Pdt Hery Kwok
Wahyu 3:14-22
14 "Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi
yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
15 Aku tahu
segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika
engkau dingin atau panas!
16 Jadi karena
engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau
dari mulut-Ku.
17 Karena
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan
apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang,
miskin, buta dan telanjang,
18 maka Aku
menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
19 Barangsiapa
Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
20 Lihat, Aku
berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku
dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama
dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
21 Barangsiapa
menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku,
sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas
takhta-Nya.
22 Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada
jemaat-jemaat."
Beberapa waktu lalu,
di Indonesia diputar film Mandarin dengan judul “Red Cliff” (artinya Tebing
Merah, bagian awal dari cerita tentang Tiga Negara atau “San Guo”) yang
disutradarai oleh John Woo (67 tahun). Sutradara Hong Kong ini mengangkat film berlatar
sejarah Tiongkok pada akhir dinasti Han sekitar tahun 208-209. Pada salah satu
bagian ceritanya, dikisahkan adanya peperangan antara pasukan besar yang dikepalai Jendral Cao
Cao dengan pasukan kecil. Kekuatan pasukan Jendral ini luar biasa besar dengan angkatan
laut yang dilengkapi banyak kapal perang. Sebelumnya Jendral Cao Cao berhasil
mengalahkan begitu banyak kerajaan kecil. Bahkan kerajaan-kerajaan besar juga takut
menghadapi kekuatan pasukan Cao Cao. Kepala pasukan yang kecil ini adalah panglima
Sun Quan. Ternyata tentara yang besar itu kalah oleh tentara kecil. Yang
membuat Jendral Cao Cao kalah dan
dipermalukan, bukan karena pasukannya tidak hebat atau tidak gagah, tetapi
karena Jendral Cao Cao merasa punya pasukan yang kuat dan hebat dan dia merasa
puas dengan dirinya. Sutradara John Woo ingin mengangkat kegagalan pasukan yang
besar dikarenakan Jendral Cao Cao merasa diri puas dengan keberadaannya. Salah
1 filosofi orang Tionghoa adalah saat menjadi besar dan merasa puas berarti kita
melupakan keberadaan kita. Itu sebabnya
dalam film ini kita petik pelajaran yang menarik bahwa orang yang cepat puas diri
, maka ia bisa jatuh dengan cepat.
Kitab Wahyu
merupakan tulisan yang luar biasa dan disebut kitab apokaliptik (kitab akhir
zaman). Penulis (Rasul Yohanes) diminta Tuhan untuk menulis surat ke 7 jemaat (gereja)
di Asia dengan tujuan masing-masing. Ada jemaat (gereja) yang telah kehilangan kasih
mula-mulanya. Ada gereja yang berkompromi dengan ajaran sesat. Pada surat ke
jemaat Laodikia, penulis punya penekanan yang luar biasa. Jemaat ini merasa
dirinya kaya dan merasa tidak kekurangan apa-apa. Inilah bahaya yang dihadapi gereja
mula-mula dan kemudian hancur (tidak ada lagi). Kehidupan kekristenannya
menjadi sekedar formalitas saja. Mereka pergi ke gereja tapi tidak punya
kualitas kehidupan rohani. Mereka berdoa tetapi tidak punya jiwa berdoa. Betapa
bahayanya keadaan rohani seperti ini (keadaan yang digambarkan sebagai “engkau
suam-suam kuku”). Seperti kalau kita minum air, biasanya ada 2 pilihan yang
dipilih yakni air dingin atau air panas tergantung kesukaan yang meminumnya.
