(tidak diedit)
Ev Susan M.
Yak 3:7-12
7 Semua jenis
binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan
binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat
manusia,
8 tetapi tidak
seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang
tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
9 Dengan lidah
kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah,
10 dari mulut
yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh
demikian terjadi.
11 Adakah
sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
12
Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan
adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin
tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Suatu hari ada
seseorang yang baik meninggal dan kemudian dibawa oleh malaikat Tuhan masuk ke
surga. Di sana ia melihat banyak orang yang punya mulut dan gigi tetapi tidak
mempunyai lidah. Akhirnya orang ini bertanya, “Mengapa mereka tidak punya
lidah?”. Malaikat menjawab, “Mata ,hidung, kaki, tangan, dompet dan semuanya
bertobat kecuali lidah , mulut dan bicaranya tidak bertobat. Ilustrasi ini hanya
ingin menunjukkan bahwa,”Perkataan atau lidah adalah sesuatu yang sangat sulit
dikendalikan (dijinakan).” Itu sebabnya Rasul Yakobus mengingatkan tentang
bahayanya lidah.
Ada 2 permasalahan penting
yang disoroti oleh Rasul Yakobus.
1.
Terjadinya pertikaian,
perselisihan, permusuhan karena adanya kesenjangan hidup antara kelompok yang
kaya dan yang miskin (kesenjangan ekonomi) di mana kelompok yang kaya memandang rendah
yang miskin dan sebaliknya (Yak 1 dan 2).
2.
Perselisihan,
pertengkaran dan permusuhan di tengah komunitas orang percaya, disebabkan banyak
orang yang menganggap dirinya lebih pintar / tahu lalu mengucapkan hal-hal yang
membuat terjadinya permusahan. Sehingga Rasul Yakobus mengatakan pada pasal 3
ayat 1, “Saudara-saudaraku, janganlah
banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai
guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”. Rasul Yakobus
tidak menolak dengan profesi guru yakni profesi yang memberi pelajaran kepada orang
lain. Jangan mau jadi guru maksudnya jangan menganggap dirimu lebih pintar
daripada yang lain sehingga sok mengkritik dan menghakimi orang lain. Banyak
orang yang sering hanya omong kosong (omdo). Itu seringkali terjadi di kalangan
guru agama Yahudi zaman dahulu. Mereka pintar secara teologi dan dianggap lebih
pintar dari masyarakat tetapi yang diucapkan tidak sesuai dengan kelakuan. Rasul
Yakabus pada ayat 2-8 memberikan beberapa analogi / contoh tentang bahayanya
menganggap diri pintar dan tidak mengekang / mengendalikan / membatasi perkataan.
Pada ayat 3 Rasul Yakobus mengibaratkan lidah itu seperti tali kekang yang
kecil pada mulut kuda namun dapat mengendalikan kuda yang besar (mau ke kiri
atau ke kanan) atau seperti kemudi kecil yang mengarahkan kapal yang besar
(yang besar belum tentu mampu menguasai yang kecil). Sesuatu yang kecil ketika
digunakan dengan baik, hasilnya baik dan sebaliknya. Analogi yang kedua, lidah
itu ibarat api (ayat 4) dimulai dari kecil. Kerusakannya awalnya kecil (mungkin
dimulai dari punting rokok) dan kemudian menjadi besar menyebabkan
kerusakan.
Manusia belum tentu
menguasai dirinya sendiri atau lidah. Pada ayat 8, Rasul Yakobus mengatakan , “tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan
lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang
mematikan”. Kejahatan lidah adalah sesuatu yang buas dan tak terkuasai,
menakutkan. Rasul Yakobus mengatakan,”Lidah adalah sesuatu yang buas
(menakutkan).” Rasul Paulus pernah mengatakan,”Aku adalah orang buas.” Dalam
bahasa aslinya buas identik dengan penyakit jiwa yang tidak dapat dikendalikan.
Yakobus orang belum percaya tidak dapat mengendalikan sebaik-baiknya karena
tidak punya kuasa Tuhan. Masalahnya , kita tidak mau menggunakan kuasa yang
diberikan Tuhan. Suami memberi julukan “bodoh” kepada istrinya juga sebaliknya
sehingga membuat rumah tangga mereka menjadi tidak benar karena yang kumpul
orang “goblok” dan “bodoh”. Julukan-julukan sebelum percaya Tuhan tidak
terkendalikan. Lidah penuh racun yang mematikan. Lidah yang bisa dikendalikan
ibarat racun mematikan diri kita, hati nurani kita, kepekaan kita, kebiasaan
baik dan hubungan kita dengan orang lain.
Jemaat Kristen mula-mula
menghadapi kaisar Romawi (Nero) yang jahat sekali. Ia menyebarkan fitnah terhadap
orang Kristen dan ingin memusnahkan orang Kristen. Gosip itu diterima dan
dipercaya sehingga orang Kristen ditangkap. Lalu ada yang dalam keadaan hidup kulitnya
dicabut sampai mati, ada yang dibakar hidup-hidup, ada yang diikat pada wadah berpaku
tajam dan mengalami siksaan yang sangat kejam. Hal ini diawali dengan perkataan
yang tidak benar (fitnah) oleh sang kaisar.
