Pdt Hery Kwok
Lukas 18:1-5
1 Yesus
mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus
selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
2 Kata-Nya:
"Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak
menghormati seorangpun.
3 Dan di kota
itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah
hakku terhadap lawanku.
4 Beberapa
waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun
aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,
5 namun karena
janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus
saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
Pendahuluan
Kenapa kita sering
mengalami kebosanan (jemu) dalam berdoa???
Pertanyaan ini bukan
pertanyaan omong kosong, tapi kita temui dalam kehidupan kita. Mungkin bukan
saja jemaat, tapi ada juga hamba Tuhan yang jemu berdoa. Artinya orang Kristen
dalam hidupnya tidak konsisten dalam berdoa. Berikut dua contoh dalam kehidupan
kita. Ada seorang pemuda yang rajin berdoa. Kebaktian dimulai pk 6.30, pk 5.30 dia
sudah hadir. Saya tertarik dan bertanya, “Mengapa kamu rajin berdoa dan
datangnya jauh sebelumnya?” Ia berkata, “Saya punya pergumulan berat dan ingin
berdoa kepada Tuhan”. Beberapa waktua kemudian, dia berkata bahwa doanya sudah
dijawab oleh Tuhan. Setelah itu dia mulai bolong-bolong
berdoanya. Dulu sebulan 4 kali berdoa, lalu menjadi 3 x, 2x, 1x dan terakhir
tidak lagi. Saya bertanya,”Kemana kamu sudah lama tidak berdoa?” Dijawabnya, “Sekarang
saya sudah sibuk bekerja.” Saya jadi berpikir, apa kita tidak dikasih kerja
supaya rajin berdoa? Ini contoh pertama, setelah Tuhan menjawab doa , kita
tidak lagi berdoa dengan baik. Contoh kedua, seorang bapak rajin berdoa, namun
kemudian ia menghilang (tidak lagi berdoa). Sewaktu ditanya, “Mengapa Bapak
tidak berdoa lagi?” Dia menjawab, “Saya bosan berdoa karena Tuhan tidak menjawab
doa yang saya panjatkan. Saya pikir Tuhan tidak mendengar doa saya. Sekian lama
saya berdoa, Dia tidak jawab doa.” Kedua ekstrim ini merupakan hal yang
menyebabkan kenapa kita jemu berdoa.
Lukas 18:1-8 diapit
oleh Lukas 17: 20-37 dan 18:9-14. Lukas 17:20-37 berbicara tentang kedatangan
kerajaan Allah. Dikatakan bahwa orang-orang yang ada di zaman itu adalah
orang-orang yang serupa dengan orang-orang pada zaman Nuh dan Lot. Artinya
orang-orang itu tidak beda dengan orang-orang sewaktu Nuh memberitakan agar
bertobat tapi mereka tidak mau. Nuh menyampaikan bahwa Tuhan berkata kita orang
berdosa dan akan menghukum kita. Mereka tidak peduli, Mereka memuaskan nafsu
untuk berbuat jahat. Mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada mencari
Tuhan. Sehingga pada zaman Nuh dikatakan dosanya sampai ke langit. Itu sebabnya
pada kitab Kejadian dikatakan Allah menyesal menciptakan manusia. Di zaman Lot
, orang-orang berbuat amoral di mana laki-laki dengan laki-laki berbuat mesum.
Sehingga timbul istilah sodomi. Dari kecil sampai besar orang-orang Sodom dan Gomora
jahat. Jadi waktu Tuhan berbicara, “Janganlah jemu-jemu berdoa”, itu untuk
menolong kita menghadapi zaman yang sangat rusak di mana orang tidak mempedulikan
Allah, mementingkan diri sendiri, berzinah,
tidak bermoral, menipu dll. Orang
percaya diajar berdoa supaya tidak seperti mereka dan agar bisa bertahan dengan
pengharapan. Luar biasa ayat firman Tuhan! Sewaktu Tuhan berkata, “Jangan jemu-jemu
berdoa” karena menghadapi zaman yang sulit sekali , kita mungkin tidak tahan
menghadapinya atau mulai mengikuti zaman ini dengan tingkah lakunya. Tuhan
berkata, “Waktu tekun berdoa kamu tidak akan terjebak dengan arus dunia”. Tuhan
Yesus mempunyai pemahaman dosa yang luar biasa untuk menghadapi zaman yang
sulit. Mungkin bisnis sulit, tapi kalau tekun berdoa, maka kita akan selamat
karena waktu berdoa kita akan ingat Tuhan.
