Sunday, August 24, 2014

Kuasa Puji-Pujian


Pdt. Arganita Saragih

Kis 16:24-26
24  Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.
25 Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
26 Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

Pendahuluan

                Tata ibadah gereja-gereja karismatik berbeda dengan gereja-gereja injili. Saat kuliah di sekolah teologia, saya berdoa untuk diberi kesempatan melayani gereja-gereja karismatik dalam bidang doktrin. Harapannya agar selain puji-pujian dalam ibadah yang baik, jemaat juga dibekali dengan kebenaran firman Tuhan yang sejati. Sehingga setelah selesai beribadah, jemaat mengalami perubahan hidup. Jemaat agar tidak hanya datang, memuji Tuhan dengan membangkitkan emosi semata untuk mendapat ‘kelegaan’, namun setelah selesai dan pulang, ternyata kelegaan itu hanya semu saja. Sementara itu gereja aliran utama seperti gereja-gereja injili seringkali puji-pujiannya terasa begitu hambar, apalagi bila memuji dengan nada dasar yang terlalu tinggi maka tenggorokan seperti tercekik sehingga waktu mendengarkan khotbah banyak yang tidur. Saya rindu berperan serta dalam membenahinya.

Kuasa Puji-Pujian
               
                Dalam musik gereja, puji-pujian seharusnya menjadi ujung tombak sebelum masuk dalam firman Tuhan. Namun hal ini tidak sepenuhnya terjadi pada gereja injili. Salah satu jawabannya adalah jemaat tidak tahu kuasa dari puji-pujian. Banyak yang biasa mengeluh dalam hidupnya dan tidak bersyukur. Beberapa hari lalu, saya baru kembali dari pelayanan di luar kota selama 12 hari. Dalam perjalanan pulang ke bandara, saya diantar oleh salah satu keluarga jemaat gereja yang terdiri dari suami-istri dan anaknya. Sepanjang perjalanan , sang istri banyak mengeluh tentang suaminya sementara sang suami menyetir mobil. Suaminya dikatakan bodoh tidak bisa bisnis sehingga yang banyak cari uang adalah istrinya. Suaminya bodoh tidak bisa mendidik anaknya sesuai prinsip-prinsip firman Tuhan. Suaminya hanya tahu melayani Tuhan di gereja, tetapi tidak bisa mencari uang. Suaminya bodoh karena sering mau disuruh-suruh orang-orang gereja untuk antar jemput dan  masih banyak lagi keluhan-keluhannya. Selama 30 menit lebih, sang istri hanya mengeluh tentang suaminya. Setelah itu saya bertanya, “ibu pilih mana : suaminya melayani jemaat di gereja atau perempuan lain? Ibu pilih mana : suaminya tidak bisa bisnis tapi cinta keluarga atau jago bisnis tapi main perempuan di luar? Apakah ibu mengalami bahwa suamimu mencintai keluarga, dirinya dan Tuhan? Bersyukurlah karena banyak istri di luar yang disakiti karena suaminya berselingkuh!” Sang istri menundukkan kepala dan berkata, “Benar apa yang ibu katakan!” Saya berkata, “Mulai hari ini jangan melihat kelemahan tapi bersyukurlah untuk kelebihannya!” Banyak yang mengeluh tentang apa yang diberikan Tuhan dalam kehidupannya. Manusia hanya berfokus pada apa yang dimiliki, diinginkan dan belum dicapai. Ini berbahaya, karena kita hanya habiskan waktu untuk meratapi diri! 
