Pdt. Arganita Saragih
Kis 16:24-26
24
Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang
penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang
kuat.
25 Tetapi kira-kira tengah malam Paulus
dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang
hukuman lain mendengarkan mereka.
26 Akan tetapi terjadilah gempa bumi
yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga
terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Pendahuluan
Tata
ibadah gereja-gereja karismatik berbeda dengan gereja-gereja injili. Saat
kuliah di sekolah teologia, saya berdoa untuk diberi kesempatan melayani
gereja-gereja karismatik dalam bidang doktrin. Harapannya agar selain puji-pujian
dalam ibadah yang baik, jemaat juga dibekali dengan kebenaran firman Tuhan yang
sejati. Sehingga setelah selesai beribadah, jemaat mengalami perubahan hidup. Jemaat
agar tidak hanya datang, memuji Tuhan dengan membangkitkan emosi semata untuk
mendapat ‘kelegaan’, namun setelah selesai dan pulang, ternyata kelegaan itu
hanya semu saja. Sementara itu gereja aliran utama seperti gereja-gereja injili
seringkali puji-pujiannya terasa begitu hambar, apalagi bila memuji dengan nada
dasar yang terlalu tinggi maka tenggorokan seperti tercekik sehingga waktu
mendengarkan khotbah banyak yang tidur. Saya rindu berperan serta dalam membenahinya.
Kuasa Puji-Pujian
Dalam
musik gereja, puji-pujian seharusnya menjadi ujung tombak sebelum masuk dalam
firman Tuhan. Namun hal ini tidak sepenuhnya terjadi pada gereja injili. Salah
satu jawabannya adalah jemaat tidak tahu kuasa dari puji-pujian. Banyak yang biasa
mengeluh dalam hidupnya dan tidak bersyukur. Beberapa hari lalu, saya baru
kembali dari pelayanan di luar kota selama 12 hari. Dalam perjalanan pulang ke
bandara, saya diantar oleh salah satu keluarga jemaat gereja yang terdiri dari suami-istri
dan anaknya. Sepanjang perjalanan , sang istri banyak mengeluh tentang suaminya
sementara sang suami menyetir mobil. Suaminya dikatakan bodoh tidak bisa bisnis
sehingga yang banyak cari uang adalah istrinya. Suaminya bodoh tidak bisa
mendidik anaknya sesuai prinsip-prinsip firman Tuhan. Suaminya hanya tahu
melayani Tuhan di gereja, tetapi tidak bisa mencari uang. Suaminya bodoh karena
sering mau disuruh-suruh orang-orang gereja untuk antar jemput dan masih banyak lagi keluhan-keluhannya. Selama
30 menit lebih, sang istri hanya mengeluh tentang suaminya. Setelah itu saya
bertanya, “ibu pilih mana : suaminya melayani jemaat di gereja atau perempuan
lain? Ibu pilih mana : suaminya tidak bisa bisnis tapi cinta keluarga atau jago
bisnis tapi main perempuan di luar? Apakah ibu mengalami bahwa suamimu
mencintai keluarga, dirinya dan Tuhan? Bersyukurlah karena banyak istri di luar
yang disakiti karena suaminya berselingkuh!” Sang istri menundukkan kepala dan
berkata, “Benar apa yang ibu katakan!” Saya berkata, “Mulai hari ini jangan melihat
kelemahan tapi bersyukurlah untuk kelebihannya!” Banyak yang mengeluh tentang
apa yang diberikan Tuhan dalam kehidupannya. Manusia hanya berfokus pada apa
yang dimiliki, diinginkan dan belum dicapai. Ini berbahaya, karena kita hanya
habiskan waktu untuk meratapi diri!
