(Jemaat yang
Bersehati)
Pdt. Matius Farianto
Fil 2:1-11
1 Jadi karena
dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada
kasih mesra dan belas kasihan,
2 karena itu
sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu
kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3 dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri;
4 dan janganlah
tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga.
5 Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan,
7 melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
9 Itulah
sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama,
10 supaya dalam
nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi
dan yang ada di bawah bumi,
11 dan segala
lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah,
Bapa!
Fil 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus atau
dalam Bahasa Indonesia sehari-hari dikatakan,
“Jadikanlah hati Kristus hatimu”. Surat ini ditulis setelah Rasul Paulus
melayani dan mengamati selama 27 tahun. Ia mempunyai pengalaman baik yang menyenangkan
maupun yang menakutkan. Dalam pelayanannya Rasul Paulus menghadapi
bermacam-macam manusia baik yang kaya ataupun miskin, terpelajar ataupun tidak
dan Yahudi juga non Yahudi. Sepanjang 27 tahun, ia pernah menangis juga
tertawa. Sehingga apa yang dikemukan, merupakan bagian dari kesimpulan bagaimana
supaya jemaat bisa bersatu dalam pelayanan. Apa yang dikatakan bukan merupakan
teori tetapi hasil pelayanan bersama-sama dengan Tuhan. Ia berbagi apa yang
dialami dan ia ingin supaya jemaat Tuhan bersatu dan tidak terpecah belah.
Ada 3 pertanyaan penting
yang perlu dijawab sebelum mengetahui cara jemaat bisa bersatu :
1.
Siapa aku di sini? Ini penting untuk dijawab dengan jelas. Aku bukan majikan atau
penguasa. Pertanyaan ini bicara tentang status kita, ternyata aku di sini bukan
siapa-siapa. Aku orang berdosa yang mendapat kasih karunia dan pertolongan Tuhan.
Ia merangkul Aku menjadi jemaat di GKKK Mabes. Status aku disini orang bedosa
dan diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan. Sehingga di hadapan Tuhan aku bukan
siapa-siapa.
2.
Mengapa aku di sini? Pertanyaan ini berbicara tentang peran. Apa perananku di sini ? Apa
yang aku lakukan di sini? Peran di sini bukan aku yang tentukan karena aku
hadir diutus oleh Tuhan. Setelah kita diselamatkan lalu diutus oleh Tuhan.
Peran kita di sini merupakan misi kita yakni apa yang kita lakukan. Tanyakan
pada Tuhan apa yang harus aku lakukan. Bukan sekedar kita hadir di gereja saja.
Setiap orang punya peran yang Tuhan berikan dan tidak boleh dikurangi satu pun.
3.
Bagaimana aku di sini? Ini berbicara tentang sikap. Bagaimana aku bersikap?
Apakah kita tidak mau tahu karena menganggap itu urusan pendeta atau majelis? Pokoknya
aku hanya datang ke gereja dan setelah itu pulang?
Setelah selesai
menjawab ketiga pertanyaan ini, ada 4 kata kunci yang penting di dalam
pelayanan Tuhan. Keempatnya untuk melaksanakan misi Tuhan dan dengannya kita
bisa menjadi saksi Kristus, dipakai Tuhan dan menyebabkan jemaat Tuhan menjadi
satu. Tanpa keempatnya, kita akan susah bersatu dan melaksanakan misi Tuhan.
Itu yang Rasul Paulus lihat sepanjang 27 tahun pelayanannya.
1.
