(Tidak diedit)
Pdt Hery Kwok
Roma 1:14-17
14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun
kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang
tidak terpelajar.
15 Itulah
sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.
16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam
Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
17 Sebab di
dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada
iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."
Pendahuluan
Suatu kali saya mengikuti acara Paskah di penjara.
Waktu itu pelayanannya dilakukan oleh para sarjana (penasehat) hukum yang beragama
Kristen. Itu pelayanan pertama saya bersama rekan-rekan di penjara. Pelayanannya
kami dihadiri oleh banyak napi. Awalnya saya mengira mereka rindu beribadah,
namun saat saya menanyakan alasannya ternyata bukan begitu. Ada yang beralasan
tidak mau diam di sel saja (sumpek) sehingga lebih baik beribadah. Ada juga
yang berkata, setelah ibadah biasanya disiapkan konsumsi (ada yang mengharapkan
makanan). Sewaktu pemimpin pujian mengajak para narapidana bernyanyi , dia memilih
lagu yang popular yakni “Sekarang Saya Sudah Bebas” (http://www.youtube.com/watch?v=vurViBZrSb8). Syairnya : s'karang
saya sudah bebas, s'karang saya sudah bebas, s'karang saya bebas oleh darahNYA
Domba Allah, s'karang saya bebas, bebas, haleluya. (s'karang saya bebas, bebas,
bebas, saya bebas haleluya. Lalu ia
bertanya, “Apakah saudara mau bebas?” Serempak para narapidana menjawab, “Amin”.
Itu kata yang didambakan mereka yaitu “bebas”. Lalu pemimpin pujian berkata, “Sekarang
mari kita nyanyikan, ‘Sekarang Saya Sudah Bebas’.” Setelah musik bergema dan
pemimpin pujian menyanyi dengan semangat, narapidana yang begitu banyak tidak
mengeluarkan suara. Hanya 1-2 orang saja yang bernyanyi. Pemimpin pujian
bingung. Lalu ia bertanya lagi, “Saudara mau bebas?” Serentak mereka menjawab
lagi, “Amin”. Pemimpin pujian berkata lagi, “Mari kita nyanyi lagi ‘Sekarang Saya
Sudah Bebas”. Ternyata kembali yang menyanyi hanya 1-2 saja. Lalu ia bertanya, “Mengapa
Saudara-Saudara tidak mau menyanyi?” Mereka menjawab, “Memang lagunya bilang
sudah bebas, tetapi kita tetap ada di penjara.”
Mungkin gambaran
seperti itu ada dalam kehidupan Kristen kita. Kita sudah bebas dari dosa tapi
sepertinya kita masih terkukung oleh dosa. Pertanyaan penting yang perlu
dijawab,”Apa benar kita benar-benar sudah bebas?” Karena kalau benar-benar sudah
bebas, maka hidup kita punya perbedaan yang luar biasa. Jangan sampai seperti
orang di penjara yang menyanyikan lagu “Sekarang Saya Sudah Bebas”, tetapi secara
fisik masih di penjara. Rasul Paulus mengatakan bahwa,”Saya sudah dibebaskan
dari dosa.” Ini ungkapan yang diucapkan setelah ia berjumpa dengan Kristus.
Saat itu Saulus (nama Paulus sebelumnya) menganiaya jemaat Tuhan dan ingin
membunuhnya. Hal ini dilakukan karena ia menganggap pada waktu lalu, ajaran Kristus
adalah bidat (ajaran sesat). Sehingga sebagai ahli taurat (Farisi) , ia ingin
membasmi ajaran yang menyimpang. Namun kemudian dalam perjalanan ke Damsyik , Kristus
menjumpai dan memanggilnya “Saulus, Saulus!” Itulah perjumpaan Kristus dengan
Saulus (Kis 9). Saulus mendapat kebebasan dari dosa-dosanya saat berjumpa
dengan Kristus. Di sana ia mengakui Kristus adalah Tuhan dalam hidupnya. Karena
ia mengalami kebebasan yang sejati, ia kemudian ingin menceritakan tentang
Kristus. Salah satu ciri orang yang ditebus dosanya, ia punya kerinduan untuk
menceritakan tentang Kristus yang sudah membebaskannya. Itu sebabnya dalam Kis
1:14-15 Aku berhutang baik kepada orang
Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun
kepada orang tidak terpelajar. Itulah
sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.
Rasul Paulus mengatakan dirinya sebagai orang yang berhutang. Ini
perkataaan yang penting. Orang yang berhutang seharusnya punya kesadaran untuk
membayar hutangnya. Ia mengakui Yesus sudah membebaskan dirinya sehingga ia
ingin memberitakan Injil. ia punya hutang untuk menceritakan Yesus kepada orang
lain.
