Yud 1:9
Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu
perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani
menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: "Kiranya
Tuhan menghardik engkau!"
Kis 15:35-41
35 Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di
Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan
memberitakan firman Tuhan.
36 Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus
kepada Barnabas: "Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di
setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat,
bagaimana keadaan mereka."
37 Barnabas
ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus;
38 tetapi
Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah
meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan
mereka.
39 Hal itu
menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas
membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.
40 Tetapi
Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada
kasih karunia Tuhan
41 berangkatlah
ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.
Ev. Yoppy Sihombing
Konflik bisa terjadi
di mana dan kapan saja. Suatu ketika saya berkunjung ke rumah adik ipar saya.
Dia punya 2 anak yang masih kecil dan sedang lucu-lucunya. Sang kakak sedang
main mobil-mobilan. Saat sedang serius bongkar mobil-mobilannya, anaknya datang
ingin ikut bermain. Pagi yang indah berubah menjadi malapetaka. Sang adik memaksa
dan berusaha merampas mainan kakaknya. Akhirnya mereka ribut. Papanya kemudian datang
dan minta sang kakak untuk mengalah karena adiknya lebih kecil. Ia tidak mau
karena mainan itu miliknya dan sang adik punya mainan sendiri. Akhirnya mereka berebutan
sehingga mainannya rusak. Papanya marah dan menyentil Sang Kakak. Sang Kakak menangis.
Lalu mamanya keluar dan bertanya mengapa menangis. Sang Kakak berkata, “Papa menyentilnya”.
Mamanya kemudian bertanya kepada papanya. Akhirnya terjadi konflik antara anak
dengan anak dan orang tua dengan orang
tua.
Gara-gara konflik,
persahabatan bisa putus. Persahabatan terputus hanya karena persoalan sepele. Padahal
untuk membangun persahabatan dibutuhkan waktu yang lama. Yang dipikirkan hanya
harga diri, kesombongan di atas segalanya, ingin menang sendiri dan melupakan
persahabatan yang penting. Terjadinya konflik begitu saja dan bisa terjadi
dimana saja, termasuk di dalam rumah tangga. Hanya karena persoalan TV, suami-istri
bisa ribut. Belum lagi antara orang tua dengan anak, rekan-rekan sepelayanan,
dengan tetangga. Demikian pula di luar terjadi begitu banyak konflik. Suku
dengan suku, antar organisasi atau antar bangsa. Dunia ini penuh dengan
konflik. Dimana-mana pasti ada konflik. Mengapa hal ini terjadi? Selama masih
ada keegoisan, kesombongan dan dosa, setan maka konflik itu akan terjadi. Salah
satu sebab mengapa Yesus datang dari surga ke dunia ini, karena sejak berdosa,
hubungan manusia dengan Allah terputus dan terjadi konflik. Itulah sebabnya Tuhan
Yesus perlu jadi juru damai untuk mengatasi konflik manusia dengan Allah.
Dalam Kisah Para
Rasul , Rasul Paulus berselesih dengan Barnabas. Keduanya adalah tokoh iman besar
dalam Perjanjian Baru, penginjilan di Asia dan melahirkan banyak gereja. Mereka
punya kualitas rohani yang tidak meragukan namun gara-gara Yohanes Markus,
mereka berselisih panjang. Mereka adalah 2 pribadi yang berbeda. Rasul Paulus adalah
orang yang tidak main-main dalam pelayanan, begitu tegas. Barnabas orang yang low profile dan sabar. Sewaktu Rasul Paulus
sangat marah besar dengan Markus, maka Barnabas mau membawanya serta. Tetapi
Paulus tidak setuju karena Markus telah meninggalkan pelayanan dan Paulus tidak
ingin memberi kesempatan karena pelayanan bukanlah hal main-main. Banyak
tantangannya. Markus masih sangat muda dan menghadapi banyak tantangan di
depan. Tapi Barnabas berkata, “Ia akan memimpin sampai Markus bisa melayani.” Akhirnya
mereka berpisah. Barnabas bertangan dingin, sehingga mengakibatkan terjadi
perubahan luar biasa terhadap Markus. Bahkan nantinya Rasul Paulus berkata, “Berikanlah
Markus. Berikanlah dia.” Untuk membantu pelayanannya. Di sini terlihat bahwa konflik bisa terjadi
pada 2 tokoh di zaman itu.
