujung rambut sampai kaki menjadi baru. Orang Tionghoa percaya
kalau bawa barang lama maka tidak beruntung. Kebiasaan orang Tionghoa tidak
suka membawa hutang ke tahun baru karena ‘bo hoki’ (tidak mendatangkan
keberuntungan). Setelah melunasi hutang baru masuk tahun baru. Orang Kristen
boleh berhutang tapi harus bayar hutang. Orang Tionghoa , selesaikan hutang
sebelum memasuki tahun baru. Orang Tionghoa percaya, tidak boleh bersih-bersih
dan sapu-menyapu selama Imlek. Rumah kotor tidak boleh disapu, karena kalau menyapu
sampah ke luar berarti menyapu hoki keluar rumah (membuang keberuntungan). Sehingga
menyapu sampah ke dalam agar hoki tidak keluar. Alkitab mengatakan, di dalam
keluarga ada hoki atau tidak, bukan karena sapu menyapu tetapi adakah Tuhan di dalam
rumah? Kalau di dalam rumah tidak ada Tuhan pasti tidak ada hoki.
Kalau di dalam rumah ada Tuhan dan di dalam hati
suami-isitri-anak ada Tuhan, maka mereka
tidak akan berani berbuat yang tidak-tidak. Tetapi sebaliknya bila di dalam
hati suami-istri-anak tidak ada Tuhan maka kacau balaulah keluarga itu.
Keluraga berantakan (termasuk kawin–cerai) karena suami bisa mendapatkan istri
baru. Demikian juga dengan istri. Sepertinya kawin-cerai menjadi hal yang biasa.
Mereka melupakan satu hal yaitu anak-anak mereka. Tidak ada anak yang suka dengan
ayah atau ibu baru. Papa saya lebih tua dibanding ibu sehingga saat papa
meninggal ibu menjadi seorang janda yang masih muda dan cantik. Setelah papa
meninggal, banyak pria mendekati ibu
saya untuk menjadikannya istri. Saya baru berusia sekitar 7 tahun. Setiap kali
ada pria yang mendekati ibu, saya menangis. Tidak ada anak yang mau papa baru. Menurut
psikolog, anak dari keluarga broken-home
tidak baik perkembangannya. Di tengah masyarakat terjadi tendensi perceraian,
karena di dalam hati tidak ada Tuhan. Kalau ada Tuhan maka keluarga akan hidup harmonis.
Diharapkan keluarga Kristen bisa menjadi contoh.
Saya menikah tahun 1972 sekarang telah berlangsung 40 tahun
lebih! Kami dikaruniakan 3 orang anak (2 laki-laki dan 1 perepuan). Satu per
satu mereka berkeluarga dan meninggalkan kami sehingga di rumah hanya ada saya (72
tahun) dan istri (71 tahun). Secara manusiawi makin sering melihat semakin bosan dan jelek. Namun
karena ada Tuhan dalam keluarga dan hati kami, maka kami memegang komitmen yang
disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Walau sudah jelek dan tua,
kasih Tuhan terus melingkupi kami. Anak-anak kami sampai saat ini belum pernah
melakukan hal yang memalukan papanya yang pendeta dan Tuhan. Yang hebat Tuhan
mengawasi mereka. Cucu saya ada 2 orang (1 perempuan 10 tahun dan 1 laki-laki 5
tahun). Waktu cucu perempuan saya berusia 6 tahun, dia sudah bisa bicara empat
bahasa (Inggris, Hokkian, Mandarin dan Indoneisa). Di sekolah sewaktu
menghadapi ujian bahasa Mandarin ditanya apakah takut? Dijawabnya, “Saya takut
setengah mati. Tapi saya datang ke Tuhan, lalu berdoa agar hanya pelajaran-pelajaran yang saya pelajari yang keluar sedangkan yang
tidak jangan keluar. Puji Tuhan, yang saya pelajari keluar semuanya, sehingga
dapat 100. Lalu saya datang ke Tuhan Yesus mengucapkan terima kasih karena
sudah mendengar doa saya.” Jawabannya lucu, tetapi itu merupakan jerih payah
orang tua bagaimana mengajar anak untuk takut kepada Tuhan! Hatinya ada Tuhan
dan saat mengikuti ujian ia tidak pernah nyontek. Sehingga hoki ada di rumah
bukan karena sapu-menyapu. Banyak sanak saudara kita yang tidak tahu rahasia
ini. Kewajiban kita memberitahu bahwa hoki sejati diperoleh hanya dalam Tuhan Yesus.
3.
Te-pai dalam acara kumpul keluarga
Malam tahun baru ada acara kumpul dan makan keluarga. Semua
anak bahkan dari luar kota dan luar negeri diusahakan kumpul dan makan yang
biasanya didakan di restoran. Di dalamnya ada acara penting te-pai yakni anakdan
cucu berlutut menyuguhkan teh lalu orang tua menerima dan minum. Upacara ini
sangat penting artinya untuk membutuktikan bakti anak terhadap orang tua.
Banyak keluarga Kristen tidak mengerti. Karena dilakukan dengan cara berlutut lalu
ditolak, sehingga suasananya jadi kurang enak. Orang tua dalam hati merasa sakit,
lalu menganggap anaknya yang Kristen tidak berbakti. Sehingga agama Kristen
dianggap mengajar anak-anak jadi kurang ajar. Ini salah. Acara te-pai boleh
bahkan harus diikuti. Dengan momen ini ingin dibuktikan bahwa walau telah menjadi
Kristen tetap menjadi anak berbakti. Te-pai tidak ada hubungannya dengan
penyembahan.
