Pdt. Yonathan Lo.
Yer 18:1-8
1 Firman yang
datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:
2 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk!
Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."
3 Lalu pergilah
aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
4 Apabila
bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka
tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang
baik pada pemandangannya.
5 Kemudian
datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:
6 "Masakan
Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum
Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang
periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!
Ada beberapa tipe orang
Kristen di dalam gereja :
1.
Orang yang tidak
mau melayani Tuhan. Baginya, untuk apa melayani karena di dalam gereja banyak
masalah. Oleh sebab itu dia berdiri jauh dan hanya melihat kondisi gereja. Dia tidak
mau terlibat apapun dalam kegiatan gereja, hanya datang ke gereja dan kemudian
pulang.
2.
Orang yang mau
coba-coba melayani Tuhan. Tetapi setelah masuk ke dalam pelayanan, lalu ia
mengatakan, “Sekali untuk selama-lamanya. Kalau saya sudah selesai jabatan
periode ini, maka saya tidak mau melayani lagi. Saya melayani karena saya sudah
terperangkap di dalam gereja”.
3.
Orang yang tidak
mau melayani karena tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu kondisi gereja, anugerah
Tuhan dan potensi dari Tuhan. Dia datang ke gereja, duduk kemudian pulang.
4.
Orang yang
melayani Tuhan, tahu ada kesulitan kemudian belajar melayani. Karena ia tahu
Allah sedang bekerja dalam hidupnya dan Allah membawa dia dalam pertumbuhan
rohani justru di tengah gereja yang banyak masalah. Orang ini tahu bahwa tidak
ada gereja yang tidak ada masalah. Ia berpendapat, “Akulah manusia yang menjadi
masalah.” Dia mau belajar untuk bertumbuh karena dia mengenal Allah dan apa
yang Allah sedang kerjakan dalam hidupnya. Pikiran dan pemahaman seperti ini menjadi
dasar perjuangan untuk melalui berbagai kesulitan dalam pelayanan.
Melalui Yeremia 18,
kita melihat apa yang Allah kerjakan dalam hidup kita, sehingga kita mengatakan
selagi masih ada kesempatan kita mau melayani. Tuhan berfirman pada Yer 18:2 dan
Yeremia pergi ke rumah tukang periuk. Di sana ia melihat tukang priuk mengerjakan
apa yang baik menurut pandangannya. Tukang priuk berdaulat melalui tangannya
atas tanah liat. Ia punya kebijakan terhadap tanah liat. Kemudian tukang priuk
berkuasa atas tanah lihat yang sudah dibentuknya. Siapakah tanah liat, tukang
periuk itu?
Pada ayat 6 dikatakan,
"Masakan Aku tidak dapat bertindak
kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman
TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di
tangan-Ku, hai kaum Israel! Ayat ini jelas sekali menekankan bahwa tanah
liat adalah umat Israel, umat Allah. Sedangkan tukang priuk adalah Allah yang
berdaulat atas umat pilihanNya. Allah sedang bekerja dalam hidup orang Israel.
Allah membentuk umatNya supaya lebih sempurna menurut pandanganNya. Allah
bukanlah ide manusia tetapi Allah yang hidup. Kita melayani dan berada di
tangan Allah yang hidup. Kita bisa mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita. Allah
yang berdaulatat, yang berkuasa membentuk , menghancurkan dan membentuk kembali. Hidup kita berada dalam
tangan kedaulatan Allah. Allah mengerjakan sesuatu menurut pandanganNya yang
baik. Allah punya rencana terhadap umatNya. Allah membentuk Israel bukan
menurut pandangan mereka, tetapi menurut hemat (bijaksana) Allah. Apa yang baik
bagi manusia belum tentu baik bagi Allah. Sehingga kita dibentuk menurut
bentukan Allah dalam hidup kita. Allah punya program yang membuat kita makin
indah menurut pandanganNya. Kebenaran ini masih berlaku pada zaman ini. Allah
adalah Allah yang berdaulat , membentuk umatNya Israel dan pada zaman ini
sedang bekerja membentuk kita. Allah mau agar orang Kristen semakin hari semakin
indah menurut padanganNya. Sehingga sebagai orang Kristen harus terus bertumbuh
menurut pandangan Tuhan. Pertumbuhan rohani adalah program Allah dalam kita,
Allah menggunakan bijaksanaNya untuk membentuk kita. Kadang melaui sakit
penyakit, lalu kita mulai percaya pada Tuhan. Kadang kita dikhianati teman, kadang mengalami tekanan hidup yang berat dan
merasa diri tidak berdaya sehingga kita berseru kepada Tuhan. Pada waktu di
tengah padang gurun atau di rumput yang hijau Allah menyertai kita. Kita berada
dalam rencana Allah yaitu membentuk, menghancurkan dan membentuk kembali. Bejana
lama dibentuk Tuhan menjadi bejana yang baru. Itu merupakan reformasi
dalam hidup kita. Itu merupakan hal yang
sulit sekali. Bejana jelek, kalau tidak dibentuk kembali tetap jadi bejana yang
jelek dan orang tidak mau pakai, ditaruh di tempat yang tidak semestinya.
