(Belum diedit)
Pdt Hery Kwok
2 Kor 8:1-9
1
Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih
karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
2 Selagi
dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan
meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
3 Aku bersaksi,
bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui
kemampuan mereka.
4 Dengan
kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga
beroleh kasih saya
5 Mereka
memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri
mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga
kepada kami.
6 Sebab itu
kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan
pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.
7 Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala
sesuatu, — dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam
kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami —
demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
8 Aku
mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha
orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
9 Karena kamu
telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh
karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh
karena kemiskinan-Nya.
Pendahuluan
Di
waktu lalu, saat mau melayani di Lampung, saya naik kapal fery ro-ro dari pelabuhan
penyeberangan Merak (provinsi Banten) ke pelabuhan Bakauheni (terletak di ujung
selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera
di Kabupaten Lampung Selatan) untuk menyeberangi
Selat Sunda. Saya mengunjungi Lampung secara berkala karena ada Pos Penginjilan
(PI) di sana. Karena sering mabuk, saya pilih naik kapal yang besar walau
tibanya lebih lama. Saya mengambil rute pelayanan di malam hari sehingga sewaktu
sampai di Bakauheni pagi harinya, kemudian dilanjutkan naik kendaraan di darat. Saat berlayar di tengah laut yang gelap pekat
dan berdiri di geladak kapal menyaksikan langit, sepertinya kita sangat kecil.
Waktu itu , kami pergi dalam cuaca yang tidak begitu baik dan ada orang yang
meminta untuk membatalkan kepergiaan. Namun karena tidak bisa menunda pelayanan,
kami tetap pergi. Awalnya cuaca bagus tapi di tengah-tengah pelayaran cuaca
memburuk dan mulai ada gelombang. Meja
tempat kami minum kopi mulai bergoyang. Hari itu saya merasa takut karena
membayangkan bila kapal tenggelam, maka saya bisa dimakan hiu atau gurita. Memang
sangat menyeramkan bila kapal yang ditumpangi karam atau tenggelam.
Ada
cerita tentang seorang Kristen yang sedang belayar dalam cuaca buruk. Gelombang
besar melanda seperti pada kisah Nabi Yunus dan air mulai menerjang masuk
kapal. Orang Kristen tersebut berdoa, “Tuhan, kalau Engkau menyelamatkan saya, maka
sesampai di darat saya akan mempersembahkan seekor sapi. Begitu ia selesai doa,
tidak lama kemudian,gelombang air laut mulai mereda (tidak terlalu besar lagi).
Kapal pun terus berlayar dalam cuaca yang tidak semenyeramkan semula, namun tetap
ada gelombang laut walau tidak seganas sebelumnya. Ia kembali berdoa, “Tuhan
kalau benar-benar selamat, saya akan mempersembahkan seekor kambing.” karena menurutnya gelombang tidak sebesar yang pertama. Begitu selesai berdoa, udara membaik
dan dari geladak kapal ia bisa melihat daratan sudah dekat. Lalu ia berdoa, “Tuhan
kalau Engkau menyelamatkan saya ke darat , maka saya akan mempersembahkan seekor
ayam.” Manusia seperti ini, sewaktu sangat ketakutan mempersembahkan seekor sapi.
Saat kondisi membaik, ia menawarkan seekor kambing. Malah sesudah kondisi
semkain baik, ia hanya mau memberi seekor ayam! Begitu sampai di darat,
biasanya orang seperti ini lupa bahwa ia sudah pernah bernazar. Banyak manusia
seperti itu.
Sebelumnya
sudah dibahas tentang salah satu surat kepada jemaat Laodikia di kitab Wahyu.
Jemaatnya kaya secara fisik tapi miskin secara rohani dan menjadi orang Kristen
yang suam-suam kuku. Hidup rohani seperti itu sangat rendah. Itu sebabnya Tuhan
berkata,”Kamu miskin meskipun secara
finansial kaya”. Kita diajar agar berharap untuk mengandalkan Allah yang hidup.
Bukan mengandalkan kekayaan atau relasi kepada manusia. Hari ini tema kebalikannya
yaitu : miskin tapi kaya.
Prinsip Miskin tapi Kaya
Dalam surat (tulisan)-nya
Rasul Paulus menyaksikan apa yang dilihatnya dalam kehidupan jemaat. Pada 2 Kor
8:1-9 ia melihat kehidupan jemaat di Makedonia. Dalam ayat 1-4, ia menulis bahwa
jemaat itu miskin penuh penderitaan tapi begitu kaya dalam kemurahan. Ternyata
ayat-ayat ini memuat prinsip rohani “miskin tapi kaya”.