Jarang ada yang meminta “air yang suam-suam kuku” yang tidak enak. Perikop di
atas tentang gereja yang jemaatnya suam-suam kuku. Searas tema kita dikatakan
mereka seperti nya kaya tetapi sesungguhnya miskin. Secara fisik mereka punya
kekayaan yang luar biasa. Saat itu kota Laodikia punya perdagangan yang hebat
dan perbankan yang luar biasa besar, sehingga secara ekonomi, mereka merupakan
kota yang benar-benar makmur. Dulu waktu kota ini mengalami gempa bumi dan
hancur, mereka membangun lagi tanpa meminta subsidi dari pemerintahan Romawi. Secara
finansial kota ini memang makmur (kaya). Tetapi mengapa pada ayat 7, Tuhan
mengatakan “kamu ini adalah miskin”. Padahal kota ini juga termasuk kota yang
memiliki penghasilan dari bulu domba yang terbaik. Saat itu kalau seseorang
punya peternakan bulu domba yang menghasilkan wol, bisa menjadi pengusaha yang
kaya. Tetapi Tuhan berkata, “engkau melarat dan malang”. Ketiga, keistimewaan
Laodikia mempunyai kedokteran yang hebat yang menghasilkan obat mata yang
canggih. yang berguna bagi orang yang sakit mata. Tetapi pada ayat 17 dikatakan,
“kamu adalah jemaat yang buta”. Sangat
berbeda kehidupan jemaat Laodikia dengan pernyataan Tuhan. Meskipun secara
ekonomi kaya, (punya perbankan besar dan banyak emas) tetapi engkau tetap meralat dan miskin. Engkau
penghasil obat mata terbaik tetapi engkau sesungguhnya buta. Engkau punya banyak
peternakan domba dan menghasilkan kain wol tetapi tetap telanjang. Apa yang
membuat Tuhan mempunyai penilaian seperti itu? Karena kehidupan mereka dengan
Tuhan tidak benar-benar baik. Kekristenannya hanya sebatas formalitas. Mereka
ke gereja dan berdoa tapi isi dan rohaninya tidak ada. Ini sesuatu yang
menakutkan yang terjadi pada gereja-gereja. Jangan bangga sebagai orang Kristen
dan rajin ke gereja tiap mingu tetapi tidak punya pengharapan dan pengandalan pada
Tuhan secara total.
Pada Perjanjian
Lama, ada kisah tentang Yosua memimpin bangsa Israel menyerang kota Ai yang
merupakan kota kecil dibanding kota Yerikho. Kota Yerikho bisa dirubuhkan orang
Israel setelah berkeliling 7 kali dan meniup sangkakala. Saat menyerang Yerikho,
mereka punya pengharapan luar biasa kepada Allah. Tetapi begitu Yerikho
dikalahkan dan mau menyerang kota AI, mereka menganggapnya sepele. Mereka merasa
tidak perlu lagi Tuhan dalam peperangan. Itu sebabnya ketika menyerang kota Ai,
mereka dipermalukan dan kalah. Kekalahan Karena di dalam dirinya punya rasa puas
terhadap diri sendiri. Saya mampu dan punya kekayaan. Saya mampu karena bisa
bekerja. Saya mampu karena punya keluarga banyak. Saya mampu karena punya
relasi bisnis yang besar. Kita merasa mampu tanpa Tuhan.
Ada cerita ALkitab
lain. Ada seorang kaya yang berpikir tentang kekayaannya. Supaya bisa
tertampung, ia ingin membangun lumbung yang besar sehingga hasil bumi bisa
disimpan dan ia bisa menikmati hidup sampai tua. Tuhan kemudian berkata, “Hai
kamu orang kaya yang bodoh, malam ini engkau akan mati.” Karena ia menaruh harapannya
pada kekayaannya, ia tidak mencari Tuhan. Kitab Wahyu 3, kitab yang menekankan
agar hidup rohani jangan seperti ini. Pada waktu mengenal Tuhan, saya punya
pengharapan yang luar biasa. Pengharapan itulah yang membuat kita mengubah cara
hidup yang tidak benar. Pada waktu bekerja, tidak melakukan korupsi dan manipulasi
karena punya harapan besar kepada Allah yang besar. Pada waktu kita tidak
berbohong kepada pasangan hidup, itu karena punya pengharapan yang besar kepada
Tuhan. Sewaktu sekolah anak-anak tidak menyontek karena punya pengharapan besar
kepada Tuhan. Hidup bersama Tuhan, kita dapat mengharapkan perubahan dalam
seluruh aspek kita (tingkah laku dan perbuatan kita). Jangan bicara bahwa kita percaya
Tuhan dan ke gereja tapi tidak peduli kepada sesama. Itu artinya kita tidak
punya ketergantungan pada Allah melihat orang lain yang susah. Kita menjaga
kesucian hidup karena punya pengharapakn kepada Allah yang besar. Sehingga
jemaat Laodikia diingatkan kalau punya pengharapan yang besar kepada Allah maka
hidupmu akan berubah.