Bejana yang dibentuk oleh tuannya tukang priuk menjadi bejana indah dan setiap
orang mengagumi. Orang yang tidak mau dibentuk tidak siap melayani dan menjadi
masalah di gereja. Kalau Tuhan membentuk kita melalui pemahaman bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam
hidup ini, maka Tuhan memakai pelayanan untuk membentuk kita. Banyak orang
Kristen tidak mempunyai pemahamam seperti itu dan beranggapan kalau saya sudah
dipilih untuk melayani berarti saya menjadi “bos”, sehingga memerintah orang
untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Orang seperti ini tidak bisa dipakai Tuhan.
Yang kedua. Melayani tidak tidak masalah. Waktu menghadapi masalah menjadi
kecewa, frustasi dan menjadi tawar hati. Orang ketiga. orang yang waktu
melayani Tuhan orang yang sungguh berjuang kemudian menganggap sudah memberi
terlalu banyak, lalu menjadi kecewa saat tidak mendapatkan sesuatu. Orang ini
menganggap melayani adalah saya memberi tenaga dan segala sesuatu. Dengan pola pikir seperti itu, ia kurang
belajar bahwa Allah membentuk kita melalui pelayanan.
Alah bekerja di
dalam hidup kita , melalui pelayanan yang kita kerjakan. Tetapi bejana yang lama
harus dihancurkan agar Tuhan membentuk kembali menjadi lebih indah.
Apa bejana yang lama
dan bejana baru yang dibentuk Tuhan?
1.
Bejana yang lama
adalah kesombongan diri kita. Setiap
orang sebelum percaya Tuhan punya kecenderungan sombong dalam dirinya, hidup
berpusat pada dirinya, mencari kepentingan diri, egois. Waktu keegoisan
disinggung maka ia menjadi marah. Yang harusnya diperjuangkan adalah membangun
kerajaan Allah. Pada waktu Kristus hadir dalam diri kita, kita belum sempurna
tapi mulai mengenal siapa Tuhan dan mengerti anugerah Tuhan. Ini dapat juga
membuat kesombongan meluas, sehingga bejana lama dibangun dengan tinggi sekali.
Allah membentuk kita menjadi orang yang rendah hati, setelah Allah
menyelamatkan kita di dalam Yesus Kristus. Musa membawa Israel di padang gurun selama
40 tahun , karena mereka tidak bersandar pada Tuhan. Tuhan memberi manna supaya
mereka bersandar pada Tuhan. Mereka diberi makan-minum “berkecukupan” agar mereka
rendah hati di hadapanNya. Bejana lama adalah kesombongan, kalau dibentuk
kembali menjadi rendah hati. Suatu saat saya berbicara dengan seorang hamba
Tuhan yang takut untuk melayani sebuah gereja. Saat ditanya alasannya, ia
menjawab, “Karena ada seorang kaya yang berkuasa di dalam gereja. Apa yang katakan
akan terjadi. Jadi tidak ada seorang pun yang bisa melawan dia. Dia kaya ,
pendiri gereja dan pemimpin gereja itu. Ia membiayai gereja itu.” Jadi gereja
itu menjadi gereja dia. Ia mengantikan posisi Kristus dalam gereja itu. Dengan
pola seperti itu, berarti ia melayani dengan bejana yang lama. Bejana ini harus
dipecahkan agar ia menjadi orang yang rendah hati. Ada seorang bapak di Amerika
yang menceritakan pengalamannya, “Saya pernah bertengkar dengan hamba Tuhan. Suatu
saat persekutuan kaum bapak mau rekreasi di Puncak. Saya sebagai ketua. Panitia
sudah rapat bersama dan menentukan hanya 80 jemaat saja yang boleh ikut.
