Sparrow (Burung Gereja)
(Unedited)
Pdt. Hery Kwok
Kis 2:41-47
41 Orang-orang
yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah
mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42 Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43 Maka
ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan
tanda.
44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul
tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing
secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua
orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.
Pengalaman Hidup Berjemaat
Burung gereja (sparrow)
adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari keluarga Passeridae.
Burung-burung ini mendiami kota-kota dalam jumlah yang sangat besar. Burung gereja
merupakan burung yang jinak dari semua burung liar. Pada umumnya, burung gereja
berbentuk kecil, berwarna coklat-kelabu, gemuk, berekor pendek, dan memiliki
paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji dan serangga kecil. Pada
awalnya, burung gereja berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia, kemudian burung
ini disebarkan ke Australia dan Amerika. Entah kenapa diberi nama burung gereja.
Ada mitos yang mengatakan mungkin karena burung ini senang hinggap dan membuat
sarang di bangunan gereja. Tetapi dalam realitanya bukan saja hinggap di
gereja, ia juga hinggap di tempat lain. Tema hari ini “Jemaat GKKK yang setia”.
Jangan sampai kita punya predikat jemaat tetapi tidak punya kesetiaan
beribadah. Jangan sampai berlabel “burung gereja” hinggap di mana saja.
Dalam pengalaman
hidup berjemaat, ada beberapa hal (kalimat / komentar) yang saya dapati :
1.
Saya tidak
bertumbuh di gereja tersebut. Pernyataan ini perlu dipikirkan bersama-sama apa
maknanya (apa yang dimaksud dengan “tidak bertumbuh”)? Pernyataan “tidak
bertumbuh” dari mana? Kalau berkata demikian tapi tidak memahami makna perkataan
tersebut jadi aneh.
2.
Saya tidak menikmati
ibadah di gereja tersebut. Mungkin pernyataan ini ingin menjelaskan bahwa
puji-pujiannya tidak sampai ke surge karena ada gereja yang saat bernyanyi seakan-akan
rohnya pergi ke suatu tempat. Atau rasanya roh Tuhan tidak ada sehingga tidak
bisa menikmati ibadah di tempat tersebut. Atau musik menggelora sedemikian sehingga
membawa ke sebuah emosi.
3.
Saya tidak
mendapat berkat di gereja tersebut. Saya tinggal di Kalimanis yang banyak
mesjid dan saat tahlilan sering membawa nasi bungkus. Sedangkan di gereja tidak
mendapat berkat atau nasi bungkus. Kalau pengertian berkat seperti itu, maka
setiap kali ibadah diberi nasi bungkus (besek). Mungkin yang dimaksud berkat,
artinya kita tidak mengalami sesuatu dalam hidup kita.
4.
Saya senang
menjadi jemaat GKKK (Gereja Kristen Keliling Keliling). Kalau poin 1-3 di atas ada di dalam diri kita, maka jemaat
kita memang senang berkeliling-keliling. Di Pos Kelapa Gading dulu saat
pelayanan, banyak sekali gereja (katanya sampai tidak bisa dihitung). Tetapi
yang hebat ada yang bilang bahwa ia sudah pergi ke semua gereja di Kelapa
Gading. Mungkin orang ini cocok disebut GKKK.
Kenapa sulit setia dalam bergereja?
1.
Pemahaman tentang bergereja. Kis.2:42a
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Perlu dikaji
pemahaman kita tentang hidup bergereja. Jemaat mula-mula di Kisah Para Rasul 2 hidup
dalam keadaan sulit beribadah. Kalau ketahuan percaya pada Kristus , mereka
akan ditangkap dan dihukum. Salah satu orang yang mengejar orang Kristen
mula-mula adalah Saulus (Rasul Paulus). Hal ini tidak kita alami saat ini.
Namun dalam kondisi jemaat seperti itu, dikatakan Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (ayat 41-42a). Mereka
hadir dan mendapat pengajaran dari firman Allah. Ukuran bertumbuh di sini ialah
mendapat berkat dan menikmati dimana firman Allah yang mengubah hidup kita.