4.
Sembahyang arwah leluhur
Biasanya pagi hari saat tahun baru imlek ada upacara
sembahyang untuk arwah leluhur. Saat ini disediakan beraneka makanan seperti
daging babi sam can, ikan bandeng, ayam, manisan, buah-buahan. Lalu anak, cucu
dan cicit berbaris di depan meja
sembahyang , mengambil hio untuk sembahyang sebanyak 3 buah dan selanjutnya meminta
kepada arwah orang tua, kakek atau buyutnya yang sudah meninggal. Acara ini
tidak boleh diikuti karena berkaitan dengan penyembahan. Di kalangan orang
Tionghoa banyak upacara yang bersifat tradisional. Upacara tradisional ini
harus dipilah apakah termasuk kultural (kebudayaan) atau ritual keagamaan (penyembahan).
Kalau tergolong kultural boleh dilakukan tetapi berkaitan dengan ritual tidak
boleh dilakukan.
Untuk membedakan apakah upacara itu bersifat ritual atau
tidak, dapat dilihat apakah yang
disembah berbentuk roh atau tidak. Kalau berbentuk roh maka tidak boleh dilakukan,
karena Allah itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Allah,
setan dan malaikat itu roh. Ritual yang terkait dengan roh tidak boleh dilakukan!
Sembahyang ke arwah leluhur bersifat ritual sehingga tidak boleh dilakukan. Sedangkan
pada acara te-pai, objeknya adalah orang tua atau dengan perkataan lain objeknya
berbentuk bukan roh karena masih hidup. Acara ini bersifat kultural. Dengan pengetahuan
ini, kita bisa menempatkan diri dengan baik sehingga kita jangan menjadi batu
sandungan tapi berkat.
5.
拜年 ( Bai nian)
Anak muda suka ikut
berkunjung ke tempat orang yang lebih tua karena senang mendapat ang pao (紅包 hóng bāo amplop merah). Sebagai
orang Tionghoa boleh ikut dan harus bai
nian (memberikan ucapan selamat Imlek). Itu baik. Kalau orang Kristen diberi
ang pao boleh diterima. Waktu menerimanya,kita ucapkan terima kasih. Lalu sebagai
balasnya, kita juga menghadiahkan barang seperti buku rohani, traktat atau CD
rohani. Mungkin waktu bacaan tersebut diberikan belum dibaca, tapi nanti waktu dibaca
, maka benih Injil masuk dan membuka hatinya untuk percaya. Saya menerima Injil
bukan karena mengikuti KKR atau ada misionari yang memberikan traktat dan tidak
ada yang membimbing, tetapi Injil membimbing saya menjadi orang Kristen bahkan menjadi
pendeta. Penerima ang pao adalah orang yang belum menikah (yang menikah tidak menerima
angpao). Saat memberikan ang pao,
jangan pelit-pelit memberinya. Kalau kedatangan anak muda, kita beri ang-pao
sambil katakan,”Ini angpao berkat Tuhan” lalu kasih pesan, “jangan lupa hari Minggu
datang ke gereja”.
6.
Anak perempuan yang baru menikah tidak boleh pulang
dahulu sewaktu imlek
Anak perempuan yang baru menikah pada waktu tahun baru
imlek tidak boleh pulang. Karena ada kepercayaan ini, anak perempuan Kristen yang
menikah kalau orang tua nya punya kepercayaan seperti ini, jangan pulang untuk
menghormatinya karena bila tetap pulang maka sepanjang tahun orang tuanya bisa tidak
tenang apalagi kalau tahun itu ada malapetaka. Tapi saya tidak memiliki kepercayaan
seperti itu, maka pada tahun baru imlek, semua anak harus pulang semua. 1 hari
sebelum tahun baru imlek, anak perempuan harus pulang bersama suami-anak dan boleh memberi ang-pao. Menantu Kritsten
waktu pulang bukan saja bawa istri dan anak tapi juga memberi ang pao kepada
mertua dalam jumlah yang cukup agar tidak dipandang rendah oleh mertua. Maksudnya
bukan untuk menyogok, tetapi dengan memberi angpao yang lebih banyak menimbulkan
hati yang lebih hormat (segan) dari mertua kepada kita. Sehingga suatu hari bila
gereja mengadakan ibadah untuk menyambut tahun baru dan mengundangnya, maka mertua
akan datang. Kalau kita pelit maka akan dilecehkan. Logikanya , mertua telah
menginvestasikan uangnya pada istri (9
bulan mengandung, kasih makanan sehat (吃补Chī bǔ atau cia po dalam dialek Hokkian), membayar uang untuk sekolah dan kuliah, semuanya merupakan investasi mertua pada diri istri dalam
jumlah besar. Sebagai suami bawa ang-pao besar, anggap saja seolah-olah membayar
pajak kepada mertua, sehingga mertua mempunyai hati yang segan. Hal itu menjadi
harga dari uang yang ada di dunia. Sehingga suatu kali sang mertua bertobat dan
Alkitab berkata, “Demikian juga akan ada
sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang
bertobat." (Lukas 15:10).
Penutup
Setiap
tahun kita merayakan Imlek dan saat merayakannya kita bertemu dengan mitos-mitos
yang berkaitan dengannya. Namun setelah memahami kehendak Allah dalam Alkitab, Imlek
dapat menjadi momen untuk membagikan berkat dan rencana Allah bagi umat manusia
agar dapat memperoleh keselamatan sejati.