Ada seorang bapak
yang menjadi suami yang setia dari seorang istri. Ia menghadapi tuduhan
perselingkuhan dan berusaha membela dirinya. Dengan kepintaran pengacara dari
pihak pendakwa, akhirnya sang bapak menjadi tertuduh dan kalah sehingga dihukum
masuk penjara. Istrinya menjadi kecewa dan sakit hati walaupun ia mempercayai
sang suami. Akhirnya sang istri menderita penyakit dan meninggal dunia. Setelah
suaminya bebas, dia tetap hidup sendiri (tidak menikah lagi). Suatu kali pengacara
yang membuatnya masuk penjara, datang dengan tubuh yang sudah loyo karena sakit
berat. Sebelum meninggal, ia datang meminta maaf karena ia tahu sang suami sebenarnya
orang yang benar (tidak berselingkuh). Bahkan ternyata sang pengacara sendiri
yang selingkuh. Sang pengacara terpaksa mengajukan tuduhan itu supaya ia tetap
hidup bebas. Sang suami memaafkan si pengacara, namun ia mengatakan,”Apa yang
kamu lakukan tidak membuat istri saya hidup kembali, tidak membuat istri saya
percaya saya lagi 100%, tidak mungkin membuat orang-orang di kota itu serta
merta berbalik percaya kembali kepada saya”.
Melontarkan
perkataan yang tidak bertanggung jawab ibarat bulu ayam di kemoceng yang dicabut
satu per satu lalu ditiup oleh angin kencang sehingga berhamburan kemana-mana. Bulu-bulu
ayam tersebut kemudian sulit dan akhirnya tidak bisa dikumpulkan semuanya.
Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya? Berapa banyak waktu
yang dibutuhkan untuk memperbaiki kata-kata yang dikeluarkan secara tidak
bertanggung jawab?
Suatu kali ada
sepasang jemaat yang akan menikah dan sudah diumumkan di warta gereja. Lalu ada
surat keberatan yang disampaikan ke majelis atas rencana pernikahan tersebut.
Surat tersebut tanpa mencantumkan nomor urut dan ditulis tanpa nama sehingga
seharusnya surat tersebut diabaikan. Kebetuan ada anggota majelis yang pernah
memiliki masalah (bermusuhan) dengan jemaat yang akan menikah tersebut. Majelis
tersebut kemudian memakai surat itu sebagai bahan untuk membesar-besarkan
masalahnya. Akhirnya keluarga calon
pengantin menjadi kecewa dan sakit hati. Lalu mereka mencari gereja yang bisa
menikahkan calon pengantin tersebut. Terakhir ke-25 anggota keluarga (dari
sekolah minggu sampai jemaat umum) tersebut keluar dari gereja tersebut. Hal
ini dimuai dari kata-kata dan perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Sehingga Rasul
Yakobus menulis pada Yak 3:10 mengingatkan untuk tidak melakukan perbuatan yang
tidak bertanggung jawab. Jangan sampai dari mulut yang sama keluar berkat dan
kutuk. Dengan lidah kita memuji Tuhan, jangan sampai memakai lidah untuk
menghancurkan. Jangan kita ketawa sana-sini dengan seseorang namun di
belakangnya menyebarkan gossip. Allah kita adalah Allah yang kudus sehingga
sebagai anakNya kita juga harus kudus. Allah adalah sumber kehidupan kita.
Seperti yang tertulis pada ayat 11-12 “Adakah
sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku,
adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat
menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air
tawar.”
Tips (petunjuk) praktis bila ingin mengomentari
sesuatu
1.
Ketika mendengar
suatu berita, jangan cepat-cepat menyimpulkan atau memberi komentar. Dengarkan
dengan jelas dan simak baik-baik.
2.
Gunakan 3 alat
penyaring :
a. Cari tahu apakah
berita itu benar 100%. Karena ada berita yang setelah dikonfirmasikan
kebenarannya kepada yang menyampaikannya hanya dijawab “Saya juga tidak tahu karena
saya hanya mendengar saja”
b. Apakah berita yang
disampaikan itu baik dan positif? Kalau tidak baik maka ini merupakan sinyal untuk kita
berhati-hati. Biasanya kalau mendengar berita yang baik seperti khotbah ,
pendengarnya malah tidur, tetapi bila mendengar berita yang tidak baik atau
gosip pendengarnya malah dengan semangat mendengarnya. Seharusnya disaring, apakah
berita tersebut berguna atau tidak (membuat lebih baik),
c. Biasakan diri
untuk tidak menyampaikan sesuatu yang tidak kita tahu dengan jelas atau tidak
berani kita sampaikan sendiri (jangan mengatasnamakan orang lain). Misalnya ada
yang berkata,”Satu gereja tidak setuju.” Lalu siapa yang dimaksud dengan “satu
gereja”? Padahal yang bicara hanya satu orang saja.
3.
Belajar untuk
objektif. Isi pembicaraan benar-benar merupakan hal yang ingin disampaikan.
Yang benar katakan benar, yang salah katakan salah. Jangan sampai kalau sudah
tidak suka dengan seseorang, maka semua yang dikatakan orang tersebut dianggap salah.
Itu sangat subjetif.
Demikianlah sebagian
hal yang dapat dipelajari dari Kitab Yakobus yang banyak berbicara tetang
hal-hal praktis dalam kehidupan. Isi surat Rasul Yakobus sederhana (tidak
seperti surat-surat dari Rasul Paulus yang perlu dicerna secara mendalam)
sehingga tidak perlu dipikir secara rumit.