Pdt. Hery Kwok
Maz 42:1-5
42:1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian
pengajaran bani Korah.
42:2 Seperti rusa yang merindukan sungai
yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
42:3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada
Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
42:4 Air mataku menjadi makananku siang
dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana
Allahmu?"
42:5 Inilah yang hendak kuingat,
sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan
manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai
dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
Pendahuluan
Rumah
saya terletak di daerah perkampungan dan dikelilingi oleh sekitar 5 mesjid. Karena
dekat mesjid, maka setiap pk 4 subuh mereka akan memanggil umat mereka. Suatu
kali, ada seorang imam (pendakwah) berkata,”Aduh anak muda sulit sekali sholat.
Ayo anak-anak muda cepat datang ke mesjid karena kita akan mulai sholat subuh.”
Lalu dikeluarkan komentar menarik, “Mari kita sholat sebelum kita disholatin.” Hal
ini menarik untuk direnungkan. Pendakwah itu ingin mengajak umatnya agar
sembahyang (berdoa) selama masih diberi waktu untuk itu dan jangan menunda
sehingga akhirnya karena tidak sempat dan sudah meninggal , orang-orang lainlah
yang justru berdoa untuk kita. Berarti sudah terlambat bagi kita untuk berdoa.
Analog dengan hal tersebut, bagi orang Kristen berlaku, “Ayo pergi ke gereja
(beribadah) sebelum engkau diibadahkan!”
Selama bulan Agustus kita akan merenungkan tentang ibadah.
Mengapa Ibadah Tidak Menjadi Prioritas
dalam Hidup Orang Kristen?
Hal ini disebabkan oleh konsep ibadah itu sendiri yang
dilihat dari segi :
1. Praktis.
Saya pernah melayani di berbagai gereja dan ada yang berkata :
- suasana gereja kering sekali seperti sumur tidak berair sehingga
saya merasa tidak nyaman bergereja di sana.
Hal ini berbeda dengan gereja tetangga yang gegap gempita
- Lagu-lagunya kuno (tidak tahu dari abad ke
berapa) dan tata ibadahnya monoton (tidak meledak-ledak)
- Khotbahnya bisa menghantar tidur yang nyenyak (orang datang ke
gereja, duduk, diam sejenak lalu “istirahat” dengan tenang.
- Suasananya tidak hangat (akrab) dan hidup.
Saya datang dan pulang tidak ada yang tahu (peduli).
2.
Tujuan. Seringkali tujuannya berpusat dari diri manusia yaitu memuaskan
dirinya baik telinga maupun perasaannya (kalau telinga dan perasaan dipuaskan
baru mau ke gereja) atau memenuhi kebutuhannya (saya beribadah untuk mendapat
kesehatan, berkat dalam usaha dan pekerjaan dll. Kalau tidak dapat, maka saya tidak
ke gereja. Hal ini membuat jemaat sulit
untuk setia).
Konsep beribadah sebagian jemaat sudah
bergeser sehingga beribadah (ke gereja) tidak lagi menjadi prioritas.
Arti
Ibadah dalam Konsep Alkitab
Alkitab
mengajarkan konsep arti beribadah yang baik. Baik dalam bahasa aslinya (Ibrani
dan Yunani) konsepa (intinya) sama.
Ibadah adalah suatu sikap dari seorang yang diselamatkan (percaya) yang
menyembah pada Allah yang hidup. Sikap
penyembahan kepada Allah adalah bentuk penghormatan, kekaguman karena Allah
layak menerimanya dari ciptaanNya. Sejarahnya umat Israel menyembah kepada
Allah dengan konsep Allahlah yang harus
disenangkan. Unsurnya : focus kepada
Allah (semata-mata hanya untuk kepentingan Allah). Karena Allah yang harus
ditinggikan, maka mereka harus mempersiapkan dengan kesungguhan hati untuk
bertemu dengan Allah. Kekaguman dan hormat mereka lahir dari hubungan yang dekat
dengan Allah yang telah menyelamatkan mereka. Dari Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan
, Ulangan kita melihat sikap Musa waktu datang kepada Allah. Dari hubungan
relasi Musa kepada Allah , Musa mengakui Allah layak menerima penyembahan. Hal ini berbeda dengan konsep beribadah yang telah
bergeser seperti yang disebutkan sebelumnya.