Pada pasal 18, Lukas
juga berbicara tentang doa orang Farisi. Orang Farisi saat berdoa menyombongkan
dirinya. Karena sudah membayar kewajiban (seperti perpuluhan), mereka merasa benar di hadapan Allah (tidak berdosa).
Berbeda dengan si pemungut cukai yang berdoa dengan takut dan menundukkan
kepala. Si pemungut cukai malu dengan Tuhan karena merasa tidak layak. Tuhan berkata,,”Bila
ingin berdoa, ikuti contohlah si pemungut cukai.” Jadi waktu Tuhan mengajarkan janganlah
jemu-jemu berdoa, agar hatimu seperti pemungut cukai yang mengharapakan belas
kasihan Allah dengan sangat. Baru di sinilah kita mengerti Luk 18:1 (jangan
jemu-jemu berdoa). Di satu sisi, Tuhan membuat kita bertahan menghadapi zaman
dan di sisi lain membuat kita berharap selalu kepada Tuhan. Itu sebabnya kita
melihat Yesus Kristus memberi contoh orang yang berdoa. Kita berbeda sedikit
dengan Tuhan Yesus. Yesus sedikit-sedikit berdoa, kita sedikit berdoa.
Ada 3 hal yang bisa dipelajari dari “Berdoa dengan
tidak jemu-jemu” (Lukas 18:1-8)
1.
Pada ayat 6 Tuhan
Yesus berkata, “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu.” itu hal
yang penting. Hakim itu adalah hakim yang jahat , hakim yang tidak takut akan
Allah (ayat 2). Hakim ini berani berbuat
jahat, karena ia tidak hormat kepada Allah. Mengapa setelah mengenal Tuhan, kita
takut nyontek? Karena ada Tuhan yang saya percaya. Tetapi kalau tidak kenal
Tuhan, saya nyontek karena tidak ada yang saya takuti, kecuali guru. Hakim itu tidak
takut akan Allah, orang ini sangat mengerikan sekali. Ia jadi hakim yang tidak
adil dan tidak menghormati seornag pun. Orang Tionghoa diajarkan untuk
menghormati orang lain. Itu sebabnya, sewaktu di rumah, kita dipanggil untuk mepangil
apak, asuk, sukme, popo, kungkung dll supaya kita tahu menghormati orang. Kalau
ke rumah tidak menyapa apak lalu ke
dapur makan, maka papa saya bisa ambil rotan dan memukul saya. “Karena kamu
tidak hormat dengan orang”, katanya. Hakim ini tidak hormat orang, berarti
benar-benar mengesalkan dan memuakkan. Pada ayat 4 dia mengaku, “Aku tidak
takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun”, jadi waktu Tuhan Yesus
katakan ,”Camkan apa yang dikatakan hakim itu.” Allah sedang membandingkan
dirinya dengan hakim yang jahat. Dulu saya seorang pengacara. Kalau bertemu
hakim, kita bilang, “Pak Hakim tolong lah kami, walau kesal tapi tetap kita
datang.” Walau pun dalam hati kita dongkol dan kesal, nanti kalau sudah tidak
ada hubungan, saya tidak akan datang. Tuhan berkata , “Aku pengasih dan
penyayang, kenapa engkau tidak mencari Aku? Jadi waktu berdoa tidak jemu-jemu,
kita berdoa kepada Allah yang pengasih dan penyanyang, pemurah. Kita sedang
mencari Sang Pengasih dan Pemurah. Kalau tahu itu, kita punya kerinduan yang
luar biasa.
