Ev. Susan Kwok
1 Kor 15:9 Karena aku adalah yang paling
hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah
menganiaya Jemaat Allah.
Efesus 3:8 Kepadaku, yang paling hina di
antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk
memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak
terduga itu,
1 Tim 1:15 Perkataan ini benar dan patut
diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan
orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.
Pendahuluan
Beratus
tahun lalu John Henry Newton (24 Juli 1725- 21 Desember 1807) mengarang sebuah lagu
yang dikenal sampai saat ini yakni Amazing
Grace . Amazing Grace, how sweet the
sound,that saved a wretch like me. I once was lost but now am found, was blind,
but now I see. Newton lahir di London dan ia putra seorang komandan kapal
dagang yang berlayar di Mediterania. Waktu kecil ia aktif ke Sekolah Minggu berkat ibunya,
seorang yang hidup dekat dengan Tuhan. Namun sang ibu meninggal ketika Newton
berumur 7 tahun. Ayahnya kemudian menikah
lagi. Pada usia 11 tahun, Newton meninggalkan
sekolah dan menjadi seorang pelaut. Ia tinggal
di tepi pantai barat Afrika untuk mengumpulkan budak-budak lalu menjualnya ke Amerika. Selama pelayaran yang dilakukan, ia sering
melakukan cara hidup yang sangat menjijikkan. Sebelum para budak sampai ke tangan
majikannya, ia meniduri mereka terlebih dahulu. Ia juga sering mabuk-mabukan
dan melakukan banyak tindakan kriminal. Pada tahun 1748, ketika akan pulang ke
Inggris, kapalnya diserang badai. Nampaknya seluruh kapal akan tenggelam
beserta penumpangnya, tetapi akhirnya mereka selamat. Seusai pengalaman itu, ia mulai membaca buku
“Teladan Kristus”, buku yang sangat
memikatnya. Pengalaman melalui badai
maut dan isi buku tersebut ternyata dipakai oleh Roh Kudus untuk menanam benih
pertobatan di dalam hatinya sehingga mau menerima Kristus sebagai Juruselamat. Selama tahun-tahun berikutnya, Newton tetap
menjadi kapten di kapal pengangkut budak-budak tetapi gaya hidupnya telah
berubah. Tiap hari Minggu, ia mengadakan
kebaktian dengan 30 awak kapalnya. Akhirnya
Newton meninggalkan pekerjaan sebagai pedagang budak karena ia menyadari usaha
itu tidaklah manusiawi. Kemudian ia
ingin menjadi hamba Tuhan dan mulai belajar.
Pada umur 39 tahun, ia diangkat menjadi pendeta di Olney, Inggris. Sering ia bercerita tentang bagaimana Tuhan
menangkap dirinya. Tahun 1780 Newton
menjadi rektor dari Woolnoth St Maria, St Mary Woolchurch, di London. Di sana ia menarik dan mempengaruhi banyak
orang, di antaranya William Wilberforce, yang kemudian menjadi pemimpin dalam
kampanye untuk menghapus perbudakan.
Newton terus berkhotbah sampai akhir hidupnya, meskipun dia telah buta! Bagaimana
mungkin orang seperti Newton bisa berubah kalau bukan karena firman Tuhan yang
bekerja? Demikian pula dengan Rasul Paulus (3–67 M). Ia seorang Yahudi dari
suku Benyamin yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia
lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem
dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Pada masa mudanya, ia
hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama
Yahudi. Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus),
dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damsyik (Kis
9:1-22), ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus.