Konsep
Beribadah dalam Mazmur 42
Mazmur
42 ditulis oleh bani Korah (dari suku Lewi) saat bangsa Israel dibuang ke Babel
oleh Raja Nebukadnezar (2 Raja-Raja 24-25) dan mereka menemukan kesulitan
mereka di negeri asing tersebut. Di Babel,
orang Israel tidak bisa beribadah ke bait Allah seperti saat mereka masih di
Israel di mana mereka bebas datang ke sinagoge. Pada kitab Daniel disaksikan
bahwa orang Israel yang ketahuan beribadah akan dihukum mati. Dahulu waktu Allah memberi kesempatan untuk beribadah,
mereka menyimpang dan berdosa. Waktu dihukum Allah, baru mereka mengerti betapa
berharganya kesempatan beribadah.
Kadang-kadang hidup itu ironi (bertabrakan). Waktu dikasih kelimpahan,
kita lupa menghayati kelimpahan itu.
Dalam kelimpahan orang hidup sembrono dan tidak taat aturan. Tetapi waktu hidup susah, tidak ada
kesempatan, baru kita mengerti betapa mahalnya arti kesempatan. 2 hari lalu saya dan shi mu berkunjung ke
jemaat Ketapang yang menderita sakit kanker payudara. Ia terbarang dengan
kondisi yang menyedihkan. Dulu ia aktif
melayani Tuhan dan hidupnya didedikasikan buat pelayanan. Saat terbaring sakit,
ia tidak bisa lagi pergi beribadah dan pelayanan. Saat berkunjung di rumah
sakit, saya sering mendengar pasien berkata, “Kalau Tuhan menyembuhkan, maka
saya akan datang ke rumah Tuhan”. Itulah
ironi yang digambarkan di Mazmur 42 karena mereka sekarang tidak bisa beribadah
dengan bebas di negeri asing. Bahkan pada ayat 4, orang Babel menghina mereka dengan sindiran, “Di
mana Allahmu (yang membuat mereka sekarang terhukum di negeri Babel)?
Kepercayaan bangsa Israel dihina, iman mereka ditantang dan mereka berada dalam
kondisi yang sulit sekali. Namun di dalam kondisi yang sulit inilah, pemazmur
menulis syair yang bagus tentang ibadah. Dalam kondisi tidak bebas beribadah,
mereka keluarkan mutiara rohani yang tercantum dalam ayat-ayat di Mazmur.
Mazmur
42, ayat 2-3 menggambarkan kerinduan pemamur untuk berjumpa dengan Allah.
Kerinduan tersebut digambarkan seperti seorang yang sedang membutuhkan hal-hal
yang jasmani seperti air. Kata merindukan merupakan kata yang abstrak tapi
pemazmur bisa menjelaskan seperti seekor rusa yang merindukan air, demikian
kerinduanku untuk bertemu dengan Allah. Manusia
bisa tidak makan selama 3-4 hari dan masih sehat , tapi kalau tidak minum manusia
bisa pingsan. Oleh karena air kebutuhan hidup yang paling hakiki sehingga tubuh
kita akan mengalami kesulitan untuk menjalani hidup tanpa air. Maka pemazmur menggambarkan dengan tepat kerinduan ini
seperti rusa yang merindukan air. Rusa adalah bintang yang sangat membutuhkan
air. Itu sebabnya ia mempertaruhkan hidupnya pergi ke sungai walau di sungai
ada pemangsa seperti buaya, karena rusa tahu air adalah kebutuhan hidup. Kerinduan
pada hal-hal yang rohani yaitu bertemu dengan Allah. Kerinduan rohani ini
muncul dalam diri pemzamur. Waktu Rasul Paulus menulis surat ke jemaat di Roma,
ia mengatakan, “Biarlah rohmu menyala-nyala!” (Roma 12:11b). Rasul Paulus
mengungkapkan supaya ada kerinduan rohani yang muncul untuk berjumpa dengan
Allah. Tetapi kerinduan rohani itu menjadi pudar karena berbagai faktor yang
dihadapi dalam hidup ini. Pada waktu bertumbuh dan tidak mendapat pekerjaan
begitu rindu Allah, begitu diberi pekerjaan sering lupa untuk beribadah. Seringkali kerinduan rohan pudar saat digerogoti
sehingga kehilangan esensi tentang ibadah. Ada orang yang usahanya diberkati
Tuhan luar biasa, dan mengakibatkan kerinduannya beribadah kendur dan terkikis.
