Pdt. Hery Kwok
Ayub 13:15
Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan
bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya. Dalam terjemahan lain Lihatlah Ia (Tuhan) hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku namun
aku tetap percaya kepada Allah. Ini ungkapan dari Ayub yang tetap percaya kepada Tuhan meskipun dalam
kesusahan.
Mal 1:6
6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba
menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu?
Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta
alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata:
"Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?"
Lukas 17:7-8
7 "Siapa
di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan
ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang:
Mari segera makan!
8 Bukankah
sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu
dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau
boleh makan dan minum.
9 Adakah ia
berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang
ditugaskan kepadanya?
10 Demikian
jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Pendahuluan
Beberapa waktu lalu di salah
satu acara TV, komisi HAM (Hak Asazi Manusia) menyoroti majikan yang menganiaya
pembantunya. Misalnya : ada majikan di Medan yang menyekap pembantunya di rumah
dan selama bebrapa bulan tidak diperlakukan dengan layak. Lalu di Bogor ada
istri seorang polisi yang menyekap dan tidak memperlakukan dengan baik
pembantunya. Dalam acara tersebut, disampaikan bahwa penganiayaan itu sepatutnya tidak dilakukan karena
seorang pembantu juga mempunyai haknya. Dalam zaman demokrasi seperti sekarang
ini, sepertinya kita kehilangan makna terkait
relasi antara tuan dan hambanya. Namun
hal ini bukan berarti kita boleh memperlakukan seorang hamba (pembantu) dengan semena-mena
seperti contoh di atas. Itu sebabnya dengan tema “Yesus adalah Tuan dan Aku
adalah Hamba”, kita akan mengalami kesulitan kalau menghubungkannya dengan
konteks sekarang (bagaimana perlakuan tuan kepada hambanya). Ada ungkapan
seorang teolog tentang Yesus yang baik, “Jikalau Yesus Kristus bukan Tuhan atas
semua maka Dia bukan Tuhan sama sekali”. Ungkapan itu hendak menyatakan bahwa
dalam segala hal (sesuatu) , benarkah Yesus Kristus itu Tuhan atas semuanya?
Pada Lukas 17:7-10 dicatat bagaimana
Yesus memberi nasehat terkait dengan “Tuan dan hamba”. Mengapa Yesus mengatakan
“Apabila kamu telah melakukan segala
sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah
hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus
lakukan."? Karena banyak ahli Taurat dan orang Farisi yang ingin
menempatkan dirinya sendiri sebagai Tuhan atas segala sesuatu. Pasal 17:1-6 Yesus
Kristus mengkritik ahli Taurat dan Farisi yang ingin melakukan hal demikian.
Dalam ayat 1-2 dikatakan “jangan kamu jadi batu sandangan terhadap sesamamu”.
Dalam hal relasi, orang Farisi dan Ahli Taurat menganggap diri lebih hebat
sehingga menjadi batu sandungan bagi sesamanya. Istilah batu sandungan bagus
sekali. Suatu ketika saat berjalan kaki, saya merasa hampir terjatuh. Ternyata
ada sebuah batu yang lebih besar dari batu lainnya yang membuat saya
tersandung. Waktu kita menempatkan diri lebih dari orang lain seperti ahli
Taurat dan Farisi maka kita menganggap diri kita tuan atas mereka. Dalam hal
pengampunan, kita seakan menjadi Tuhan yang tidak mau mengampuni orang lain
karena tidak pantas diampuni. Ada banyak relasi yang rusak saat ada orang yangmenganggap
lebih hebat dari yang lain. Ahli Taurat dan orang Farisi menganggap mereka
lebih suci dari pemungut cukai dan menganggap mereka tidak layak mendapat
pengampunan. Yesus mengatakan, kamu bukan tuan atau Tuhan.
Hal-hal yang dipelajari
dari Luk 17:7-8
a.
Apakah Yesus benar Tuhan atas seluruh hidupmu?
Kita sering memperlakukan Yesus sebagai bukan Tuhan (hanya
menyebutnya saja Tuhan). Sama seperti bangsa Israel pada kitab Maleaki yang
menyebut Allah itu Yahweh namun tidak menghormatiNya (Mal 1:6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati
tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini
tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu,
hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara
bagaimanakah kami menghina nama-Mu?"? Orang Israel mengatakan, “Apa
buktinya kami tidak menghormati kamu?” Tuhan Allah berkata, “…dalam memberi
persembahan. Kamu memberikan yang tidak layak kepada Aku.” Selayaknya kita
memberikan hidup kita kepadaNya dan memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Apakah
kita sudah benar-benar mencari Dia dalam seluruh keberadaan kita? Kalau dia
Tuhan, apakah kita menyembah Dia dalam segala kesukaran? Waktu orang Israel
keluar dari Mesir, Allah memanggil mereka untuk beribadah. Sehingga ibadah
adalah kewajiban dan menempatkan Dia sebagai Tuhan yang dicari dan kita
menyembah Dia. Sehingga tidak ada alasan tidak datang beribadah karena Tuhan
akan menghukumnya. Allah memperlihatkan bagaimana Firaun harus mati karena
menghalangi umatNya beribadah (Karena Aku Tuhan atas umatKu sehingga akan
membinasakan yang menghalangi umatKu beribadah). Dalam bagian kitab suci
lainnya, dapat ditemukan bahwa orang Israel wajib datang beribadah kepadaNya.