Bagaimana firman Tuhan disampaikan dari mimbar gereja membuat kita mengenal
Allah. Apakah firman Allah yang dialami jemaat mengubah diri jemaat? Mengubah
cara hidup berkeluarga, cara berbisnis dan keseharian jemaat?. Jemaat di sana
dikatakan “mereka bertekun dalam perkara itu”. Meskipun mereka sulit untuk
datang beribadah karena dikejar musuh tetapi mereka setia bersekutu. Karena ada
satu yang mereka cari yaitu firman Allah yang sanggup menghibur mereka, yang
sanggup mengubah hidup orang. Firman Allah yang mengubah hidup dari hal yang
negatif (pemarah, culas). Dari pelaku bisnis kotor ke bersih, dari suami yang jahat
menjadi lembut, itu berarti perubahan. Apakah kita mengalami perubahan seperti
jemaat mula-mula. Mengapa kita datang ke gereja? Karena ingin mendengar firman
Allah. Bukan karena ada artisnya, pengobatan gratis, pengadaan nasi murah dll.
Kalau itu menjadi dasar maka kita tidak akan menjadi setia. Gereja menyediakan
pengobatan, makanan sebenarnya tidak salah. Tetapi apakah firman Allah menjadi
dasar untuk mendengar?
2.
Keterlibatan Jemaat yang melayani. Pada Kisah Para Rasul dikatakan, Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa (Kis 2:42b) dan Dengan
bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama
dengan gembira dan dengan tulus hati (Kis 2:46). Keterlibatan jemaat sangat
jelas dalam gereja mula-mula. Mungkin ada jemaat yang berkata, “Pak Petrus
nanti di rumah saya yah” atau “Setelah di rumah dia, ke rumah saya ya”. Mereka
saling melayani satu dengan yang lain. Mereka melakukan hal itu dengan gembira
dan tulus hati. Jemaat kalau melayani sekarang karena ada hamba Tuhan yang “menodong” (kasih
ancaman). Misalnya : kalau tidak melayani nanti bisnismu hancur, kalau tidak
menyanyi maka suaramu jadi serak-serak
kacau, kalau melayani anakmu jadi pintar
dll. Padahal apa hubungan melayani dengan anak pintar? Jemaat di sana memahami
firman Allah mengubah diri mereka dan mereka ingin melayani satu dengan yang
lain. Ada banyak gereja memberikan kesempatan untuk melayani tetapi responnya
sangat sedikit sekali. Mungkin hanya 1-2 orang yang meresponi pelayanan. Kebanyakan
yang hanya hadir beribadah lalu pulang. Pdt Benny Solihin memberikan ilustrasi
berikut. Di sebuah kota kecil, ada gereja yang membutuhkan orang muda untuk
melayani. Dia berdoa agar orang muda dibangkitkan untuk melayani. Ternyata ada
seorang executive di perusahaan yang gagah dan pintar mau melayani. Namun orang
muda ini jatuh sakit dan menjadi semakin parah dan akhirnya meninggal. Hamba
Tuhan ini marah kepada Tuhan, dia kecewa dan komplain kepada Tuhan. “Tuhan ini
tidak adil, orang ini mau melayani tapi “dicabut”, sedangkan orang yang tidak mau
melayani dididamkan saja.” Waktu hatinya begitu Tuhan berbicara, “Yang kasih
kesempatan melayani itu Aku dan yang tidak kasih kesempatan juga Aku”. Hamba Tuhan
ini terkejut dan sadar bahwa “melayani Tuhan itu anugerah”. Ada banyak pelayanan di gereja ini. Saya dulu
pernah mengajak guru-guru Sekolah Minggu (GSM) visitiasi ke gereja lain. Ada
jemaat yang usianya sudah 70 tahun masih menjadi GSM! Jangan berpikir pelayanan
Sekolah Minggu hanya untuk orang-orang
muda. Saya punya kerinduan, GSM melayani di waktu ibadah KU1 lalu setelah itu GSM
beribadah di KU2. Nanti diatur lantai 4 ada ruang main anak sehingga setelah
selesai kelas, anak-anak sekolah minggu bisa bermain di sana. Saya rindu ada
jemaat yang rela melayani saat GSM beribadah. Waktu kita melayani maka akan lahir
kesetiaan. Kalau hanya hadir lalu pulang, maka rasa untuk memiliki tidak akan
muncul.
3.
Kekuatan jemaat yang berdoa. Pada Kisah Para Rasul 2:42b dikatakan Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa. Salah satu kekuatan gereja adalah saat gereja menjadi
gereja yang berdoa. Kalau bangunan, maka pilar yang menopang bangunan itu
adalah doa. Saat tekun berdoa, maka kita punya hati untuk gereja. Jemaat mula-mula
berdoa dan hidup di dalamnya. Saya berkenalan dengan hamba Tuhan dari Batak.