Pada waktu mungkin ber-rumah tangga, rindu kehadiran anak. Tetapi begitu
diberikan, maka kesulitan mengatur waktu dan tidak beribadah lagi dengan baik.
Pemazmur pada ayat 2-3 mengingatkan kita apakah kerinduan untuk beribadah masih
ada pada diri kita? Mari kita melihat diri kita, sejauh mana saya dengan Tuhan
punya letupan rohani yang kuat? Atau
mungkin saya mulai kehilangan gairah untuk mencari perkara-perkara rohani. Rasul Yohanes berkata, “Waktu engkau
mencintai dunia engkau tidak mencintai Allah”. Saat engkau terhisap dunia, maka
hilalglah kehausan akan Allah. Pemzamur seperti rusa “Aku ingin datang padamu Tuhan
karena aku rindu. Pemahanan pemazmur akan kerinduan pada Allah seperti air.
Kalau Allah merupakan sumber hidup maka tidak akan lalai untuk datang kepadaNya. Waktu tahu harta benda dan usaha bukan sumber
hidup maka kita akan giat mencari Allah. Pemahaman pemzamur menggambarkan
sumber damai dan sejahtera dari Allah maka dikatakan , “Bilakah aku boleh
datang melihat Allah?” (ayat 3b). Ayat dalam kitab Bilangan berkata, “Allah
memalingkan wajahNya kepadamu”. Di dalam
ayat ke 3b perkataan “Bilakah aku
melihat Allah?” menggambarkan apakah Allah yang sumber berkat itu memberikan
berkat berlimpah kepada manusia. Berkat baik materi dan non materi. Misal
kesehatan, kesempatan itu kasih karunia Allah. Kalau Allah berikan itu tidak
ada yang bisa mengambil. Dalam ayat 3-4 Pemazmur menggambarkan kerinduan akan
Allah dalam dirinya.
Pada
Maz 42 ayat ke 5 digambarkan kemungkinan besar hari raya Pondok Daun. Bisaanya
di Israel diadakan sekitar bulan September, dan dirayakan cukup ramai . Ada dua
frasa yang menarik yaitu :
-
Pemazmur adalah
orang yang sangat senang / rindu jika bisa datang ke rumah Allah. Kerinduan
kepada Allah digambarkan dalam bagian kalimat “berjalan maju dalam kepadatan
manusia”. Di Jakarta, kita mengerti arti macet (padat). Kadang melihat kepadatan
manusia, kita merasa tidak perlu ngoyo “ biarlah toh besok masih ada kesempatan”.
Tetapi pemzamur berkata “Aku akan berjalan maju di antara kepadatan manusia”.
Waktu saya ke Israel , kami masuk ke tempat di mana Tuhan Yesus lahir. Tempat
itu menjadi primadona bagi orang Kristen dan banyak orang melihat sehingga
susah masuk ke sana dan membuat kita minta dialihkan ke tempat lain. Pemamur
mengatakan, “Aku mendahulu mereka melangkah ke rumah Allah” artinya benar-benar
mendahului mereka dengan cepat. Apakah kita datang beribadah punya langkah
seperti berusaha cepat datang dan mendahului supaya aku berjumpa Allah?
-
Pemazmur rindu
memuliakan Allah dalam ibadah (kosep ibadah : focus untuk Allah). Di dalam
ayatnya ke 5 bagian akhir dikatakan, “(Aku)
melangkah ke rumah Allah dengan suara
sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan
perayaan”. Orang Israel datang dari Utara jauh sekali ke Yerusalem tetapi
mereka datang dengan kerinduan tinggi dan penuh suka cita. Bukan untuk memuaskan telinga dan hati, walau
Allah akan memberikan kepuasan, tetapi tujuannya Allahlah yang aku puaskan.
Kesimpulan
Di
beberapa negara seperti Tiongkok dan Kirgiztan (di perbatasan Tiongkok dan
Rusia) orang Kristen sulit untuk beribadah. Namun umat Tuhan di sana justru beribadah
dengan penuh antusias (semangat), walau saat beribadah mereka hanya bisa bernyanyi
tanpa suara walau mulutnya bergerak. Mereka sulit untuk mengekspresikan diri
karena takut ditangkap. Ironisnya di Indonesia, kita punya banyak kesempatan beribadah
dan memuji Tuhan tapi tidak digunakan. Mari kita renungkan bagaimana kita
beribadah kepada Allah. Jadikan ibadah prioritas dalam hidup kita.
No comments:
Post a Comment