Rendah hati. Ayat
3. dengan tidak mencari kepentingan
sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati
yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri ; Ini
sangat penting. Mengucapkan ayat ini tidak
sampai 1 menit tetapi untuk melaksanakan nya perlu seumur hidup. Kata kuncinya
: rendah hati. Gampang mengatakan tetapi susah melaksanakannya. Kita tidak bisa
besatu dan bersama-sama karena kita tidak bisa rendah hati. Rendah hati artinya tidak menganggap diri
lebih tinggi dari orang lain. Menganggap “saya lebih pintar, lebih banyak
gelar atau lebih tinggi jabatannya dari kamu” bisa menjadi batu kerikil bagi
orang lain. Menganggap lebih pengalaman (lebih banyak makan garam) atau punya
banyak talenta sehingga tidak bisa kerjasama. 1 Kor 15:10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku
tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka
semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Rasul Paulus mengatakan hal ini, padahal Rasul
Paulus adalah seorang ahli teologia (ahli taurat). Itu yang menyebabkan ia bisa
datang merendahkan diri di hadapan Tuhan. Rasul Paulus mengatakan,”Tuhan aku
tidak tahu-tahu apa, tidak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa , aku tidak ada
apa-apanya.” Aku tidak bedanya seperti sarung tangan yang tanpa tangan tidak
ada gunanya. Tuhan memakai orang yang rendah hati. Seperti sarung tangan yang kosong,
apapun tidak bisa aku lakukan. Kalau tangan bisa terbuka, kita bisa merangkul
sesama kita.
2.
Mengosongkan
diri. Ayat 5-7. Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. Mengosongkan diri sama dengan menyangkal diri yakni meletakkan
latar belakangnya dan memindahkan fokus pada Yesus. Bukan apa yang aku lakukan
tetapi apa yang Engkau mau aku lakukan. Menyangkal diri tidak mudah karena harus
menanggalkan keberhasilan dan segala kemewahannya. Tuhan Yesus menyangkal diri
dan memakai rupa seorang hamba. Ini tidak mudah. Ibarat main sandiwara, orang
tidak suka jadi pembantu, tapi senang kalau jadi raja. Sandiwara saja
begitu, padahal itu bukan sungguh-sungguh. Di sebuah gereja setelah selesai
khotbah kantong kolekte diedarkan. Sesampainya kolektan di barisan belakang, seorang
jemaat tiba-tiba berdiri tegak dan member hormat kepada sang petugas kolektan. Saat
ditanya alasannya, ia menjawab, “Kamu tidak tahu ya, itu wakil gubernur!” Sang
wakil menerima persembahan dari karyawannya. Ketika aku menjalankan kantong
kolekte, aku bukan melaksanakan tugas gereja, tetapi menjalankan peran sebagai wakil
Tuhan dalam menerima persembahan dari jemaat sehingga ia menanggalkan jabatan
wakil gubernurnya. Janganlah mengandalkan latar belakang kita tetapi bertanya,”Tuhan
apa yang harus aku perbuat” seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus.
3.
Taat. Ayat 8. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib. Ketaatan itu penting, bukan taat ke gereja tapi ke Tuhan yang
memanggil kita. Sehingga perkataan baik atau tidak baik, lancar atau tidak lancar,
dekat atau jauh, bagi saya tidak penting. Yang penting baik di mata Tuhan, bisa
melaksanakan kehendak Tuhan dan menyenangkan hatiNya. Yang penting agar “orang
lain bisa mengenal Kristus” maka aku siap melaksanakannya. Selagi melakukan
tanggung jawab sebagai umat Tuhan, kita tidak mencari-cari alasan. Seperti yang
Rasul Paulus katakan “tidak menghiraukan nyawa sedikitpun untuk memberitakan
Injil kasih karunia Allah”. Ketika kita taat maka bisa bersama-sama. Kalau
setiap orang mentaati Kristus, maka kita akan bersama-sama, sejalan, searah, dan
satu beban.
4.
Kasih. 1 Kor
16:14. Lakukankanlah segala pekerjaanmu
dalam kasih. Dengan kasih baru kita bisa memeluk orang dan tidak
memperhitungkan untung rugi, tidak bicara apa yang bisa aku peroleh tetapi apa
yang bisa aku berikan. Itu yang Yesus Kristus lakukan dalam kehidupanNya. Ia
bekerja keras memberitakan Injil supaya ada keselamatan, pertolongan dan kasih
karunia. Mati-matian Ia bekerja. Bukan saja berkeringat untuk kita, tetapi
tetesan air mataNya pun untuk kita. Ia menangis bila orang tidak mengenal kasih
karunia Allah. Ia menangisi setiap langkah menuju kenamaan, atau saat umatNya
bersedih atau mundur. Setiap tetes air mataNya untuk kita. Setiap darahNya pun
untuk kita, supaya kita terlepas dari dosa yang membuat kita tidak mengenal
Tuhan, supaya kita berdamai dengan Tuhan, keluar dari kematian dan masuk dalam
hidup kekal, menjadi anak dan keluarga Allah. Ini sesuatu yang indah dan baik.