                Rasul Paulus banyak meneladani kehidupan Tuhan Yesus. Kehidupan Rasul Paulus tidak mudah dan lebih sulit dari kita. Kebanyakan kita setiap hari hanya memiliki masalah seputar keluarga dan pekerjaan, namun Rasul Paulus memiliki masalah yang berhubungan dengan hidup–matinya dalam memberitakan firman Tuhan. Kis 16:6-7 , Rasul Paulus diceritakan bahwa ia dan Silas akan pergi ke Asia (BItinia), tetapi tidak diijinjkan Tuhan sehingga berputar kembali ke Makedonia. Padahal di Asia , Rasul Paulus sudah tahu banyak jemaat yang akan mendengarkan dia berkhotbah, tetapi Tuhan menyuruhnya kembali ke Makedonia di mana tidak banyak yang bisa mendengarkan dia berkhotbah. Saat berkhotbah di sana, dari orang-orang yang mendengarkan khotbahnya hanya 1 yang bertobat yaitu Lidia, penjual kain ungu dari kota Tiatira. (Kis 16:14-15). Setelah itu ada seorang wanita  penenun yang roh jahatnya diusir keluar oleh Rasul Paulus dalam nama Yesus Kristus. Namun tuan-tuan perempuan penenun itu tidak senang karena hilangnya sumber penghasilan mereka.  Rasul Paulus dan Silas difitnah oleh orang yang tidak suka dengan pelayanan mereka sampai akhirnya mereka dimasukkan penjara dan didera. Di dalam masa-masa kritis (antara hidup-mati) tidak didapati Rasul Paulus dan Silas mengeluh dan menyalahi Tuhan karena ditahan di penjara dan diminta ke Makedonia. Rasul Paulus bahkan memuji-muji Allah. Baginya hidup-mati bukan masalah. Yang menjadi fokus Rasul Paulus adalah bagaimana sikap diri dan hatinya ketika ia menghadapi masalah. Ia dapat menggeser dari berfokus pada dirinya menjadi kepada Tuhan. Ia tidak mengasihani dirinya, tetapi ia bisa melihat bahwa Tuhan berkarya terus walaupun ia di penjara. Jika orang menggeser fokusnya dari diri sendiri kepada Allah, maka Allah bertindak sesuai keinginanNya. Kehendak Allah membuka belenggu-belenggu rantainya sehingga Rasul Paulus lepas dan kembali melayani Tuhan. Jika hidup kita tidak berfokus pada diri sendiri, kita dapat melihat bahwa Tuhan bekerja dan memberikan kasih karunia kepada kita lebih dari apa yang kita pikirkan. Hari ini manusia yang hidup di akhir zaman, dibawa oleh iblis untuk tidak berfous pada Tuhan tapi pada diri sendiri.
                Saya mengajar di sekolah teologia untuk mata kuliah psikologi. Saya ingin selalu mengkoreksi ilmu-ilmu psikologi yang selama ini diajarkan ke calon-calon hamba Tuhan. Jika seseorang belajar psikologi tanpa memahami kebenaran doktrin firman Tuhan , maka ia akan menjadi humanistrik (berfokus pada manusia). Contoh : teori tentang anak kecil seperti kertas kecil yang siap ditulisi itu salah. Karena begitu lahir dalam dunia, ia sudah membawa dosa turunan. Sehingga ketika seorang bayi dalam dunia ia sudah membawa kerusakan total manusia. Oleh karena itu kita bisa tahu untuk melakukan dosa anak kecil tidak perlu diajarkan, karena sejak lahir dirinya sudah rusak total. Tetapi untuk hidup dalam kebenaran firman Tuhan, di kitab Ulangan 6:7 dikatakan bahwa kita harus mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita. Pada bulan Feb 2014 lalu saat mengajar S3,  saya membongkar pikiran-pikiran pemimpin gereja dan sekolah tentang pemahaman psikologi pendidikan yang seharusnya mereka ajarkan kepada jemaat. Karena jika tidak memiliki doktrin yang benar dalam kehidupan, maka fokus kita meleset dari Allah kepada diri sendiri. Oleh karena itu berapa banyak hari ini orang melayani di gereja, sebenarnya fokusnya diri sendiri bukan Tuhan. Jika ia menyiapkan segala sesuatu dengan baik , bukan untuk Tuhan agar bagus dilihat dan baik dan bukan untuk Tuhan ini yang disebut fokus pada diri sendiri. Ketika berfokus pada diri sendiri, maka kita tidak bisa melihat kebenaran firman Tuhan. Kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan bukan diri sendiri , tapi kenyataannya kita senang dimuliakan daripada Allah dimuliakan. Sehingga ketika sebuah pelayanan berhasil, mulutnya berkata “Puji Tuhan” tapi hatinya memuji diri sendiri. Teman saya senangnya “diangkat-angkat”. Misalkan namanya Anna. Jadi kita berkata kalau pelayanan berhasil, “Puji Anna bukan puji Tuhan”. Walaupun di mulut Anna berkata puji Tuhan tapi hatinya memuji dirinya sendiri. Ketika hal ini terjadi, diri saya bercermin apakah diri saya juga seperti Anna. Karena ketika ingin dipuji , maka kita gagal untuk memuji Tuhan.