Sesudah jumlah itu tercapai, tidak boleh ada yang mendaftar lagi. Beberapa hari
sebelum rekreasi, jemaat yang mendaftar sudah 80 orang, namun ada 2 orang bapak
yang baru ke gereja dan mau ikut juga. Karena jumlah sudah tercapai, maka
mereka ditolak. Lalu mereka datang ke pendeta dan mengatakan bahwa seumur hidup
baru ikut acara gereja dan bila mobilnya tidak cukup mereka bisa membawa mobil
sendiri. Pendeta berpendapat baik kalau mereka bisa ikut mendengar firman Tuhan
kalau bawa mobil sendiri. Jadi ia membolehkan keduanya ikut.” Bapak tersebut
sebagai ketua panitia mendengarnya lalu ia mencari pendeta dan berkata, “Pendeta
tidak konsisten. Saya sudah kasih tahu tidak boleh, tetapi pak Pendeta kasih,
di mana muka saya mau ditaruh? Saya malu ini.” Cerita seperti itu membuat saya mengenal bapak tersebut. Orang
yang melayani, punya jabatan, tetapi keegoisannya begitu tinggi. SIkap seperti
ini perlu dihancurkan di hadapan Tuhan, agar kita boleh belajar rendah hati, tidak
menganggap diri lebih baik (bijak) dari orang lain, mau belajar dari orang
lain. Punya sikap hati yang terbuka menampung pendapat dari orang. Tidak memaksakan diri di hadapan orang lain. Ada yang melayani
Tuhan bertahun-tahun tidak berubah karena kesombongan menguasai dirinya dan tidak
bisa melihat dirinya.
2.
Bejana yang lama
adalah hati yang dingin, yang lebih
berfokus pada diri sendiri. Setiap diri kita punya kecenderungan untuk
mengasihi diri sendiri, tetapi mengasihi diri yang terasing dari orang lain.
Kita lebih memperhatikan kepentingan kita. Kita tidak mau repot melakukan
sesuatu yang baik kepada orang lain. Setiap diri kita punya hati yang dingin
terhadap orang lain, sehingga waktu pelayanan tercermin keluar dari diri kita.
Waktu kita dipanggil melayani, Allah memanggil supaya kita mengasihi sesame dan
tidak memikirkan diri sendiri tetapi juga orang lain. Waktu pikirkan orang
lain, hal ini menunjukkan sudah penuhlah kasih karunia dalam dirinya. Bagaimana
mungkin air tumpah keluar kalau tidak penuh? Bagaimana kita bisa hidup
bagi orang kalau tidak ada kepenuhan? Saat
mengalami kesulitan, kita belajar mengasihi orang yang membuat susah dan orang yang
mengkhianati kita. Seperti Rasul Paulus mengasihi jemaat Korintus walau dituduh
sebagai hamba Tuhan yang mencari uang. Rasul Paulus tidak marah walau
disinggung keegoisannya. Ia mengerti bahwa ia berhadapan dengan orang Kristen
yang belum dewasa dalam Kristus. Ia melayani dengan mencucurkan air mata. Ia
menulis surat dengan hati yang sedih. Ia mengasihi mereka. Orang yang melayani
Tuhan dibentuk untuk mengasihi lebih. Suatu kali saya melayani bersama 3 orang
pemuda. Kami minta jemaat untuk mendaftarkan orang-orang belum percaya. Kami mendapat
ratusan nama. Itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengunjungi mereka. Kami
tidak mengenal mereka sama sekali. Tujuan kami ke sana untuk penginjilan. Suatu
saaat kami ke Grogol mengetuk satu rumah. Seorang bapak keluar dan menanyakan
maksud kedatangan kami. Kami bilang,”Kami dari gereja. Kami mau mengunjungi
bapak A”. Ternyata bapak itu adalah Bapak A. Sang bapak berpikir untuk apa kami
datang, untuk kebutuhan apa dan akhirnya menolak kedatangan kami sehingga kami
pulang. Ada seorang pemuda berkata tidak mau melayani lagi,”Saya capai pulang
dari kantor, membesuk lalu ditolak”. Saya bilang, “Karena kita ditolak
memberitakan Injil, maka kita mengerti sedikit saja bahwa Tuhan Yesus pernah
ditolak memberitakan Injil”. Disitu kita belajar mengasihi. Lalu saya berkata, “Mau
tidak berdoa untuk orang ini? Suatu saat kita datang kembali”. Bagaimana
mungkin kita bisa melayani tanpa kasih. Dari apa yang kita kerjakan, orang akan
melihat siapa diri kita. Bejana baru betul-betul akan dibentuk Tuhan. Allah
memakai pelayanan supaya kita semakin serupa dengan Kristus.
