Ev Suwandi
Maz 133:1-3
1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah
baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
2 Seperti
minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut
Harun dan ke leher jubahnya.
3 Seperti
embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah
TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
1 Kor 13:4-6
4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia
tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak
mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain.
6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan,
tetapi karena kebenaran.
Di suatu pulau ada seorang kepala suku yang memiliki 12
putra. Namun sayangnya mereka tidak bersatu (rukun) dan terus bertengkar. Sang
kepala suku sangat sedih. Karena bila demikian mereka dengan mudah bisa
diserang oleh suku lain. Dia berpikir lama dan akhirnya sakit parah. Dia tahu
waktunya sudah tidak lama lagi. Lalu ke-12 anaknya dipanggil ke rumahnya.
Ketika mereka datang, dengan suara lembut ia berkata, “Kalian semua pergi
mencari 1 buah panah.” Lalu anak-anaknya
pergi dan masing-masing kembali dengan 1 panah. Ayahnya berkata,”Coba kamu
patahkan panah ini!” Lalu kedua belas anaknya mematahkan panah mereka masing-masing. Setelah
itu sang ayah memerintah mereka untuk mencari 1 anak panah lagi. Anak-anak ini
mendengar perkataan ayahnya dan kembali dengan 1 anak panah lainnya. Sang ayah
minta agar semua anak panah itu diberikan kepadanya lalu diikat menjadi satu.
Lalu mereka diminta untuk mematahkannya. Satu per satu mematahkannya dan tidak
dapat melakukannya. Sang ayah berkata bahwa nasihat dari panah ini adalah agar semua
anak-anaknya berkumpul jadi satu. Ini sangat
penting. Saat anak panah tersebut digabungkan, mereka menjadi sangat sulit
dipatahkan. Kalau dapat semua anaknya bersatu, mereka dapat menjadi satu suku
bangsa yang kuat. Demikian juga orang Kristen, Tuhan mau kita hidup bersatu. Untuk
menjadi satu kita perlu kerukunan. Demikianlah dikatakan di Maz 133. Ketika
orang Yahudi merayakan hari besar mereka kembali ke Israel, sehingga keadaannya
sangat ramai sekali. Jalan-jalan raya menjadi sangat sempit. Beribu-ribu orang
ada di sana. Sehingga penduduknya bisa bertengkar dan sangat cepat naik darah.
Dengan demikian, Mazmur 133 ini selalu dibacakan dan dinyanyikan untuk
mengingatkan bahwa setiap orang Israel adalah saudara. Mereka telah diselamatkan
dari Mesir, melewati laut merah , berjalan di gurun pasir dan mendapat perintah
Allah dari gunung Sinai. Demikian pula dengan orang Kristen. Latar belakang,
pendidikan, cara hidup, suku bangsa, kedudukan kita tidak sama. Tetapi di dalam
Kristus kita adalah saudara. Karena kita sudah diselamatkan dari dosa oleh
Tuhan Yesus. Maka pemazmur mengatakan, kita harus hidup rukun. Rukun adalah
damai. Tidak saling mencela. Tidak ada perdebatan. Rukun tidak ada persaingan
dalam jangka waktu yang lama. Kalau mau rukun, di dalam hati tidak ada
permusuhan, kebencian, cemburu. Sehingga dalam berhubungan dengan keluarga dan
orang lain sangat penting sekali , jangan sampai tidak rukun (timbul
pertengkaran / perselisihan).
Pemazmur mengatakan bila bisa hidup dalam kerukunan
alangkah indahnya dan baik. Baik dalam kualitas hidup hidup rukun. Ketika kita hidup
rukun, itu berarti kebaikan. Bila hidup rukun , kita bisa melihat perkara yang
indah. Kita berharap bisa hidup rukun dengan orang lain. Tidak setiap orang
bisa hidup rukun. Kita tahu, di dunia ini Tuhan menciptakan kita dengan
karakter, sikap dan latar belakang yang berlainan. Maka saat berhubungan dengan
orang lain, biasanya akan terjadi perselisihan. Itu adalah hal yang biasa.
Apakah kita bisa dapat mengontrol agar dapat hidup rukun dengan orang lain
karena kita diciptakan dengan berlainan sehingga rentan terjadi perselisihan. Tuhan
menciptakan kita berlainan supaya kita berusaha bagaimana bisa hidup dengan
rukun. Tetapi ternyata banyak yang tidak bisa hidup rukun dengan orang lain.
Suami tidak rukun dengan istri. Banyak orang tua tidak hidup rukun dengan
anaknya. Banyak keluarga tidak hidup rukun dengan tetangganya. Juga dalam
gereja. Banyak hal terjadi. Ini karena banyak orang merasa dirinya sombong,
merasa lebih baik dari orang lain, tidak perlu ditolong orang lain. Banyak yang
egois, apa yang akan dia dapatkan dari hal-hal yang dikerjakan. Karena egois
tidak dapat hidup rukun, terjadi pertengkaran selalu merasa diri orang
terpenting dan terhebat. Tetapi pemazmur
mengatakan, ketika kita bersatu kita harus hidup dengan rukun. Karena kita
saudara seiman, telah ditebus oleh Tuhan.