Kalau kita berhutang dan penagih hutang datang, maka sebagai
orang yang berhutang, kita berkewajiban untuk membayarnya. Kecuali kita nakal, begitu datang penagih
hutang, kita malah bersembunyi. Ada orang Kristen modelnya seperti itu. Mau
berhutang tapi mentalnya tidak mau bayar. Ada anak kecil yang diajari orang
tuanya, nanti kalau tukang kredit datang, bilang mama tidak ada. Waktu tukang
kredit datang bertanya, “Mana mamamu?” Ia menjawabnya, “Mama tidak ada. Sedang
pergi.” Tukang kredit kembali bertanya, “Perginya kemana?” Lalu dengan polosnya
sang anak menjawab, “Nanti saya tanya mama dulu ya di belakang.” Itu mental
berhutang yang tidak benar. Orang-orang
jaman dulu punya mental berhutang yang bagus, kalau berhutang harus dilunasi. Sejak
kecil diajarkan, kalau berhutang harus dilunasi. Maka kalau berhutang, kita
akan bekerja keras untuk membayarnya. Ada semangat untuk menabung dan membayar
hutang kepada orang yang memberi pinjaman. Semangat untuk membayar hutang
itulah yang Rasul Paulus sampaikan. Kalau kita mendapat kebebasan seperti Rasul
Paulus, maka kita juga punya semangat untuk membayar hutangnya. Kerinduan itu muncul karena kita telah mengalami
kebaikan Allah. Kalau kita punya hutang yang besar lalu dihapuskan oleh orang
yang memberikan hutang, maka kita akan merasa sukacita luar biasa. Kita akan
bercerita kepada orang-orang lain tentang kebaikan dan anugerahNya. Di kitab Matius
dikatakan kita sebenarnya berhutang kepada Allah dan tidak bisa (mampu) membayarnya.
Itu sebabnya setelah kita diampuni, seharusnya kita tidak pernah tutup mulut
untuk mengabarkan Injil.
Fakta di
lapangan mengapa manusia perlu Yesus.
Ratusan tahun
sebelum Kristus dilahirkan jadi manusia, ada banyak agama hebat yang didirikan
atas dasar kebenaran manusia. Manusia berusaha dengan kekuatan, kebaikan, uang
dan amalnya, itu yang disebut sebagai kebenaran manusia.
Sebagai contoh,
-
2.000 tahun
sebelum kedatangan Kristus, Hinduisme mengajarkan, “Biarlah mereka bersabar
dalam menanggung beban yang berat. Biarlah dia tidak mencerca orang lain. Dalam
menghadapi orang-orang yang pemarah, biarlah mereka tidak menunjukkan
kemarahannya. Diberkatilah mereka ketika mereka dikutuk.” Itulah Hinduisme.
Bila hal ini diterapkan pengikutnya maka hasilnya baik, karena biasanya kalau
dimarahi, hati tidak senang dan ingin membalas bahkan dengan kasar.
-
Konfusius hidup
sekitar tahun 551 S.M. Ada sekitar 300.000.000 (tiga ratus juta) pengikut
konfusius. Ajaran utamanya berbunyi, “Apa yang kamu tidak ingin orang lain
lakukan terhadap dirimu, jangan berbuat hal itu kepada orang lain.” Dan ini
merupakan suatu ”golden rule”. Dan lagi, “Balaslah penghinaan dengan keadilan,
dan balaslah kebaikan dengan kebaikan.”
-
Lao Tse hidup 604
tahun sebelum Kristus. Ada sekitar 43.000.000 (43 juta) pengikut Taoisme hari
ini. Lao Tse berkata, “Kepada setiap orang yang berbuat baik kepadaku, saya
akan baik. Dan kepada mereka yang tidak baik kepada saya, saya tetap baik. Dan biarlah
semuanya beroleh kebaikan.” Lao Tse juga berkata “Kepada mereka yang tulus
hatinya, hati saya tulus. Kepada mereka yang tidak tulus hatinya, saya tetap
tulus. Dan biarlah kita semua memiliki hati yang tulus.”
-
“Jainisme”,
kepercayaan yang telah ada sekitar 595 tahun sebelum kelahiran Kristus – dan
saat ini pengikut aliran Jainisme berjumlah sekitar 50.000.000 (lima puluh
juta) – dan mereka mengajarkan, “Belajarlah dariku hukum yang mulia dari Jain.