3.
Bejana yang lama
adalah menggantungkan hidup dari diri
dan pengalaman kita. Bejana baru dibentuk agar kita menggantungkan diri pada
Tuhan. Manusia punya kecenderungan, saat berhasil ia menjadi percaya diri
sendiri dan kalau gagal merasa minder. Setelah seorang bekerja sepanjang tahun
dan berhasil, maka ia menjadi sombong, bersandarkan pada pengalaman lebih dari
sebelumnya. Sebab itu, dia selalu berkata,”Aku sudah berpengalaman” dan menjadi
orang yang bersandar pada kepintarannya. Maka ia merasa tidak perlu bersandar
kepada Tuhan, tetapi menggantungkan pengalaman pada diri sendiri. Allah bekerja
membentuk kita, memecahkan bejana kita, agar kita menggantungkan diri pada Tuhan.
Ada seorang bapak berusia 78 tahun. Ia kaya, pengusaha yang berhasil di
Jakarta. Anaknya meminta saya untuk membesuknya,”Papa saya tidak pernah kenal
Tuhan, sombongnya luar biasa. Tetapi pintar juga luar biasa.” Suatu saat ia
sakit dan dibawa ke Singapore, namun disuruh balik ke Indonesia karena sudah
tidak bisa diobati. Saya datang membesuknya. Saat itu ia berkata,”Pikiran saya
masih oke, tetapi tidak punya tenaga”. Setelah saya pulang, ia bertanya ke
anaknya,”Pak Yonatan datang untuk apa?” Kedua kali saya besuk saya berkata,”Saya
datang tidak mau apa-apa pak. Saya datang membawa kabar baik.” Lalu ia bertanya,
“Apa kabar baiknya?” Saya pun menjelaskan Injil. Lalu saya bertanya,”Kenapa Bapak
takut saya datang kepadanya?” Rupanya sang bapak takut orang datang karena mau minta
hartanya. Hartanya banyak sekali , pelit dan bersandar pada pengertian sendiri.
Say aterus menginjili dia dari waktu ke waktu. FIsiknya semakin turun. Terakhir
dia berkata,”Hidup sia-sia. Saya punya harta yang banyak dan ditinggalkan untuk
orang lain. Saya mati tidak bawa apa-apa. Dokter tidak bisa menyembuhkan saya.”
Sampai satu titik ia serahkan diri pada Tuhan. Hatinya hancur dan serahkan diri
pada Tuhan. Bejananya hancur.
Allah membentuk
bejana baru menurut pandangan baik dari Tuhan. Oleh karena itu selama ada
kesempatan ,layanilah Tuhan. Setiap gereja punya masalah. Gereja tidak sempurna
tetapi kita juga tidak sempurna. Kalau kita berkata, “Saya tidak mau gereja ini
dan pindah ke gereja lain yang lebih sempurna”, saya usulkan jangan masuk
kesana, karena kita tidak sempurna kalau masuk ke sana maka gereja itu menjadi
tidak sempurna. Hanya Kristus yang sempurna, sehingga saya datang ke gereja
belajar kesempurnaan Kristus. Jangan banyak kristik gereja, tetapi tanya apa
yang saya mau berikan kepada Tuhan. Tanya apa yang telah Tuhan kerjakan dalam membentuk
diri kita di gereja. Kita melayani Tuhan dan jangan menganggap diri lebih hebat
dari orang lain. Mari bertumbuh bersama-sama. Allah mau kita bertumbuh, Allah
pun bekerja memecahkan bejana yang lama sehingga bejana semakin indah dipakai
untuk tujuan yang mulia. Sebab itu melayani bukan karena punya sesuatu lalu berikan
kepada Tuhan, karena segala sesuatu dari Tuhan (bukan milik kita). Melayani
merupakan proses membentuk diri. Katakan, “selagai saya ada kesempatan, saya
mau melayani Tuhan”.
No comments:
Post a Comment