Bahkan bila tidak hadir mereka akan dihukum mati. Itulah bentuk, di mana kita
menempatkan Tuhan sebagai tuan atas seluruh hidup kita. Secara sederhana dari kesetiaan
kita beribadah, membuktikan apakah kita menganggapnya Tuhan. Seringkali saat
kita membutuhkan Dia baru kita mencari Dia. Kalau kita hidup aman , kita seakan-akan
tidak perlu mencariNya. Pada Lukas 17:7-9, Yesus Kristus menyatakan bahwa untuk
posisi tuan, Dialah yang seharusnya menjadi Tuhan atas hidupmu. Kalau dia benar-benar
Tuhan, adakah kita memberi diri kita melayani Dia dengan penuh sukacita? Ayat
7-9 bukan berarti Tuhan kejam tidak beri makan kepada hambaNya, tetapi ayat ini
menekankan bahwa hamba harus melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Kalau Kristus
benar-benar menebus kita, menyelamatkan kita, harusnya kita menjadi milikNya
yang telah dibayar dan ditebus Dia. Kita memasuki pra-paskah (masa
kesengsaraan), minggu di mana kita memperingati Allah kita untuk masuk dalam
penderitaan. Dia menderita dan mati semata-mata agar Dia menjadi Tuhan atas
kita. Apakah kita benar-benar memberi diri melayani Dia, kalau benar-benar dia
Tuhan? Kita tidak dipaksa untuk melayani , karena Tuhan tidak mau memaksa,
tetapi bagaimana kita menempatkan Dia sebagai Tuhan dalam hidup kita. Saya di
rumah punya pembantu, dia tahu apa yang harus dilakukan sebagai pembantu. Dia
melakukan tugasnya untuk melayani tuannya. Walaupun dia dibayar, tetapi memang
tugas pembantu adalah melayani tuannya. Inilah yang membuktikan apakah Yesus
itu adalah Tuhan dalam melayani Dia. Sehingga gereja Tuhan membuka diri agar
umatNya melayani Dia. Karena dalam melayani Dia, kita mengakui bahwa dialah
Tuhan atas hidup saya. Adakah keluarga kita, keluarga yang menjadi milik Tuhan?
Apakah anak-anak kita, kita dorong untuk datang kepada Tuhan? Kita mendorong pasangan,
mertua untuk datang karena kita milik Dia? Adakah kesulitan yang kita hadapi
adalah milik dan dibawa ke Tuhan. Kalau banyak harta, kita tidak terlalu
mencari Tuhan. Tapi begitu tidak punya apa-apa baru cari Tuhan. Ungkapan seorang
teolong, kalau Yesus bukan Tuhan atas segala-galanya maka Dia bukan Tuhan. Maka
apa yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Saya punya kebiasaan dari awal dari
melayani Tuhan. Saat saya mendapat berkat saya berdoa agar Tuhan memberi saya hikmat-bijaksana
dalam menggunakan uang itu untuk memuliakan Dia. Jangan pikir hal itu karena engkau
bisa bekerja , tetapi itu milik Tuhan dan harus dikembalikan kepada Dia. Artinya
totalitas hidup kita, sekecil apapun, dia Tuhan atas semuanya. Mari refleksikan
Dia adalah Tuhan atas seluruh hidup kita? Atas seluruh pergumulan, penyakit,
keuangan kita, benarkah dia Tuhan atas itu semua? Kalau hati kita seperti itu,
pengharapan kita akan kokoh kepada Dia, itu sebabnya Lukas 17:6, tambahkan iman
seperti biji sesawi sehingga bisa mengatakan pindahkan gunung ke sana. Iman
seperti itu menempatkan Yesus Kristus sebagai Tuhan secara total dalam rumah
tangga dan kehidupan.
b.
Lukas 17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah
melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami
adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus
lakukan.". Kata “tidak berguna” lebih tepat digunakan istilah “ kami
tidak layak mendapat penghormatan”. Hubungan
antara tuan-hamba bicara tetang relasi anugerah. Relasi bahwa Dia memberi
anguerah kepada saya. Pdt. Billy Graham saat ditanya dalam bukunya berkata, “Anda
sudah begitu hebat melayani Tuhan, kenapa di masa tuamu Allah memberi sakit
Parkinson sehingga tanganmu bergoyang-goyang?” Pdt Billy menjawab, “Saya tidak
tahu jawabanNYA. Hanya yang saya tahu apapun yang terjadi, Tuhan kasih memberi anugerah
untuk saya. Relasi tuan dan hamba menempatkan kita kepada kesadaran bahwa
relasi kita berdasarkan kemurahan semata. Ayub 13:15 mengatakan Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada
harapan bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya. Apapun
yang sedang dialami seperti rumah tungga sulit (sedang dalam hubungan yang
tidak baik), ekonomi bermasalah, janganlah membuat kita berpikir negative tentang Tuhan. Justru
di dalam relasi anugerahNya, Dia ijinkan kita mencari Dia dengan baik. Mari
kita belajar menempatkan Dia sebagai tuan, meskipun kita memanggilnya Bapa.
Harus menghormati dia dalam kesucian karena Dia pemilik hidupku.
No comments:
Post a Comment