Firman
Tuhan sanggup mengubah manusia dari tidak percaya menjadi percaya. Itulah salah
satu karya Roh Kudus yang bisa kita nikmati saat ini. Karya Roh Kudus yang
mengubah orang tidak percaya menjadi percaya adalah karya evangelistis
(penginjilan). Itu sebabnya John Newton , Saulus dan kita bisa bertobat. Tetapi
karya Roh Kudus bukan hanya karya penginjilan. Karya penting dari Roh Kudus
lainnya adalah karya pengajaran. Roh Kudus mengajar dan memimpin sehingga setelah
orang menjadi percaya maka ia akan berubah tingkah lakunya. Ibarat seorang guru yang mengajar muridnya
dari yang tidak tahu menjadi tahu. Demikian juga Roh Kudus berkarya sehingga
orang yang percaya kepada Tuhan melakukan perubahan dalam dirinya baik dalam
kata, pikiran, tingkah laku dan dari semua aspek kehidupannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup
kita juga dipimpin oleh Roh (Gal 5:25).
Seorang yang tidak mau dipimpin Roh Kudus tidak akan pernah mau berubah.
Mungkin dia berubah dari tidak percaya menjadi percaya tapi tidak berubah dalam
hal karakter dan mental yang jelek. Itu sebabnya kita sering menemukan, banyak
orang yang sudah puluhan tahun mengikut Tuhan, tetapi tutur kata yang jelek dan
menjijikkan tetap ada dalam dirinya!
Rasul Paulus Berubah dalam Karakter
Setelah Bertobat!
1
Kor 15:9, Efesus 3:8 dan 1 Tim 1:15 adalah 3 bagian firman Tuhan yang
membuktikan bahwa Rasul Paulus juga berubah dalam karakter (cara berkata,
berpikir dan berbuat) setelah bertobat! Sebelum Saulus betobat, ia adalah
seorang tokoh yang pintar, terkenal saleh dan baik, pandai berkhotbah di lingkungan
jemaat agama Yahudi dan sangat pintar beradu argumentasi. Tidak banyak orang
yang bisa berdebat dengan Rasul Paulus. Ia sangat dihormati banyak orang.
Tetapi sewaktu ia mengetahui bahwa apa
yang ia lakukan tidak sesuai dengan yang Tuhan mau, Saulus pun bertobat. Namun
setelah bertobat , tidak menjamin ia berubah. Masih ada hal-hal yang perlu dipergumulkan dan berargumentasi
dengan hamba Tuhan lain sebelum ia berubah.
1
Kor 15:9 (Karena aku adalah yang paling
hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah
menganiaya Jemaat Allah) ditulis Rasul Paulus pada waktu ia memulai
pelayanan setelah ia baru bertobat dalam perjalanan ke Damsyik. Di sini ia membandingkan dirinya dengan para rasul,
orang-orang yang punya panggilan khusus. Jadi di antara orang panggilan Tuhan,
ia orang yang paling hina.
Tapi
pada Efesus 3:8 yang ditulisnya 6 tahun kemudian ia mengatakan,”Kepadaku, yang paling hina di antara segala
orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada
orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu” Di sini
ia menulis bahwa ia adalah orang yang paling hina dari antara orang kudus yaitu
jemaat gereja (jemaat pada umumnya, orang awam yang tidak sekolah teologia). Jadi
dalam perjalanan pelayanan bertahun-tahun, ia mulai menyadari dirinya dan ia
melihat dirinya tidak lagi dengan angkuh dan mendapatkan bahwa “aku adalah yang
paling hina di antara lingkungan jemaat”.
Tetapi pada 1 Tim 1:15 ia menuliskan , Perkataan ini benar dan patut diterima
sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang
berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tuhan Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa (baik orang kaya, miskin,
pintar, bodoh dll) dan di antara orang-orang berdosa itu, akulah (Paulus) yang
paling berdosa.
Dalam
bahasa sehari-hari pada 1 Kor 15:9 Rasul Paulus masih membandingkan dirinya, “Aku
paling miskin di antara 10 orang terkaya di dunia.” atau aku nomor 11 di antara yang terkaya di
dunia. Pada Efesus 3:8 ia sedang membandingkan seolah-olah, “Aku paling miskin
di antara 10 orang terkaya di Indonesia”. Berarti sekarang nomor 11 terkaya di
Indonesia. Tetapi dalam 1 Tim 1:15, ia membandingkan dirinya dan seolah-olah
berkata“Aku miskin. Di antara orang-orang yang paling miskin, aku lebih miskin.”