Saya pergi ke Israel ikut dengan rombongan mereka. Gerejanya banyak dan tersebar
di seluruh Indonesia. Menurut rekan hamba Tuhan tersebut, salah satu kekuatan
gereja yang melayani adalah doa. Seluruh hamba Tuhan gereja mereka dari seluruh Indonesia
berkumpul berdoa sebulan sekali. Jemaat (di Batam) dilatih untuk berdoa. Jemaat
hadir untuk berdoa. Mendengar itu, saya terpesona. Kalau di gereja Proteston
yang berdoa bisa dihitung dengan jempol. Jemaat tidak senang berdoa, sehingga
jemaat tidak mengalami perubahan di gereja. Waktu mengalami beban, maka tidak
akan tumbuh setia.
4.
Kehidupan jemaat
yang bersaksi. Pada Kisah Para Rasul 2:47 dikatakan Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Karena kita tidak menjadi
jemaat yang bersaksi. Walau jemaat awal sulit beribadah, jumlah mereka terus bertambah.
Saya melihat keajaiban jemaat Tuhan yang bersaksi melalui hidup mereka sehingga
jumlah jemaat bertambah. Saya berjumpa dengan jemaat salah satu gereja. Dia menawarkan
saya untuk datang ke gerejanya. Saya pikir orang ini sangat bangga dengan
gerejanya. Dia berkata, “Kalau saudara ke gereja saya, saudara akan mengalami
lawatan Allah”. Dia tidak pusing, yang diajak pendeta atau bukan. Saya pikir ,
dia sangat senang, gerejanya dikenal orang dan di sana ada Tuhan yang hibup.
Pernah bangga dengan gereja kita : “Gereja saya GKKK Mabes adalah gereja di
mana saya diberkati Tuhan”. Atau malu gerejanya saja kusam dan atapnya
bolong-bolong. Menurut saya, waktu kita setia bersaksi, akan lahir cinta kita
pada gereja. Gereja kita banyak kesempatan bersaksi. Selama 3 bulan kunjungan, banyak keluarga yang
belum percaya pada Tuhan. Saya sangat berapi kalau diajak ke keluarga yang
belum mengenal Yesus karena saya ingin berbagi cerita. Saya berkata Yesus
adalah Tuhan. Selebihnya kalau mau bertumbuh saya persilahkan datang ke gereja.
Mau kah kita menjadi gereja yang bersaksi?
Bersaksi melalui perkataan dan hidup kita? Maka orang akan mencari Tuhan
di mana orang itu bertumbuh. Papa saya dulu suka “ribut” dengan saya karena tidak
sependapat. Tapi sebelum mama meninggal, ia berkata, “Papa mau ke gereja di
tempat saya melayani”. Waktu itu saya melayani di GKY Ketapang. Kebaktian dimulai
pk 7, namun pk 5.30 papa saya sudah datang. Sampai satpam berkata, “Saya malu
dengan orang tua bapak”. Ternyata dia melihat kesaksian hidup seseorang.
Kesimpulan
Untuk menjadi jemaat
yang setia, marilah :
-
jangan hanya menonton.
Kalau hanya datang ke gereja, langsung pulang seusai ibadah dan hanya “menonton”,
maka jemaat tidak akan pernah bertumbuh kesetiaannya kepada gereja. Karena bila
hanya menjadi penonton, jemaat tidak akan tahu apa yang menjadi beban dari
gerejanya. Ibarat orang menonton bioskop, setelah selesai, ia tidak pusing
apakah ada yang membersihkan ruang bioskop atau apakah gedung bioskopnya mau ambruk
atau tidak.
-
jangan menjadi
jemaat yang pasif. Karena waktu menjadi jemaat yang pasif, tidak akan timbul kesukaan
terhadap gereja ini.
-
jangan jadi
jemaat yang bersifat eksklusif (untuk golongan sendiri saja). Jangan menjadi
jemaat yang tidak peduli dengan orang lain.
Dengan melihat dan
mencontoh teladan jemaat Kristen mula-mula, maka jemaat GKKK Mabes dapat menjadi
jemaat yang setia. Saya rindu ada regenerasi dari jemaat yang militan
(benar-benar punya kesetiaan dalam bergereja atau seperti pemazmur katakan : senang
pergi ke rumah Tuhan).
No comments:
Post a Comment