Prinsip pertama, kemurahan hati umat Tuhan tidak ditentukan
oleh tingkat ekonomi mereka. Jangan
berpikir karena engkau makmur dan kaya maka engkau mempunyai kemurahan hati. Itu
belum tentu. Kemurahan hati tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi, tapi orang
sederhana pun banyak yang suka memberi. Kemurahan tidak ditentukan oleh tingkat
ekonomi, bukan orang sederhana saja tapi orang kaya pun banyak yang suka memberi.
Foto-foto di atas
diunggah dari internet. Kalau melihat spanduk tulisannya mandarin, berarti kejadiannya
berlokasi di daerah yang mayoritasnya orang Tionghoa. Pendapat umum mengatakan bahwa
di dunia ada 3 golongan orang yang paling pelit. Yang pertama, orang Yahudi
yang pelitnya minta ampun. Sehingga ada anekdot tentang 10 Perintah Allah.
Waktu mau memberikan hukum Taurat tersebut ke orang Itali, Tuhan bertanya, “Apakah
mau 10 Perintah Allah?”. Orang Itali menjawab,”Apa bunyinya Tuhan?” Tuhan menjawab,
“(….) Jangan kamu membunuh!” Orang Itali berkata, “Di sini banyak mafia, Tuhan.
Jadi hukum Taurat ini tidak bisa kami terima.” Lalu Tuhan menawarkannya ke
orang Tionghoa. Mereka bertanya, “Apa bunyinya Tuhan?”. Tuhan menjawab, “(….) Jangan
kamu berdusta!” Orang Tionghoa berkata, “Wah kalau dagang dengan jujur, bisa
bangkrut!” Selanjutnya Tuhan menawarkannya ke orang Yahudi, “Mau tidak hukum
Taurat?” Mereka bertanya balik, “Bayar tidak hukum Taurat itu?”. Tuhan menjawab,
“Gratis.” Si orang Yahudi dengan gembira berkata,”Kalau begitu saya ambil 10”.
Yang kedua dan ketiga paling pelit adalah orang Arab dan orang Tiongkoa. Foto
di atas adalah orang Tionghoa yang lumpuh kakinya. Pada acara pengumpulan dana,
ia datang dengan merangkak menuju kotak amal, Semua mengira ia akan meminta
sumbangan. Ternyata, si orang yang lumpuh ini mengeluarkan uangnya lalu
memasukkannya ke dalam kotak persembahan. Bukan itu saja, ia berkata, “Saya masih
punya beberapa yuan untuk dipersembahkan” sambil merogoh kantongnya kembali.
Artinya kemurahan hati tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi seseorang. Itu
sebabnya, dalam surat ke jemaat Korintus, Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka kaya
(berkelimpahan) dalam segala sesuatu dan Rasul Paulus mengingatkan bahwa mereka
pernah memberikan janji bagi pekerjaan Tuhan. Namun dengan berjalannya waktu
mereka tidak melaksanakan apa yang mereka janjikan. Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan
mereka kembali dengan mengatakan “Waktu aku melayani di Makedonia, mereka sangat
murah hati.”
Prinsip yang kedua, kemurahan hati itu ditentukan oleh tingkat
kedewasaan rohani seseorang atau pengenalan rohani akan Tuhan. Itu sebabnya
pada ayat-ayat ini Rasul Paulus mau menekankan dalam kedewasaan rohani, mereka disebut
sebagai pengikut, murid, hamba Yesus. Sebagai pengikut Kristus, maka mereka mengikuti
teladan Kristus. Yesus rela menjadi miskin agar kita jadi kaya. Prinsip
kemurahan hati ini lahir dari murid, hamba dan pengikut Kristus yang punya
kerohanian yang dewasa. Semakin mengenal Yesus, orang itu akan mempunyai hati
memberi sesuai dengan keikhlasan. Jadi orang yang punya tingkat kedewasaan yang
baik ia akan mengenal Kristus. Kalau ia mengenal Yesus yang baik, pasti ia akan
memberi dengan keiklasan (ayat 8) dan ia akan memberi sesuai dengan
kemampuannya dengan sukacita. Tingkat kedewasaan ditentukan oleh pengenalan
kepada Allah dengan baik atau tidak. Semakin mengenal Kristus, maka dirimu kau
berikan untuk Tuhan. Orang yang
mencintai Kristus, mau memberikan apa yang ada dalam dirinya. Di Alkitab
dikatakan, seseorang yang mendapatkan kerajaan Allah, menjual semuanya dan lalu
mencari Kerajaan Allah. Kerohanian akan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal
Kristus merupakan kunci bagi jemaat Tuhan untuk punya hati yang murah. Dulu waktu
saya pacaran dengan shi mu Susan, saya ingin memberikan yang terbaik. Saya
percaya, waktu makin mengenal orang yang saudara kasihi, semakin tidak
hitung-hitungan dengannya. Pada ayat 6-12, dikatakan saat mengenal Kristus,
maka hatimu penuh dengn kelimpahan. Engkau akan sukacita memberi sesuai dengan
keiklasan hatimu. Memberi sesuai dengna kemampuan yang Allah berikan kepaa
kita. Prinsip kedua ini penting, bila kita mempunyai kedewasaan rohani, maka
hati kita murah hati.