Perbedaan
ini terjadi setelah Rasul Paulus melewati proses waktu bertahun-tahun. Tidak
ada yang instan terjadi waktu mengikut Tuhan. Kita harus bersedia dikorek,
dipukul dan dibentuk sampai menjadi sesuatu yang indah. Kalau kita mengatakan, “Saya
adalah orang yang paling sabar di antara orang yang paling marah berarti belum
sabar.” Oleh sebab itu Rasul Paulus harus melewati tahun demi tahun untuk tiba
pada ayat 1 Tim 1:15 (Aku adalah orang yang paling berdosa di antara orang
berdosa). Itu adalah suatu perubahan dari dalam. Ia berani mengakui keberadaan
diri sendiri. Tidak semua orang dapat melakukannya. Sulit menyampaikan hal yang
paling memalukan dalam diri kita pada dunia. Kita berusaha menutupi dan memoles
supaya orang mendapat kesan berbeda dari aslinya. Itu sebabnya banyak sekali
orang Kristen munafik. Kekristenan yang tidak berubah dari dalam tapi berusaha
memoles apa yang dari luar. Apa yang bisa membuat kita berubah? Firman Tuhan yang kita baca setiap hari
dengan tekun, itu adalah cara Tuhan untuk mengubah kita. Firman Tuhan
mempunyai pengaruh mengubah kita, kalau kita hidup dalam firman Tuhan. Tetapi
bila firman Tuhan hanya dibaca terburu-buru, jangan harap firman Tuhan akan
bekerja. Firman Tuhan akan berkuasa dan menjadi bagian dalam diri kita, untuk
itu kita harus punya waktu yang cukup untuk membaca dan membiarkan Firman Tuhan
mempengaruhi kehidupan kita. Kalau tidak , maka kita hanya menjadi orang
Kristen yang kelihatan baik di luar.
Ada
seorang misionaris yang memberikan kitab Amsal ke seorang pedagang di kota
Srilangka. Seminggu kemudian, pedagang ini mencari hamba Tuhan tersebut dan
mengembalikannya. “Saya kembalikan karena saya tidak suka membaca kitab Amsal
ini,” katanya. “Mengapa?” tanya sang misionaris. “Karena kitab Amsal ini mengoreksi
cara saya berdagang, jadi saya tidak suka.”jawab si pedagang. Memang di kitab Amsal
banyak tegoran, peringatan dan nasehat, sehingga pedagang ini tidak suka. Kalau
demikian bagaimana Firman Tuhan akan mempengaruhi? Selain tidak punya waktu
yang cukup untuk membaca, kita juga suka memilih-milih bagian Alkitab yang akan
kita baca. Karena saya suka ayat-ayat yang menguatkan saya, dan tidak suka ayat-ayat
yang menyentil kehidupan saya. Ayat
seperti ini, nanti saja dibacanya karena tidak ada waktu. Kekristenan itu harus
dari dalam ke luar, baru bisa firman Tuhan mengubahkan. Karena firman Tuhan itu
, saya punya cukup waktu untuk membacanya dan membiarkan Alkitab mengoreksi
saya dan menuntun hidup saya. Kalau Rasul Paulus tidak punya kehidupan yang
indah dengan firman Tuhan tidak mungkin ia berubah dari tahun ketika ia menulis
1 Kor ke tahun ketika ia menulis 1 Tim. Dari tidak percaya menjadi percaya, itu
baru permulaan. Tetapi setelah hidup di dalam Kristus, harus ada proses yang
nyata dalam perubahan karakter. Firman
Tuhan itu adalah alat ukur yang tepat. Perkataan orang belum tentu tepat. Firman
Tuhan pasti tepat. Seringkali orang percaya tidak percaya dengan alat ukur yang
tepat itu tetapi dia lebih percaya, pada
apa kata orang lain.