Di Eropa ada sebuah keluarga
yang sangat harmonis. Keluarga ini mempunyai seorang anak laki-laki. Saat mau
memberikan nama kepada anaknya, orang tuanya mencari nama yang terbaik. Lalu
ditemukan nama yang terbaik dan diberikan nama Fantastic. Nama marganya, Brown sehingga disebut
Fantastic Brown. Seperti di Indonesia, kalau pergi ke Batak Karo anak diberikan
nama yang “lucu”. Waktu ayahnya lihat benda saat istri melahirkan, maka anak
diberi nama seperti nama benda itu. Misal lihat lampu maka diberi nama Lampu
SImanjutak. Ada teman saya namanya Gajah Parulian (?). Jadi ada yang memanggil dia “Gajah.. Gajah”.
Sehingga anak kecil tersebut bertumbuh dalam ejekan teman-temannya, karenadisebut
Fantastic. Tapi anak itu bertumbuh dengan baik percaya Tuhan dan hidupnya
benar-benar nyata. Waktu sekolah, dia tidak mau menyontek karena mengenal
Yesus. Waktu kerja, dia menunjukkan dedikasi yang baik, sehingga perusahaan
mengangkatnya menjadi pemimpin. Waktu bersosialisasi dengan orang susah , ia
bantu dengan uangnya oleh karena Fantastic
mempunyai pengenalan akan Tuhan yang baik. Lalu ia menikah dan punya anak yang
baik-baik. Suatu kali Fantastic sakit dan hampir mati. Lalu dia berkata ke
istrinya, “Waktu nanti menguburkan saya, janganlah kamu menulis nama Fantastic
karena banyak yang mengejek saya.” Istrinya jadi bingung, mau tulis apa di batu
nisannya. Lalu istrinya mempunyai akal dan menulis di atas nisan, “Telah
meninggal seorang pria yang luar biasa baik. Suami yang tidak pernah berkata
kasar ke istri dan tidak pernah memukul / menampar istri. Seorang suami yang
selalu memberi kekuatan saat istri mengalami kesulitan. Sang suami yang bisa
menjadi teman ngoborol saat istri mengalami pergumulan. Menjadi seorang bapak
dari anak-anak yang sangat baik. Seorang bapak yang terhadap anaknya bisa
menjadi sahabat, menjadi teman bagi orang yang susah dalam kehidupan ekonomi.” Waktu semua pelayat datang menghadiri
pemakaman terakhir dan membaca tulisan di atas nisan tersebut, mereka menggelengkan
kepala dan berkata, “Fantastic!” Namanya
tidak disebut tetapi orang menyebutnya “Fantastic!” Kenapa dunia heran kepada orang
yang luar biasa baik? Karena dunia menginginkan lahir dari orang percaya yang
mengandalkan Tuhan. Hidupnya benar-benar diubahkan karena punya pengharapan
kepada Tuhan. Hidup seperti itulah di mana kerohanian kita tumbuh. Jangan
bangga jadi Kristen tapi tidak peduli terhadap sesama.
Saya suka nonton TV
DaAi. Mereka tidak mengenal Kristus tapi peduli terhadap sesama. Kita punya
pengharapan yang pasti dalam Kristus untuk masuk surga tapi banyak yang tidak
peduli terhadap sesama. Waktu saudara kita duduk di sebelah , apakah kita
peduli terhadap dia? Atau kita melihat dengan pandangan sinis dan tidak punya
pandangan baik. Ini yang terjadi di Laodikia. Lalu apa yang membuat kita
bekerja giat dan hidup jujur? Karena kita punya pengharapan kepadaNya. Saat
sulit , apakah kita langsung datang kepadaNya? Di Persekutuan Doa beberapa
waktu lalu, saya pernah bercerita. Ada pendeta yang membangun gereja. Waktu
membangun gereja, bila engkau punya deposito besar melebihi anggaran pembangunan
gereja, maka pengharapan kepada Tuhannya akan turun. Mungkin kita berdoa tetapi
doanya tidak seperti orang yang berteriak kepada Tuhan. Karena waktu berdoa,
ingat jumlah depositonya cukup untuk membangun gereja. Waktu seperti itu engkau
tidak punya pengharapan besar kepada Tuhan.