Pada Kis 20:35
dikatakan, Dalam segala sesuatu telah
kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu
orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia
sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima." Perkataan Tuhan Yesus ini nyata dan benar. Ada seorang
penarik becak yang dari muda menarik becak . Setiap kali mendapat penghasilan,
ia akan menyisihkannya untuk membantu yayasan yatim piatu. Uang yang
dikumpulkan lalu diberikan ke pengurus. Hal ini terus berjalan sepanjang hidup
si tukang beca. Sampai suatu kali ia sudah merasa tua dan tidak bisa menarik
beca, fisiknya sudah semakin lemah. Ia datang ke panti asuhan dengan uangnya
yang terakhir. Lalu ia menyerahkannya seperti biasa dan berkata, “Ini merupakan
persembahan terakhir, karena saya mulai sakit dan lemah.” Waktu ia sakit,
ternyata ada orang yang tahu ia sakit dan lalu mengangkat kisahnya di media
massa sehingga orang-orang menolong si tukang
beca. Prinsip lebih berbahagia memberi daripada menerima, membuat kita bahagia
atas berkat Tuhan yang luar biasa.
Kesimpulan
1. Semakin memiliki tingkat kedewasaan rohani, semakin kita kita
mengenal Tuhan. Sehingga pengakuan orang bahwa “ia mengenal Tuhan tapi sulit memberi”
sulit diterima. Karena semakin mengenal Kristus, ia akan memberi pada orang-orang
yang membutuhkan. Ia murah hati dalam menolong orang dan punya kemurahan dalam
menguatkan orang. Oleh karena “hati Kristus”, ia akan meluas dengan
kebaikannya. Oleh karena itu Mahatma Gandhi, sewaktu dia membaca kitab Injil,
sesungguhnya ia mau belajar mengenal Kristus. Karena Gandhi begitu terpesona
dan terkagum dengan tokoh Kristus. 3,5 tahun ia membaca bagaimana Kristus
memberi diriNya bagi orang lain. Yang membuat ia tidak mau menjadi Kristen
karena ia melihat pengikut Kristus yang tidak sesuai ajaranNya. Ia melihat
orang Kristsen, tidak sama dengan orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Kristus.
Mari kita belajar mengenal siapa Yesus Kristus. Kalau kita mengenalNya, Ia
membuat kita murah hati.
2. Semakin kaya dalam kemurahan hati, maka sesungguhnya kita semakin diberkati
Tuhan. Namun hal ini berbeda dengan prinsip “untuk mendapat ikan besar harus
digunakan umpan besar juga”. Itu bukan berkat, tapi berkaitan dengan sukacita, Tuhan
seperti membuka tingkap-tingkap langit. Contoh : kisah janda miskin di Sarfrat
(daerah di luar Negara Israel). Saat janda didatangani Nabi Elia untuk meminta
makanan, sang janda berkata,”Saat kamu makan, kami akan mati.” Janda itu
benar-benar miskin, kalau ia kasih makanan ke orang lain, maka ia dan anaknya
akan mati. Kita tidak pernah dalam kondisi seperti itu. Tapi waktu ia memberikan
makanan kepada nabi Elia, janda itu diberikati Tuhan luar biasa. Janda itu
tidak mati dalam pemberiannya. Semkain kita murah hati, semakin berkat Tuhan
mengalir. Itu sebabnya dalam firman Tuhan dikatakan,”Tingkap di langit dibuka
untuk mencurahkan kasih.” Semalam di Meruya, Jakarta Barat dan Serpong hujan
besar sekali. Hujan turun dari langit sepertinya dicurahkan besar sekali. Bahasa
di Alkitab, “Tingkat di langit dicurahkan menjadi berkat bagi kita yang murah
hati.” Itu karena Allah memberikati orang yang murah hati. Jangan takut,, waktu
murah hati, maka berkat akan mengalir. Waktu mengalir, kita pernah jadi rugi,
dan kita akan mendapatkan sukacita.
No comments:
Post a Comment