Ia mengasihi kita bukan dengan perhitungan kalkulator, bukan karena kita kaya
dan pintar. Ia mengasihi kita karena kita diciptakan seturut gambar dan rupa
Allah. Kasih ini yang mendorong Rasul Paulus bekerja untuk Tuhan habis-habisan.
Sehingga jemaat Tuhan bersama-sama mengasihi Tuhan, gerejaNya , orang-orang
percaya dan jiwa-jiwa yang tersesat. Kasih yang menggerakkan jemaat Tuhan, berbakti
kepada Tuhan, menggerakkan mereka memuji Tuhan, menggerakkan mereka bersatu dan
bersaksi bagi Tuhan.
Kemiskinan yang
paling besar di dunia bukan karena tidak punya uang, tetapi tidak punya Tuhan.
Pemborosan ayng paling besar di dunia, kalau orang tidak melayani Tuhan.
Bencana yang paling besar di dunia bukan Tsunami tetapi tidak mempunyai hidup
yang kekal. Penyesalan terbesar dalam dunia, ketika kita tidak membawa satu
jiwapun kepada Tuhan. Kegagalan terbesar ketika tidak meneladani hidup Kristus.
Mari kita menjadikan hati kita seperti hati Kristus. Rendah hati, menyangkal
diri, taat dan mengasihi.
Ada seorang anak TK
setiap kali ke sekolah menangis. Dari TK sampai SMP, ia menangis. Dia bukan anak
bodoh namun karena ia tidak mempunyai kedua daun telinga. Teman-temannya di TK
, SD dan SMP mengejek dan menganggapnya orang aneh serta tidak mau berkawan
dengannya. Mamanya juga menangis saat melihat anaknya menangis. Suatu hari,
waktu ada pemilihan ketua kelas, wali kelas mengusulkannya menjadi ketua kelas
namun teman-teman sekelasnya tidak mau karena mereka tidak ingin mempunyai ketua
kelas seperti momo yang tidak punya telinga. Itu pukulan yang hebat sekali . Ia
menangis. Setiap kali ia menyisir rambut , ia menangis. Suatu kali mamanya
berkata, “Nak, nanti engkau akan dioperasi. Ada orang yang mendonorkan sepasang
daun telinga kepadamu.” Setelah dioperasi ia punya daun telinga sehingga tidak
malu. Teman-temannya sekarang mendekat, karena ia pintar. Kemudian setelah
lulus dari perguruan tinggi, ia bekerja
di kementrian luar negeri urusan Eropa Timur. Sekarang setiap kali menyisir, ia
menangis. Ia terharu, siapa yang memberikan kedua daun telinga kepadanya. Beberapa
lama berlalu lalu papanya berkata, “Mama sudah meninggal 5 tahun, mari kita menabur
bunga.” Sampai di sana, papanya berkata, “Nak, tiba waktunya papa memberitahu
kepadamu. Sewaktu kecil, setiap kali kamu menangis, mamamu juga menangis sehingga ia pun memberikan kedua
telinganya kepadamu. Sejak itu ia memakai topi menutupinya.” Ketika sang anak
mendengarnya ia menangis. “Mama, engkau sudah sampai di sana. Aku berterima
kasih di hadapan papa untukmu dan aku bernazar untuk meberitahukan hal ini
kemanapun aku pergi”. Mulai hari itu, ia berkata, “Dulu aku tidak punya telinga
, namun mamaku mengasih telinganya. Ini telinganya”.
Setiap tetes
keringat dan darah Tuhan Yesus diberikan kepada kita. Ketika mama memberikan
telinganya kita bisa bersaksi, mengapa kita tidak bisa bersaksi untukNya? Tuhan
Yesus mati bukan untuk pendeta atau majelis tetapi untuk setiap kita. Sebab itu
mari kita bergandengan tangan, beritakan kasih Kristus agar semua mengalaminya
dengan kerendahan hati, penyangkalan diri, taat dan kasih.
No comments:
Post a Comment