Beberapa waktu lalu,
saya mengunjungi rumah anak yang bersekolah di Kalam Kudus bersama beberapa lau shi. Mamanya bercerita tentang
kesulitan anaknya yang ternyata menderita kanker getah bening. Waktu datang,
saya tidak bisa melihatnya karena sedang menjalani perawatan kemo yang dilakukan
di ruang isolasi. Jadi saya hanya bertemu mamanya dan bercakap-cakap dan ada satu
hal yang membuat saya disadarkan Tuhan. Seringkali saat besuk , saya belajar
dari jemaat yang dibesuk dan saya sering mendapat yang rohani dari Tuhan. Sang
mama berkata, “Biaya yang diperlukan sangat besar. Jumlahnya bisa ratusan juta. Dari mana
duitnya saya juga tidak tahu. Waktu anak saya dikemo, dan dilakukan tindakan
medis, saya juga bingung duitnya dari mana. Tetapi ada seorang yang membiayai
anak saya.” Dia tidak mengenal orang itu, tetapi waktu anaknya sakit, dia
berteriak kepada Tuhan. Waktu dia tahu biaya yang dibutuhkan, dia menangis
dihadapan Tuhan. Waktu bicara di ruang kantor tersebut, ternyata di sebelahnya
ada orang lain yang mau bicara juga ke pihak rumah sakit. Rupanya orang ini mendengar
pergumulan ibu ini. Ia tidak kenal siapa orang ini. Baru di kemudian hari,
orang ini memperkenalkan diri. Ia bilang ke pihak Rumah Sakit, “Tolong layani
anak ini dengan baik. Berapapun biayanya saya akan bayar. Kasih obat terbaik
walaupun mahal.” Waktu mendengarnya, saya menangis di hadapan Tuhan. Sepertinya
dihadapan Tuhan saya ditanya, “Pengharapanmu bagaimana?” Itu membuat saya
menyampaikan tentang hal terkait kerohanian kita. Waktu hidup rohani kita
dengan Tuhan baik, hidup ibadah baik dan kualitasnya nyata dimana senang bersekutu
dengan Tuhan di rumah Tuhan, namun juga peduli terhadap sesama di gereja.
Bahkan juga terbeban menolong orang yang perlu. Karena kita punya pengharapan
yang kokoh dalam Kristus. Seperti yang tertulis pada ayat 20 “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;
jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku”. .Jemaat Laodikia adalah jemaat yang Kristen KTP (Kristen tanpa
Kristus). Jangan menjadi orang seperti itu. Mari kita minta Tuhan terus selidiki
hati. Waktu punya pengharapan, apa pun yang dihadapi, Tuhan yang pertama kita
cari. Bukan kekayaan, kekuatanmu atau relasimu.
Beberapa waktu lalu saya
diajak besuk ke rumah seorang jemaat. Saya diijinkan Tuhan berkenalan dan
melayani banyak gereja dan mengenal banyak jemaat dari yang konglomerat sampai yang
sederhana. Saya bergaul dengan berbagai tipe jemaat karena waktu mati, kita
tidak membawa harta. Itu sebabnya saya tidak pernah sungkan. Kalau salah, saya katakan Bapak salah. Sewaktu
saya diajak makan dengan seorang kaya, dia berkata, “Pak Heri, kalau Pak Heri
perlu sesuatu untuk gereja baru tolong sampaikan ke saya.” Saya jawab, “Terima
kasih Pak.” Tetapi dalam hati, saya tidak pernah mau datang kepada orang ini
karena saya punya Tuhan yang hebat. Tuhan akan mengirim orang yang terbeban
untuk membangun gereja ini. Keyakinan dan pengaharapan ini membuat saya yakin dalam melayani Tuhan. Mari
kita hidup dalam keyakinan kerohanian yang baik dan bukan kerohanian yang
biasa-biasa, tetapi yang luar biasa. Bukan taraf “ordinary” (biasa) tetapi
harus “extra ordinary” (luar biasa) Rajinlah baca Alkitab dengan baik karena
ini mengubah hidup dan tingkah lakumu. Ini membuat hidup kita punya pengharapan
saat kesulitan menghadang. Firman inilah membuat kita senang beribadah dan melayani
Tuhan dengan baik. Sehingga saat berjumpa dengan Tuhan, Dia berkata, “Hai
hambaKu yang setia masuklah!” Marilah kita setia dalam pengharapan, pelayanan
dan beribadah kepadaNya.
No comments:
Post a Comment