                Ketika kita gagal memuji Tuhan, maka pelayanan kita tidak akan berkuasa seperti kuasa dari surga. Iblis bisa memberikan kuasa dalam pelayanan dan iblis bisa memuji Tuhan. Di Singapore ada sebuah gereja yagn cukup besar. Berkali-kali saya datang untuk belajar dari gereja itu. Pendetanya membawakan firman Tuhan dengan sangat baik dan mempesonakan. Kalau mau masuk gereja itu , kita harus antri. Beberapa waktu lalu ada berita di internet, bahwa pendeta dari gereja tersebut ditangkap polisi karena korupsi sebesar 1 juta dollar Singapore. Kebetulan teman saya, yang bergereja di sana, berkata, “Bukan itu saja masalahnya. Yang jadi rahasia umum, kalau dia mau naik ke mimbar untuk berkhotbah , ia mengalami gugup luar biasa. Untuk membuangnya, ia melakukan masturbasi sebelumnya!”  Mendengarkan hal tersebut sangat mengerikan sekali. Waktu mendengarnya saya instrospeksi diri, “jangan-jangan saya melakukan sifat dan esensinya sama tapi bentuknya beda”. Mungkin saya tidak melakukan hal yang tidak senonoh, tetapi ketika naik ke atas mimbar, apakah saya mempersiapkan diri dengan baik agar Tuhan dipuji atau karena sudah biasa berkhotbah tiap hari maka tidak persiapan dan naik ke mimbar asal-asalan. Ini yang berbahaya! Tadi malam, selesai memimpin KKR gabungan 4 gereja karismatik di Kelapa Gading. Ketika puji-pujian dinaikan, orang yang datang menangis menyesali dosa.  Ketika mereka menaikkan puji-pujian dengan bertepuk tangan sambil meloncat-loncat, dari tempat duduk di belakang hati saya bergetar. Saya takut itu hanya fenomena atau yang kelihatan saja. Sehingga yang menggerakan bukan lagi kuasa Tuhan tapi emosi. Ketika naik ke atas mimbar saya berkata, “Mari kita tenangkan dan teduhkan hati kita agar supaya waktu menyembah dan memuji Tuhan berfokus pada Tuhan bukan pada emosinya agar firman Tuhan berkuasa mengubahkan hidup .“
                Orang sulit bersyukur dalam kehidupannya karena yang difokuskan itu dirinya. Ketika orang mengangkat tangan bernyanyi dan memuji, sungguhkah itu digerakkan kuasa Allah atau digerekkan keinginan sendiri. Ketika datang ke gereja setiap minggu, sungguhkah kita didorong kuasa Allah atau datang sebagai rutinitas, sehingga dalam hidup kita tidak ada kuasa untuk melakuakan banyak hal. Berapa banyak orang Kristen hari ini di gereja yang hidupnya tidak berdampak pada orang lain? Karena dari mulut dan hatinya tidak ada kuasa untuk memuji Tuhan . Oleh karena itu firman Tuhan berkata, “Hitunglah berkat-berkat yang engkau terima”. Tidak dikatakan, hitunglah hal-hal yang membuat engkau susah. Orang yang tidak sanggup bersyukur maka hidupnya tidak berkuasa untuk miliki dampak pada orang lain.