2.
Waktu Tuhan
berkata, “Camkan apa yang dikatakan hakim itu” Ia membandingkannya denga hakim
yang menghadapi janda. Begitu ia membuka pintu, ia bertemu janda. Baru mau
makan dengan keluarganya di depannya sudah ada janda itu yang berseru,”Pak
hakim tolong dan bela perkara saya.” Jadi ia terus menerus merongrongnya. Hari
ini sang janda merongrong waktu makan. Hari esok, waktu mau nonton, ia juga
ada. Waktu masuk mobil ia berteriak,”Hakim tolong perkara saya.” Waktu hakim
mau pergi ke kantor, janda itu ada di depan rumahnya. Lama-lama ia merasa
sulit. Daripada ia sulitkan saya, lebih baik saya kabulkan saja. Hakim itu
menyerah karena janda itu membuatnya pusing. Sekarang Tuhan bilang, “Aku adalah
Allah yang murah hati, aku rela memberikan pertolongan kepada orang-orang
pilihanku.” Waktu Ia kasih berkat kepada kita, Dia tidak pernah mengungkit
berkat itu. Ia tidak bilang, “Kamu dapat bapau ya. Awas kalau tidak rajin ke
gereja” atau “Kemarin sudah saya kasih kangtau
sekarang tidak rajin berdoa.” Ia rela memberikannya. Karena hati Allah meluap
dengan kebaikan demi kebaikan. Jadi waktu Tuhan membandingkan hakim itu dengan
diriNya. Ada perbedaan yang luar biasa menyolok antara Allah dengan hakim itu. Hakim
itu memberi jawaban karena sang janda membuatnya pusing, Sedangkan hati Allah luar
biasa rela, masakan kita tidak rindu? Kalau kita punya kawan-kawan yang hatinya
pemurah, hatinya baik dan tulus hatinay , rasanya berkawan dengan orang itu
enak sekali. Coba kalau kita punya teman yang pelit, judes, galak, capenya luar
biasa. Saudara pasti piih yang lembut, pemurah untuk menjadi sahabat. Allah
menggambarkan diriNya sebagai pribadi yang murah hati.
3.
Allah
membandingkanNya dengan hakim jahat yang kalau menjawab lama sekali. Setelah
dirongrong, dia baru menjawab. Tapi Tuhan memberikan jawaban pada waktuNya yang
hebat dan terbaik untuk kita. Kalau Tuhan belum menjawab, berarti belum
waktunya buat kita. Bahkan sekalipun tidak menjawab, dia tahu yang terbaik buat
kita. Inilah sesuatu yang penting tentang Allah. Ia membuat kita semangat
berdoa. Maka Yesus senang berdoa kepada Bapa di sorga. Karena bapa di surga berbeda
dengan hakim yang jahat dan yang menyulitkan orang. Pribadi yang hatiNya murah
sehingga Kristus sangat senang. Kristus tahu Bapa di sorga tahu kapan
memberikan.
Kalau kita mengenal
Allah yang sedemikian baik, mengapa kita tidak rindu berdoa? Mungkin kita
sedang menghadapi masalah yang pelik sekali. Mungkin kita sedang menghadapi zaman
Lot atau Nuh yakni zaman di mana orang mementingkan
diri sendiri dan orang berbuat jahat. Pagi tadi saya datang pk 5.30. Saat saya melewati
pertigaan Kartini Raya di sebelah kanan ada sebuah diskotik besar. Cukup banyak
orang keluar dari sana. Mereka menghabiskan waktunya untuk diri sendiri. Karena
kita hidup di zaman yang susah, mari kita sungguh-sungguh berdoa karena Allah
kita baik. Allah yang kita kenal tidak pernah mengulur waktunya. Jangan kita
pernah curiga dengan waktunya Tuhan. Waktu kita belajar taat dan setia berdoa, Dia
pasti akan memberikan yang terbaik buat kita.
blog sufi... terimakasih atas perkongsian
ReplyDeleteSama-sama. Kiranya bisa menjadi berkat.
Delete