Contoh lain di kitab
Yudas, ada malaikat Michael dan Lucifer. Lucifer dulunya sebelum dibuang dan menjadi
setan, adalah panglima tentara surga. Oleh karena keangkuhannya, Allah
menghukumnya dan mengusirnya ke bumi ini. Sehingga ada kekosongan dalam sistem
keprajuritan di surga. Jabatan Lucifer kosong, sehingga dibutuhkan panglima
para malaikat pengganti. Maka Allah menugaskan Michael. Sebelumnya ia adalah seorang
pemimpin paduan suara di surga. Michael dan Lucifer adalah malaikat tingkat tinggi
dan saling mengenal. Mereka konflik dan selisih satu dengan lain berkenaan
dengan mayat Musa. Bagi Lucifer, hal ini penting. Karena Musa selama hidupnya
dianggap sebagai orang sakti dan hebat. Tak ada tokoh yang mampu membelah laut.
Ia mengalahkan ahli nujum. Kalau mayatnya ditemukan orang Yahudi, maka orang
Yahudi akan menyembah Musa. Itu sebabnya mayat Musa harus disembunyikan agar
tidak disembah. Tetapi Lucifer ingin agar mayatnya nampak dan kalau perlu
disembah. Michael dan Lucifer bertengkar hebat. Ada konflik di antara mereka.
Konflik bisa terjadi kapan dan dimana saja.
Cara menyelesaikan konflik.
Manajemen artinya
mengatur sedangkan konflik artinya perseteruan atau perselesihan. Manajemen
konflik = bagaimana mengatur perselisihan atau perseteruan. Dalam manajemen ,
kita mengenal 4 hal penting :
1.
Controlling
(mengendalikan). Apa yang harus dikontrol dalam diri kita? Emosi! Saat menjadi
gembala di sekolah, saya berkata ke seorang guru, “Kalau kamu sedang marah ,
maka tangan kamu harus di belakang. Sehingga hanya mulutmu saja. Andaipun
marah, marah dengan mulut, jangan tanganmu ke depan sehingga main tangan.”
Marah tidak harus dengan penganiayaan. Siapa bisa mengontrol emosi dan
marahnya? TIdak mudah. Tidak ada orang yang merencanakan untuk marah-marah.
Begitu mudah orang membuat orang lain marah. Kita tidak berlambat untuk marah
melainkan dengan cepat. Suatu kali saya harus khotbah di 3 tempat di 3 kota
berbeda. Pagi saya naik taxi supaya cepat agar jangan sampai telat /
ketinggalan pesawat. Jadi begitu ada mobil lain yang lewat, dia selalu
marah-marah. Gampang sekali marah. Harusnya tidak perlu marah-marah walau ingin
cepat-cepat sampai. Waktu nenek saya meninggal usianya 125 tahun. Menjelang
usia itu, ia tiap hari marah-marah, dari pagi sampai malam marah-marah. Dia
marah-marah karena darah tinggi. Mengontrol emosi dan kata-kata tidaklah mudah.
Yakobus mengatakan, tidak seorang pun sempurna karena orang yang sempurna dapat
mengekang lidahnya. Dari mulut yang sama keluarlah kutuk dan juga berkat. Orang
seringkali menyumpah. Harusnya tidak boleh sumpah keluar dari anak-anak Tuhan.
Kita harus mengontrol perkataan, pikiran dan keinginan-keinginan daging kita. Suatu
kali istri saya bilang sapu patah sehingga mau beli. Juga tidak ada sabun jadi
ingin belanja di supermarket. Saya ingatkan, hanya yang diperlukan saja yang dibeli.
Walau sudah setuju, sewaktu sampai di
mal ternyata ada sale. Jadinya
awalnya hanya mau beli sapu dan sabun, kenapa jadi belanja Rp 1,5 juta. Bagaimana
mengontrol ketamakan kita? Seorang ibu kesaksian. Ia ditipu. Awalnya ia bingung
uangnya mau diapakan. Karena kalau didepositokan bunganya kecil, maka ikut sebuah
investasi yang katanya sebulan bisa dapat Rp 50 juta. Sehingga dia bermimpi ,
kalau bunga sudah dibayarkan mobilnya bisa ganti. Bulan pertama , kedua dapat
bunganya, bulan ketiga tidak muncul. Bulan empat curiga. Bulan lima sadar ia
tertipu. Lalu berdoa ke Tuhan, saya sudah tamak , minta agar modalnya
dikembalikan. Uang yang Rp 1 miliar kembali Rp 400 juta. Dia bilang, Puji Tuhan
walau uang Rp 600 juta hilang. Tetapi berat badannya sudah berkurang 5 kg. Ia
menyadari ini suatu ketamakan. Mau dapat uang banyak tetapi tidak mau kerja
keras. Tidak mau cape-cape. Jadi
hati-hatilah kalau ada menawarkan investasi.