                Berapa lama kita hidup di dunia ini? Apakah hidup kita tidak berdampak pada orang lain? Karena hidup kita kering,  kita terlalu sibuk pada diri sendiri, tidak berfokus pada Tuhan, sehingga kita sering terjebak dalam rutinitas hidup. Bahkan ketika berada dalam gereja pun hati kita sering tidak tenang dan berpikir kenapa khotbah ini lama sekali karena saya ingin cepat pulang dan makan, dan berpikir masih ada hal lain yang akan dilakukan setelah pulang dari gereja. Sehingga ketika memasuki saat teduh di hadapan Tuhan, pikiran terganggu untuk menyenangkan diri. Saya sering jengkel kalau ada pengkhotbah yang tidak bisa ikut sampai akhir ibadah, karena ingin pergi ke gereja lain untuk khotbah . Hal seperti ini banyak terjadi di gereja karismatik. Saya sering kasihan pada orang dari gereja injili yang suka jajan ke gereja demikian. Gereja seperti itu , membuat jemaat tidak bertumbuh secara rohani. Di gereja injili dikhotbahkan kepada jemaat  untuk pikul salib dan ikut menderita bersama Kristus sedangkan di gereja karismatik disampaikan bahwa kalau hidup kita diberkati maka hidup tidak menderita dan orang hari ini senang mendengar khotbah seperti itu. Padahal Alkitab tidak mengajarkan itu dan itu berbahaya. Sejak 2005 saya masuk ke gereja karismatik bahkan pada 2010 saya mengajar di sekolah teologi aliran karismatik, karena berprinsip untuk tidak hanya mengkritik tanpa berbuat. Di GBI Jelambar, saya melayani PA setiap Sabtu. Maka ibadahnya karismatik, tapi doktrinnya calvinis sehingga disebut reform karismatik. Gereja ini melayani orang-orang miskin yang ada di sana. Hidup ini berdampak karena mereka memiliki kuasa dalam kehidupannya. Mereka tidak bertanya mengapa mereka miskin atau susah, tapi mereka melihat bagaimana Allah berkarya dalam kehidupan. Oleh karena itu penting bagi kita, untuk fokus pada Allah. Hitunglah pada hari ini berapa banyak berkat yang sudah kita terima. Jangan hitung kesulitan hidup. Karena logika berpikirnya, kalau tidak mau susah dan bermasalah, jangan mau hidup. Selama orang hidup pasti punya masalah. Oleh karena itu berapa banyak kita hitung masalah itu membuat kita menjadi orang yang tidak berpengharapan.
                Kuasa pujian berikutnya ketika mampu bersyukur dan memuji Tuhan sebesar apapun masalah dalam hidup kita  ada harapan.                 Seorang aktor Hollywood, Robin Williams (1951-2014), ditemukan meninggal karena bunuh diri akibat tidak ada pengharapan dalam dirinya, seolah-olah tidak ada jalan keluar. Orang tidak bisa tidur, bersyukurlah karena itu anugerah. Ada yang berkata, “Saya jengkel sekali karena saya sering mengantuk!” Saya berkata, “Bersyukurlah, asal jangan di gereja ngantuk!” Karena ada orang yang kalau mau tidur ,harus makan obat tidur. Jadi setiap hari saya bersyukur, karena saya gampang tidur. Saya bisa tidur bahkan dalam keadaan jongkok, mampu tidur di mobil dan pesawat, karena saya biasanya tidak punya banyak waktu untuk tidur karena pelayanan yang tidak berhenti. Begitu selesai pelayanan, dalam perjalanan pulang saya langsung tidur sehingga saya merasa segar walau baru pulang naik pesawat dan tiba pagi dinihari.
               
Kesimpulan

                Hal kecil juga dapat membuat kita mampu memuji Tuhan. Memuji Tuhan tidak saja ketika sembuh dari sakit-penyakit. Memuji Tuhan bukan karena kita sudah bebas dari utang-utang kita. Bukan hanya ketika kita mendapati pasangan berubah menjadi lebih baik. Tetapi memuji Tuhan dari hal-hal sederhana. Dengan kuasa puji-pujian kepada Tuhan, hidup yang bertumbuh akan bangkit  karena kita memiliki Allah yang berkuasa yang mampu mengubah apapun sesuai dengan kehendakNya. Puji-pujian tidak dari lagu yang dinaikkan, tapi dari tiap mulut dan hati yang bersyukur. Mari kita renungkan kembali kebaikan Tuhan.

                

No comments:

Post a Comment