Suatu
hari ada seseorang yang ingin membeli sepatu. Lalu ia mulai mengukur dari tumit
ke jari kaki yang paling panjang dan kemudian mengukur lebarnya dengan
menggunakan seutas tali. Begitu sampai ke toko, ternyata tali yang tadi dipotong
sesuai ukuran kakinya tertinggal. Lalu ia berkata ke penjaga toko, “Sebentar ya.
Jangan tutup toko dulu. Saya mau ambil tali ukuran kaki saya.” Penjaga toko
bingung, “Mengapa orang tersebut tidak mengukur
kaki dengan sepatunya saja? Kenapa harus pulang dulu? Bukannya kakinya ada?”
Lucu bukan? Tetapi itu yang sering terjadi dalam hidup kita. Firman Tuhan
adalah alat ukur yang tepat, tetapi kalau firman Tuhan memberitahukan kesalahan,
maka kita marah dan tidak suka.
Penutup
Saat
berkhotbah di suatu KKR Dwight Lyman Moody (1837-1899), tokoh kebangunan rohani gelombang ketiga di Amerika
Serikat pada abad ke-19 dan seorang pengkhotbah ulung yang sering mengadakan KKR,
didatangi oleh seorang doktor teologia (S3). Doktor ini datang dengan satu
tujuan yakni mempermalukan D.L.. Moody karena ia tahu Moody bukan seorang
sarjana. Ia dulunya seorang pembuat sepatu. Pada tahun 1860, ia memutuskan
untuk menjadi penginjil penuh waktu, tanpa pernah menempuh pendidikan teologi
formal. Jadi doktor ini datang untuk mencari kesalahan-kesalahan yang akan disampaikan
D.L. Moody dalam khotbahnya. Namun apa yang terjadi? Setelah selesai KKR, doktor
ini mendatangi D.L. Moody dengan menangis. D.L. Moody bertanya, “Mengapa kamu
menangis?” Sang doktor pun menjelaskan, “Saya malu. Saya datang untuk
mendengarkan kesalahan-kesalahan dalam khotbah yang kamu sampaikan, sebab saya
tahu kamu bukan seorang sarjana sedangkan saya seorang doktor dalam bidang
teologia. Namun dari awal sampai akhir khotbah, saya tidak menemukan kesalahan,
tetapi saya menemukan firman Tuhan luar biasa keluar dari mulut kamu. Saya
minta maaf dan saya tidak akan pernah melakukan ini lagi kepada siapapun!”
Moody mengatakan, “Ketika engkau datang kepada Tuhan, jangan engkau datang
untuk mengkritik Tuhan. Biarkan Tuhan mengkritik kamu. Ketika engkau membaca
Alkitab , jangan engkau membaca dengan keinginan untuk mencari kesalahan Tuhan.
Cobalah belajar untuk membiarkan Firman Tuhan mengkoreksi kamu!” Karena Firman
Tuhan adalah alat ukur yang paling tepat.
Itu sebabnya saya sering berkata, “Ucapan hamba Tuhan bisa salah, ucapan
jemaat bisa salah, hanya ucapan Tuhan yang tidak pernah salah.” Bagaimana
jemaat GKKK Mabes dapat diubahkan oleh Firman Tuhan? Hanya kalau Firman Tuhan
menjadi satu dengan hidup dan diri kita. Banyak orang Kristen malas dan tidak
suka membaca firman Tuhan. Kalau begitu bagaimana mungkin bisa berubah? Biarlah
kita menjadi jemaat GKKK Mabes yang tahun demi tahun ada perubahan dalam diri
kita. Mungkin hari pertama bertobat, kita adalah orang yang bengis, tetapi
setelah 10 tahun bertobat, kita sudah harus bisa meninggalkan kebengisan itu.
Waktu kita baru bertobat, kita orang yang suka gossip, tetapi dalam perjalanan
dengan Tuhan, seharusnya kesukaan bergosip itu hilang. Ketika mengenal Tuhan pertama kali, kita mungkin orang yang
masih berpikiran negatif. Tetapi kemudian , kita berubah menjadi orang yang berpikiran
positif. Hal ini dimungkinkan bila seperti kata pemazmur pada Maz 1:1-2
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah
Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.