2.
Leading
(memimpin). Kita harus mampu memimpin diri sendiri. Mengarahkan diri sendiri.
Menaklukkan diri sendiri. Pimpin kepada Yesus Kristus, kepada firman Tuhan. Karena
memang kita sulit mengendalikan diri sendiri. Rasul Paulus berkata, apa yang
tidak aku ingin itu yang aku lakukan. Ada duri dalam daging. Aku tidak mau yang
tidak baik tapi itu yang kulakukan. Plato mengatakan, dalam diri manusia ada 2
kekuatan. Seperti 2 kuda, yang satu baik yang lain beringas dan nakal. Kedua
kuda bertentangan satu dengan lain. Seringkali kuda yang jahat yang memenangi
pertempurannya. Sehingga manusia sulit jadi baik. Untuk memimpin diri sendiri,
kita tidak mampu kecuali diserahkan kepada Allah Roh Kudus untuk memimpinnya.
3.
Programming. Kita
mau menjadi orang Kristen yang mengalami pertumbuhan. Kita mau mengalami
kemajuan kerohanian. Bukan seperti tembang lawas , “aku mau seperti yang dulu”.
Sudah jadi orang Kristen lama, ada yang 3 tahun atau 50 tahun , tetapi
terlambat ke gerejanya masih juga sampai sekarang. Tidak berubah. Yang berubah
umurnya. Karakternya tidak berubah, kerohaniannya tidak berubah. Kita takut dan
hormat kepada orang tua, karena takut kualat. Orang tuanya selalu berkata, “Kamu
tidak perlu kasih tahu saya, saya sudah makan garam banyak-banyak” . Padahal
Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus belajar kepada anak-anak”. Belajar tidak
peduli dengan orang tua atau muda. Rasul Paulus berkata kepada TImotius,
jadilah teladan dalam perkataan dan tingkah laku meskipun kamu masih muda. Dari
siapapun kita bisa belajar. Mari belajar membuat program tertentu utnuk
pertumbuhan rohani. Perlu Persekutuan Doa, kelas Alkitab, KKR atau kebaktian
yang lebih banyak. Kita harus buat program untuk bertumbuh. Kalau dulu dilayani
maka sekarang harus melayani. Harus buat perubahan, dulu didoakan orang lain
sekarang mendoakan orang lain.
4.
Organizing.
Jangan menganggap kita terlepas dari orang di sekitar kita. Seringkali kita
menganggap bahwa urusan kita berbuat dosa, itu bukan urusan orang lain. Ini
adalah masalah saya. Tidak ada masalah dengan kalian. Ini dosa dan masalahku. Tidak
merasa bagian dari tubuh Kristus. Padahal kita berada dalam organ Kristus,
gereja dan masyarakat sekitarnya. Dosa bersifat social artinya juga bisa
melemahkan orang lain. Setiap orang berbuat dosa, membuat citra buruk bagi yang
lain. Karena kita bagian dari organ. Sama seperti tubuh, tidak mungkin jempol
berkata, ini lukaku tidak ada urusan dengan kepala. Atau badan membiarkan
jempol luka , akhirnya menderita sampai tingkat terentu. Kerusakan dalam
gereja, akan dimulai dari individu-individu dan hal-hal kecil, tahu-tahu sudah
rusak semua. Kerusakan individu bisa merusak yang lain sehingga dibuat aturan /
siasat gereja. Apabila ada yang salah / dosa, maka hubungannya ada. Maka untuk
melindungi seluruh tubuh, anak-anak Tuhan dan gereja, perlu dibuat
aturan-aturan.
Untuk menyelesaikan
konflik :
1.
Carilah
perdamaian. Saat konflik pikirkan perdamaian.
2.
Menjadi terang
dan garam
3.
Menjunjung orang
lain. Tempatkan orang lain di atas kita. Kita menghormati dan menghargai orang
lain. Kepentingan orang lain di atas kepentingan kita. Kenapa kita junjung? Saat
menjunjung, yang kuat ada di di bawah. Karena
ia menjunjung yang di atas/yang salah. Orang yang mengampuni adalah orang yang
kuat. Orang yang marah adalah orang lemah.