Sebagaimana adanya, kamu melihat ketamakan, kemarahan dan kesombongan. Orang
bijaksana seharusnya tidak menjauhkan diri dari hal-hal itu. Jika dia digigit
seharusnya dia tidak menjadi marah. Jika dia dicaci maki, seharusnya dia tidak
mendendam. Dengan sebuah ketenangan pikiran dia seharusnya menanggung segala
sesuatu
-
Budha hidup 560
tahun sebelum Kristus. Ada sekitar lebih dari 200.000.000 (dua ratus juta)
pengikut Budha saat ini. Budha berkata, “Manusia yang pemarah, dan membawa
kebencian, seseorang yang berbicara dusta, yang memegahkan dirinya sendiri dan memandang
rendah orang lain, biarlah orang mengenalnya sebagai seorang buangan.” Artinya
kalau kamu berbuat jahat akan dinilai sebagai orang buangan. Ini ajaran yang
keras agar kita sadar jangan berkelakuan jahat. Budha juga berkata, “Jika
seorang murid berhasrat untuk diselamatkan, untuk memperoleh keselamatan yang
final, biarlah dia memenuhi dirinya dengan kebenaran. Biarlah dia bertekun
dalam ketenangan hati yang mengalir bersamanya.”
Namun demikian Rasul Paulus tetap mengajarkan tentang
Kristus. Kalau ajaran manusia sudah dianggap sempurna mengapa Rasul Paulus
tetap mengajarkan tentang Tuhan Yesus? Kalau pengajar-pengajar yang mengajarkan
agama besar sudah sempurna, Tuhan Yesus tidak perlu hadir di dunia. Itu
sebabnya. Rasul Paulus menyadari, tidak mungkin orang diselamatkan tanpa Tuhan
Yesus. Oleh karena itu manusia perlu Tuhan Yesus.
Kenapa manusia perlu Kristus?
1.
Manusia tidak
dapat menolong dirinya yang berdosa dengan KEKUATAN sendiri (kebaikannya,
kepintarannya, amalnya, dll). Waktu mengajar di sekolah, saya mendengar seorang
anak kelas 2 SD (8 tahun) mengucapkan kata-kata kotor. Saya panggil dan
konseling dia. Saya bertanya tentang siapa yang mengajarinya. Dia
menjawabnya,”Belajar sendiri!”. Setelah Adam (pertama manusia) jatuh dalam
dosa, manusia dan keturunannya punya dosa warisan. Walau berdosa, bukan berarti
manusia tidak bisa membuat kebaikan. Itulah sebabnya pemimpin agama mengajarkan
tentang kebaikan. Namun ada 1 hal, yaitu manusia tidak bisa menebus dosanya
sendiri. Dosa warisan ini membuat manusia cenderung berbuat dosa. Dosa warisan
membuat kita hidup dalam dosa. Kebaikan, kepintaran, uang tidak bisa melepaskan
kita dari dosa. Suatu kali ada jemaat suatu gereja yang menyumbang Rp 2 miliar.
Majelis dan hamba Tuhan terheran-heran. Bendahara, majelis dan hamba Tuhan
berterima kasih. Ternyata 2 bulan kemudian, nama penyumbang itu ada di daftar
KPK. Manusia berdosa seperti itu.
Melakukan kebaikan tetapi dalam dosa. Itu sebabnya kekuatan kita tidak bisa
menolong kita keluar dari dosa. Ibarat kain lap yang kotor. Waktu kain lap
kotor digunakan untuk melap meja, maka meja yang bersih menjadi kotor. Kita
memberikan amal (uang) seperti kain lap kotor membuat meja menjadi kotor. Rasul
Paulus menyadari hidupnya seperti itu dan tidak bisa menolong dirinya sendiri.
2.
Manusia tidak
dapat menolong dirinya yang berdosa dengan CARANYA sendiri.
Suatu
kali, saya dan istri mengendarai mobil. TIba-tiba mobil di depan rem sehingga
kami menabraknya. Sebagai orang yang bertanggung jawab, saya turun dan minta
maaf. Saya bermaksud mengganti dan membawa mobil yang saya tabrak ke bengkel
asuransi. Namun pengemudinya berkata, “Saya tidak tahu karena ini mobil majikan
saya”. Sang supir memberi nomor telpon pemilik mobil, lalu saya menelponnya.