Rasul
Paulus banyak meneladani kehidupan Tuhan Yesus. Kehidupan Rasul Paulus tidak
mudah dan lebih sulit dari kita. Kebanyakan kita setiap hari hanya memiliki
masalah seputar keluarga dan pekerjaan, namun Rasul Paulus memiliki masalah
yang berhubungan dengan hidup–matinya dalam memberitakan firman Tuhan. Kis 16:6-7
, Rasul Paulus diceritakan bahwa ia dan Silas akan pergi ke Asia (BItinia),
tetapi tidak diijinjkan Tuhan sehingga berputar kembali ke Makedonia. Padahal
di Asia , Rasul Paulus sudah tahu banyak jemaat yang akan mendengarkan dia
berkhotbah, tetapi Tuhan menyuruhnya kembali ke Makedonia di mana tidak banyak
yang bisa mendengarkan dia berkhotbah. Saat berkhotbah di sana, dari orang-orang
yang mendengarkan khotbahnya hanya 1 yang bertobat yaitu Lidia, penjual kain
ungu dari kota Tiatira. (Kis 16:14-15). Setelah itu ada seorang wanita penenun yang roh jahatnya diusir keluar oleh
Rasul Paulus dalam nama Yesus Kristus. Namun tuan-tuan perempuan penenun itu
tidak senang karena hilangnya sumber penghasilan mereka. Rasul Paulus dan Silas difitnah oleh orang yang
tidak suka dengan pelayanan mereka sampai akhirnya mereka dimasukkan penjara
dan didera. Di dalam masa-masa kritis (antara hidup-mati) tidak didapati Rasul Paulus
dan Silas mengeluh dan menyalahi Tuhan karena ditahan di penjara dan diminta ke
Makedonia. Rasul Paulus bahkan memuji-muji Allah. Baginya hidup-mati bukan
masalah. Yang menjadi fokus Rasul Paulus adalah bagaimana sikap diri dan
hatinya ketika ia menghadapi masalah. Ia dapat menggeser dari berfokus pada dirinya
menjadi kepada Tuhan. Ia tidak mengasihani dirinya, tetapi ia bisa melihat
bahwa Tuhan berkarya terus walaupun ia di penjara. Jika orang menggeser
fokusnya dari diri sendiri kepada Allah, maka Allah bertindak sesuai keinginanNya.
Kehendak Allah membuka belenggu-belenggu rantainya sehingga Rasul Paulus lepas
dan kembali melayani Tuhan. Jika hidup kita tidak berfokus pada diri sendiri,
kita dapat melihat bahwa Tuhan bekerja dan memberikan kasih karunia kepada kita
lebih dari apa yang kita pikirkan. Hari ini manusia yang hidup di akhir zaman,
dibawa oleh iblis untuk tidak berfous pada Tuhan tapi pada diri sendiri.
Saya
mengajar di sekolah teologia untuk mata kuliah psikologi. Saya ingin selalu
mengkoreksi ilmu-ilmu psikologi yang selama ini diajarkan ke calon-calon hamba Tuhan.
Jika seseorang belajar psikologi tanpa memahami kebenaran doktrin firman Tuhan
, maka ia akan menjadi humanistrik (berfokus pada manusia). Contoh : teori tentang
anak kecil seperti kertas kecil yang siap ditulisi itu salah. Karena begitu
lahir dalam dunia, ia sudah membawa dosa turunan. Sehingga ketika seorang bayi
dalam dunia ia sudah membawa kerusakan total manusia. Oleh karena itu kita bisa
tahu untuk melakukan dosa anak kecil tidak perlu diajarkan, karena sejak lahir
dirinya sudah rusak total. Tetapi untuk hidup dalam kebenaran firman Tuhan, di
kitab Ulangan 6:7 dikatakan bahwa kita harus mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anak kita. Pada bulan Feb 2014 lalu saat mengajar S3, saya membongkar pikiran-pikiran pemimpin
gereja dan sekolah tentang pemahaman psikologi pendidikan yang seharusnya
mereka ajarkan kepada jemaat. Karena jika tidak memiliki doktrin yang benar
dalam kehidupan, maka fokus kita meleset dari Allah kepada diri sendiri. Oleh
karena itu berapa banyak hari ini orang melayani di gereja, sebenarnya fokusnya
diri sendiri bukan Tuhan. Jika ia menyiapkan segala sesuatu dengan baik , bukan
untuk Tuhan agar bagus dilihat dan baik dan bukan untuk Tuhan ini yang disebut
fokus pada diri sendiri. Ketika berfokus pada diri sendiri, maka kita tidak
bisa melihat kebenaran firman Tuhan. Kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan
bukan diri sendiri , tapi kenyataannya kita senang dimuliakan daripada Allah
dimuliakan. Sehingga ketika sebuah pelayanan berhasil, mulutnya berkata “Puji Tuhan”
tapi hatinya memuji diri sendiri. Teman saya senangnya “diangkat-angkat”. Misalkan
namanya Anna. Jadi kita berkata kalau pelayanan berhasil, “Puji Anna bukan puji
Tuhan”. Walaupun di mulut Anna berkata puji Tuhan tapi hatinya memuji dirinya
sendiri. Ketika hal ini terjadi, diri saya bercermin apakah diri saya juga
seperti Anna. Karena ketika ingin dipuji , maka kita gagal untuk memuji Tuhan.
