Pdt. Hery Guo
2 Kor 4:8-11
8
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal,
namun tidak putus asa;
9
kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan,
namun tidak binasa.
10
Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya
kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
11
Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut
karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang
fana ini.
Markus 8:31-34
31
Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia
harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
32
Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus
ke samping dan menegor Dia.
33
Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi
Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
34
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada
mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikut Aku.
Pendahuluan
Beberapa
hari yang lalu, ada artikel tentang seorang kakek yang meninggal di kamar hotel
karena minum obat kuat. Artikel ini berbicara tentang sepak terjang orang tua
yang secara usia harusnya menjadi teladan, tapi malah ia melakukan tindakan tidak
terpuji. Ada juga seorang siswa sekolah yang menyontek, tertangkap lalu
didiskualifikasi oleh gurunya dan dinyatakan tidak lulus. Kalau orang Kristen
melakukan hal-hal seperti ini, jangan berpikir itu salib karena itu bukan salib
tetapi kebodohan dan ia harus bertobat. Dalam
tema “Salib dalam Keluarga : Salah Siapa?”, perlu diluruskan pemahaman tentang
salib, namun tidak menyinggung cara mengatasi kesulitan (seperti di-PHK, anak
korban narkoba) yang menjadi salib dalam
keluarga. Saat orang Kristen yang saleh
, setia, rajin beribadah mengalami masalah iman lalu bagaimana kita memandang
Allah? Karena seringkali dalam hidup timbul pertanyaan yang sulit dijawab
setelah mengikuti apa yang dikehendaki Allah. Ada seorang aktivis yang rajin
melayani tapi kemudian divonis kanker getah bening, lalu dalam waktu singkat ia
meninggal. Ada juga seorang anak Tuhan yang dedikasinya baik kepada Tuhan, lalu
mengalami kelumpuhan karena hancur urat belakangnya saat terjebur di kolam. Pertanyaannya
: mengapa Tuhan ijinkan hal ini terjadi?, Tidak ada jawaban sempurna yang bisa
memuaskan, seandainya kita mengalami hal itu. Bagaimana sudut pandang Kitab Suci
tentang Allah dalam hal ini?
Memikul Salib untuk Mengenal Allah
Markus 8:34
Yesus berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Ayat ini berlatar
belakang peristiwa saat Yesus menyatakan bahwa Dia akan disalib dan dibunuh
lalu Petrus menolak pemikirian itu. Bagi Petrus konsep Tuhan Yesus itu keliru. Bagaimana
mungkin Mesias yang mereka puja harus disalib? Dalam kondisi sekarang, “Bagaimana
dengan mengikuti Tuhan lalu menderita?” Padahal pada pasal sebelumnya, Yesus
memberi makan kepada 5.000 orang sampai kenyang. Sepertinya keindahan dalam mengikuti
Yesus, pupus saat Yesus bicara tentang kematianNya di kayu salib. Itu sebabnya Petrus menegor Yesus, “Jangan
kamu bicara begitu , karena itu bukan perkataan yang benar.” Dan setelah memarahi
Petrus, Tuhan Yesus berkata kepada semua orang, “Siapa mau mengikuti Aku harus
memikul salib”. Salib dalam pemahaman kitab suci adalah sesuatu yang hina dan
tidak ada harapan, melambangkan kematian dan mencerminkan penderitaan. Di dalam
konsep seperti itulah Yesus berkata, “Siapa yang mau mengikuti Aku harus
memikul salibnya.” Melalui salib itulah , kita dibawa Tuhan untuk semakin
mengenal Dia. Seorang anak Allah yang tidak masuk ke dalam salib, maka ia tidak
akan mengenal anak Allah. Reformasi Calvin mengatakan, “Untuk mengenal Allah
maka kenallah Dia yang mati di kayu salib!” Ayat 34 berarti saat engkau memikul
salib maka engkau semakin mengenal Anak Allah. Petrus dan murid-murid lainnya tidak
mengenal Yesus dengan baik saat Yesus melakukan penyembuhan dan mujizat-mujizat
lainnya. Setelah Yesus disalibkan, mati dan bangkit, murid-murid baru mengenal Yesus.