Rupanya supir tersebut sudah memberitahu majikannya. Sewaktu saya sampaikan
ingin memperbaiki mobil yang ditabark, saya sampaikan hal tersebut dengan
pikiran dan cara saya. Namun pemiliknya berkata, “Pak, tidak perlu. Saya sudah
anggap lunas.” Dia tidak ingin cara
saya, itu bukan yang dia mau. Allah tidak mau cara kita, Allah punya cara yaitu
melalui anakNya. Dia sudah menentukan caranya yaitu Yesus Kristus satu-satunya
jalan. Karena hanya Yesus yang bisa
menggantikan posisi kita sebagai orang yang seharusnya dihukum Allah. Karena
HANYA KRISTUS yang ditentukan oleh Allah sebagai penebus dosa manusia. (KRISTUS
melakukan kehendak ALLAH sehingga yang DIKERJAKAN KRISTUS BERKENAN/LAYAK
dihadapan Allah). Seharusnya kita sendiri yang membayar hukuman. Namun Allah
tahu kita tidak mampu sehingga dengan cinta Nya yang luar biasa, Dia menggantikan posisi kita sebagai terhukum.
Harusnya kita yang duduk di kursi penghukuman, tetapi Tuhan Yesus yang
menggantikan. Hanya Kristus yang
ditentukan untuk menggantikan dosa kita. Pada kitab Roma dikatakan Kristus
melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Sehingga apa yang dikerjakan Kristus
membuat Ia berkenan di hadapan Allah (Ibrani). Itu sebabnya Kristus menjadi
pokok bagi orang yang mengharapNya. Allah senang akan apa yang Yesus lakukan di
kayu salib. Bukan Allah senang dengan kematianNya, tetapi senang karena anakNya
Yesus melakukan apa yang dia minta dan lakukan selama di dunia.
Kesimpulan
Kalau kita mendapat
anugerah Allah, kita percaya kepada Kristus, maka kita diselamatkan. Kalau
sudah diselamatkan, jangan simpan untuk dirimu saja. Jangan menyimpan apa yang
seharusnya diberikan kepada orang lain. Kalau disimpan untuk diri sendiri
itulah kejahatan. Ada seorang teman saya memberitakan Injil kepada orang yang
dianggapnya perlu mengenal Tuhan. Dia
injili hampir 5 jam dalam perjalanan di bus. Sampai terakhir bus mau masuk
diterminal, orang yang diinjili berkata, “Saya sebenarnya seorang pendeta”. Teman saya berkata, “Pak, kalau bapak seorang
pendeta, jangan biarkan saya sampai 5 jam berbicara”. Tapi teman saya senang
karena , “Saya tidak menyimpan berita keselamatan tapi menceritakan kepada orang
lain”. Jangan “menyimpan” keselamatan sehingga orang lain tidak dengar.
Ceritakan keselamatan itu kepada papa dan mamamu kalau belum kenal Kristus.
Ceritakan kepada saudaramu kalau belum kenal yesus. Kalau disimpan, kita
berhutang kepadanya. Jangan bosan menceritakan keselamatan kepada orang lain.
Walau orang yang mendengarnya menolak. Saya menginjili papa saya selama lebih
dari 17 tahun. Saya pernah merasa bosan, sewaktu melihatnya tidak bereaksi. Hati
jadi letih. Dalam pikiran saya percuma saya cerita tentang Kristus, tapi tidak
diresponi. Ini penyakit yang sering terjadi dalam diri kita. Sampai suatu kali
Tuhan sendiri yang membuat hatinya percaya. Kita hanya menceritakan, Kristus
yang membuatnya percaya. Selama papa hidup ia berbuat baik pada saya. Saya
percaya, di tengah kelelahan orang tua, ia memberikan kasih yang terbaik untuk anak-anaknya. Kita bisa membalasnya
dengan hidup yang baik. Itu ajaran yang baik. Jangan berbuat baik setelah orang
tua sudah meninggal. Jangan membawa babi
hong di kuburan karena yang menikmati orang lain. Kita bisa membalas
kebaiknya, secara etika, sopan santun dalam hubungan anak kepada orang tua.
Tapi kita akan terus “berputar” pada orang tua, kalau kita belum menceritakan
tentang Yesus. Tunjukkan selama orang tua hidup dengan merawat dan
memperhatikannya selama mereka hidup. Namun yang tidak boleh dilupakan,
ceritakan tentang Yesus. Itu yang harus dilakukan. Menurut Alkitab, waktu
bertemu dengan Tuhan, Dia tidak bertanya tentang seberapa berhasil bisnis kita.
Tuhan tidak butuh kekayaan, karena Dia kaya sekali. Ia bisa membaut seseorang
kaya. Dia tidak membutuhkan segala kekayaaanmu. Dia memberikan kita semangat
sehingga kita bisa bekerja. Ia hanya bertanya tentang seberapa besar cinta
kepada sesame kita. Jangan sekali-kali tidak bayar hutang kepada sesamamu.
Bayar dengan menceritakan ke relasi binis , rekan kerja dan kepada siapapun
yang belum percaya.
No comments:
Post a Comment