Ketika
kita gagal memuji Tuhan, maka pelayanan kita tidak akan berkuasa seperti kuasa
dari surga. Iblis bisa memberikan kuasa dalam pelayanan dan iblis bisa memuji Tuhan.
Di Singapore ada sebuah gereja yagn cukup besar. Berkali-kali saya datang untuk
belajar dari gereja itu. Pendetanya membawakan firman Tuhan dengan sangat baik
dan mempesonakan. Kalau mau masuk gereja itu , kita harus antri. Beberapa waktu
lalu ada berita di internet, bahwa pendeta dari gereja tersebut ditangkap
polisi karena korupsi sebesar 1 juta dollar Singapore. Kebetulan teman saya,
yang bergereja di sana, berkata, “Bukan itu saja masalahnya. Yang jadi rahasia
umum, kalau dia mau naik ke mimbar untuk berkhotbah , ia mengalami gugup luar
biasa. Untuk membuangnya, ia melakukan masturbasi sebelumnya!” Mendengarkan hal tersebut sangat mengerikan
sekali. Waktu mendengarnya saya instrospeksi diri, “jangan-jangan saya
melakukan sifat dan esensinya sama tapi bentuknya beda”. Mungkin saya tidak
melakukan hal yang tidak senonoh, tetapi ketika naik ke atas mimbar, apakah
saya mempersiapkan diri dengan baik agar Tuhan dipuji atau karena sudah biasa
berkhotbah tiap hari maka tidak persiapan dan naik ke mimbar asal-asalan. Ini
yang berbahaya! Tadi malam, selesai memimpin KKR gabungan 4 gereja karismatik
di Kelapa Gading. Ketika puji-pujian dinaikan, orang yang datang menangis
menyesali dosa. Ketika mereka menaikkan
puji-pujian dengan bertepuk tangan sambil meloncat-loncat, dari tempat duduk di
belakang hati saya bergetar. Saya takut itu hanya fenomena atau yang kelihatan
saja. Sehingga yang menggerakan bukan lagi kuasa Tuhan tapi emosi. Ketika naik
ke atas mimbar saya berkata, “Mari kita tenangkan dan teduhkan hati kita agar
supaya waktu menyembah dan memuji Tuhan berfokus pada Tuhan bukan pada emosinya
agar firman Tuhan berkuasa mengubahkan hidup .“
Orang
sulit bersyukur dalam kehidupannya karena yang difokuskan itu dirinya. Ketika
orang mengangkat tangan bernyanyi dan memuji, sungguhkah itu digerakkan kuasa
Allah atau digerekkan keinginan sendiri. Ketika datang ke gereja setiap minggu,
sungguhkah kita didorong kuasa Allah atau datang sebagai rutinitas, sehingga
dalam hidup kita tidak ada kuasa untuk melakuakan banyak hal. Berapa banyak
orang Kristen hari ini di gereja yang hidupnya tidak berdampak pada orang lain?
Karena dari mulut dan hatinya tidak ada kuasa untuk memuji Tuhan . Oleh karena
itu firman Tuhan berkata, “Hitunglah berkat-berkat yang engkau terima”. Tidak
dikatakan, hitunglah hal-hal yang membuat engkau susah. Orang yang tidak
sanggup bersyukur maka hidupnya tidak berkuasa untuk miliki dampak pada orang
lain.