Allah mengijinkan salib itu ada, supaya kita mengenalNya. Ternyata salib itu
kunci supaya kita mengenal Allah yang kita sembah. Seluruh kitab suci membawa kita
kepada pengenalan kepada anak Allah. Waktu Yohanes Pembaptis dipenjarakan oleh
Raja Herodes, ia bertanya kepada Tuhan Yesus melalui kedua muridnya, “Engkaukah yang akan datang itu atau
haruskah kami menantikan seorang lain?" (Lukas 7:19b). Selanjutnya dalam
salibnya, barulah Yohanes Pembaptis mengenal Anak Allah. Melalui salib, mungkin
iman kita ditantang dalam berbagai masalah. Tapi dilihat dari sudut pandang
Allah , Dia ingin membawa kita mengenalNya dengan baik. Ayub yang hidup sejaman
atau lebih lama dari Abraham berkata, “Aku mengenal Allah dari orang dan
cerita, tapi waktu mengalami penderitaan, baru aku mengenal Allah dengan baik.” Saat akan melahirkan, istri dari adik saya
terkena virus Toxoplasma. Akibatnya waktu lahir, anaknya cacat. Namun kerohanian
adik saya mengalami pertumbuhan yang luar biasa, saat ia mengalami hal itu dan
membuatnya mengenal Allah dengan baik. Kalau Allah mengijinkan hal itu terjadi
, maka Allah ingin membawa kita mengenalNya dengan baik. Pengenalan akan Allah
sangat dibutuhkan oleh orang percaya.
Salib Membuat Kita Tergantung pada Tuhan
Pada 2 Kor 4 Rasul
Paulus menyampaikan,”Kami senantiasa memberitakan kematian Tuhan Yesus di kayu
salib”. Ia berbicara tentang salib dalam
kehidupan Tuhan Yesus. Salib adalah lambang tidak adanya kemampuan dan harapan
sehingga hanya ada harapan yang sepenuhnya lahir dari Allah. Allah ijinkan
salib ada, supaya kita tidak berharap pada diri kita (manusia) tetapi
semata-mata kepada Allah. Itu sebabnya ayat 8-9 dikatakan Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal,
namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan,
namun tidak binasa. Setiap dosa yang diperbuat manusia, minimal membuat
kita merasa bersalah. Misalnya : saat menyontek, berbohong atau menggelapkan
uang perusahaan, hati merasa dag-dig-dug ketakutan karena bersalah. Atau kita tidak setia pada pasangan atau
berbuat tidak senonoh, dosa membuat kita merasa bersalah dan tertuduh. Namun ada
1 dosa yang membuat kita tidak merasa bersalah yaitu dosa kesombongan.
Kesombongan adalah musuh Allah karena tidak mau bergantung, tidak mencari dan
mengandalkan Allah. Kesombongan bisa lahir , saat kita merasa mapan, bisa sendiri
dan tidak membutuhkan Allah. Banyak manusia sombong di hadapan Allah. Itu
sebabnya waktu kita menyadari tidak mampu, papa dan tidak punya kekuatan,
saliblah yang membuat kita tergantung pada Tuhan. Kalau kita diijinkan
mengalami salib, maka kita akan berdoa. Saat salib itu melanda keluargamu, maka
kita akan berteriak kepada Allah dalam doa. Saat kita merasa usaha dan keluarga
sudah porak poranda, kita akan mencari dan berdoa dalam iman. Itu sebabnya dalam
ayat ke 10 dikatakan, Kami senantiasa
membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi
nyata di dalam tubuh kami. Aku terlebih suka memandang salib karena
disitulah aku bergantung pada Allah. Bila terdapat banyak saldo di rekening
bank maka kita harus hati-hati dan tetap bergantung pada Tuhan. Orang percaya
harus memikul salib. Karena salib itulah yang membuat kita kenal Dia. Salib itu
membuat kita bergantung total kepadaNya. Mungkin kita tidak mengalami salib
yang memberatkan, tapi kalau salib itu datang, lihatlah dari sudut pandang
kitab suci, Allah yang baik akan membawa kita mengenalNya.
Kesaksian
Ada
seorang ibu yang saleh dan telah melayani Tuhan sejak masa mudanya. Sampai
usianya di atas 60 tahun, ia masih melayani
di salah satu panti wreda (tempat perawatan orang-orang tua). Dia tidak
dikaruniai anak dalam pernikahannya. Sehingga semasa hidupnya, ia dan suaminya
memiliki hubungan yang sangat dekat sekali. Suaminya sangat menjaga kesehatannya
dengan baik. Namun tidak terduga, suaminya meninggal terlebih dahulu. Saat peti
suaminya akan ditutup, ia memberikan kata sambutan., Dia berkata, “Tuhan lebih
sayang suami saya dari saya itu sebabnya
Tuhan memanggilnya lebih dahulu”. Mendengar hal tersebut saya merasa luar biasa
sekali imannya. Walau terkadang dia merasa kesepian setelah ditinggalkan
suaminya, ia merasa dikuatkan melalui komentar terakhir. itulah salah satu cara
Tuhan supaya bisa menguatkannya. Saat mencapai titik nadir dan tidak punya
kekuatan lagi, saat itulah kekuatan rohani muncul.
No comments:
Post a Comment