Berapa
lama kita hidup di dunia ini? Apakah hidup kita tidak berdampak pada orang
lain? Karena hidup kita kering, kita
terlalu sibuk pada diri sendiri, tidak berfokus pada Tuhan, sehingga kita sering
terjebak dalam rutinitas hidup. Bahkan ketika berada dalam gereja pun hati kita
sering tidak tenang dan berpikir kenapa khotbah ini lama sekali karena saya ingin
cepat pulang dan makan, dan berpikir masih ada hal lain yang akan dilakukan
setelah pulang dari gereja. Sehingga ketika memasuki saat teduh di hadapan Tuhan,
pikiran terganggu untuk menyenangkan diri. Saya sering jengkel kalau ada
pengkhotbah yang tidak bisa ikut sampai akhir ibadah, karena ingin pergi ke
gereja lain untuk khotbah . Hal seperti ini banyak terjadi di gereja
karismatik. Saya sering kasihan pada orang dari gereja injili yang suka jajan
ke gereja demikian. Gereja seperti itu , membuat jemaat tidak bertumbuh secara
rohani. Di gereja injili dikhotbahkan kepada jemaat untuk pikul salib dan ikut menderita bersama Kristus
sedangkan di gereja karismatik disampaikan bahwa kalau hidup kita diberkati
maka hidup tidak menderita dan orang hari ini senang mendengar khotbah seperti
itu. Padahal Alkitab tidak mengajarkan itu dan itu berbahaya. Sejak 2005 saya
masuk ke gereja karismatik bahkan pada 2010 saya mengajar di sekolah teologi
aliran karismatik, karena berprinsip untuk tidak hanya mengkritik tanpa
berbuat. Di GBI Jelambar, saya melayani PA setiap Sabtu. Maka ibadahnya
karismatik, tapi doktrinnya calvinis sehingga disebut reform karismatik. Gereja
ini melayani orang-orang miskin yang ada di sana. Hidup ini berdampak karena
mereka memiliki kuasa dalam kehidupannya. Mereka tidak bertanya mengapa mereka
miskin atau susah, tapi mereka melihat bagaimana Allah berkarya dalam
kehidupan. Oleh karena itu penting bagi kita, untuk fokus pada Allah. Hitunglah
pada hari ini berapa banyak berkat yang sudah kita terima. Jangan hitung
kesulitan hidup. Karena logika berpikirnya, kalau tidak mau susah dan
bermasalah, jangan mau hidup. Selama orang hidup pasti punya masalah. Oleh
karena itu berapa banyak kita hitung masalah itu membuat kita menjadi orang
yang tidak berpengharapan.
Kuasa
pujian berikutnya ketika mampu bersyukur dan memuji Tuhan sebesar apapun
masalah dalam hidup kita ada harapan. Seorang aktor Hollywood, Robin
Williams (1951-2014), ditemukan meninggal karena bunuh diri akibat tidak ada
pengharapan dalam dirinya, seolah-olah tidak ada jalan keluar. Orang tidak bisa
tidur, bersyukurlah karena itu anugerah. Ada yang berkata, “Saya jengkel sekali
karena saya sering mengantuk!” Saya berkata, “Bersyukurlah, asal jangan di
gereja ngantuk!” Karena ada orang yang kalau mau tidur ,harus makan obat tidur.
Jadi setiap hari saya bersyukur, karena saya gampang tidur. Saya bisa tidur bahkan
dalam keadaan jongkok, mampu tidur di mobil dan pesawat, karena saya biasanya
tidak punya banyak waktu untuk tidur karena pelayanan yang tidak berhenti.
Begitu selesai pelayanan, dalam perjalanan pulang saya langsung tidur sehingga saya
merasa segar walau baru pulang naik pesawat dan tiba pagi dinihari.
Kesimpulan
Hal
kecil juga dapat membuat kita mampu memuji Tuhan. Memuji Tuhan tidak saja
ketika sembuh dari sakit-penyakit. Memuji Tuhan bukan karena kita sudah bebas
dari utang-utang kita. Bukan hanya ketika kita mendapati pasangan berubah
menjadi lebih baik. Tetapi memuji Tuhan dari hal-hal sederhana. Dengan kuasa
puji-pujian kepada Tuhan, hidup yang bertumbuh akan bangkit karena kita memiliki Allah yang berkuasa yang
mampu mengubah apapun sesuai dengan kehendakNya. Puji-pujian tidak dari lagu
yang dinaikkan, tapi dari tiap mulut dan hati yang bersyukur. Mari kita
renungkan kembali kebaikan Tuhan.
No comments:
Post a Comment