Bagaimana bisa hidup rukun?
Kita harus mengerti, setiap kita yang sudah ditebus, mempunyai
kasih Tuhan. 1 Kor 13:4-6 tentang kasih. Firman Tuhan sering mengajar kita
tetang kasih kepada Tuhan dan manusia. Kasih
sangat penting adanya membuat kita hidup rukun dengan orang lain. Saat
mengasihi orang lain, kita dapat hidup rukun damai. Betapa baik dan indahnya.
Selain kasih, kita juga harus mengampuni
orang lain. Dengan latar belakang, sikap, pendidikan yang berlainan,
terjadi gesekan. Kita merasa orang lain menyakiti kita, dan kita tidak sadar
menyakiti orang lain sehingga untuk hidup rukun, kita harus mengampuni orang.
Petrus bertanya berapa kali harus mengampuni orang? Biasanya orang Yahdui
mengampuni 3 kali sudah cukup. Than Yesus berkata bahwa bukan hanya 3 kali tapi
70x7 yaitu harus terus menerus
mengampuni orang lain. Kita tidak bisa mengampuni orang lain, sehingga tidak
bisa hidup rukun. Kita sering menyimpan kesalahan orang lain. Kita tidak dapat
hidup rukun dengan orang lain. Kita harus mempunyai hati untuk mengampuni orang
lain.
Ketiga, kita tidak
boleh memiliki hati yang egois. Filipi 2, kita menjadi hati kita hati Tuhan
punya rupa dari Allah. Tetapi dia tidak mempertahankannya. Dia merendahkan
dirii, mengambil rupa Allah, taat kehendak Tuhan. Ia sendiri Tuhan. Tetapi
Tuhan Yesus mau datang ke dunia untuk mati di kayu salib. Ia bukan orang yang
egois. Ia mau rendah hati. Contoh : ada jembatan sempit yang hanya dilalui 1
kambing. Di kiri dan kanan jembatan ada jurang
yang dalam. Kedua kambing berdiri di situ tidak tahu harus bagaimana. Mereka
berhenti sebentar. 1 Kambing lalu tiarap duduk saja. Ia memberi kode agar kambing lainnya melewati badannya
sehingga kedua kambing ini selamat. Kalau tidak rendah hati untuk tiarap, kita
akan melihat kedua kambing berkelahi dan jatuh ke jurang.
Demikian juga dengan hidup, kita harus rendah hati, menghargai orang lain. Baru bisa hidup
rukun. Tuhan tidak mengharapkan kita untuk hidup tidak rukun. Pemazmur berkata,
kalau hidup rukun, alangkah baik dan indahnya. Ia mengambil contoh : Harun.
Menggambarkan bagaimana baik dan indahnya. Ketika Harun dinobatkan menjadi
imam, ketika ia diurapi, dari kepala mengalir ke jenggotnya minyak yang baik
dan mahal. Kalau kita hidup rukun, dalam persekutuan, di dalamnya pasti ada
sukacita, tentram. Seperti embun di gunung Hermon, turun di gunung-gunung Sion.
Gunung Hermon , gunung yang tinggi sekali. Di atasnya ada salju sepanjang
tahun. Di sekelilingnya embun yang sangat tebal sekali. Embun ini meleleh, ke
gunung yang lebih rendah. Gunung Sion adalah gunung yang sangat kering sekali.
Dia mendapatkan air dari gunung Hermon. Gunung Sion dialiri embun dari gunung Hermon
dan mengalirkan embun ke bawah lagi. Embun ini melambangkan berkat. Kalau kita
bisa hidup rukun, kita bisa melihat setiap kita dapat berkat dari Tuhan.
Kita lihat gereja mula-mula. Mereka berkembang dengan
cepat. Banyak gereja ingin seperti gereja mula-mula yang berkembang begitu
cepat karena mereka hidup dalam kerukunan. Mereka saling mengasihi. Mereka yang
kaya dan memiliki perkebunan, semua dijual dibawa ke rasul-rasul lalu dibagikan
ke orang-orang yang membutuhkan. Saat itu tidak ada perselisihan. Tujuannya :
mengabarkan Firman TUhan lebih luas lagi. Maka Tuhan memberkati mereka.
Terkadang kita bertanya, mengapa Tuhan tidak memberkati gereja kita. Maz 133:3. Sebab kesanalah Tuhan memerintahkan
berkat-berkat. Di sinilah Tuhan memberikan berkatNya. Karena mereka hidup
rukun. Tuhan sering tidak memberikan berkat yang sebenarnya sudah disediakan.
Kita tidak siap hati menerimanya. Di dalam kita masih terus bertengkar. Gereja
mula-mula diberkati Tuhan karena mereka hidup dalam rukun dan damai. Kita tidak
diberkati, karena kita belum sampai ke tahap hidup dengan rukun.
Saya suka firman Tuhan dan berharap kita semua dapat
hidup rukun. Tujuan kita, menyampaikan firman Tuhan. Maz 133 mengajarkan kita
agar kita hidup rukun dengan saudara lain. Alangkah baiknya dan indahnya. Tuhan
akan memberkati kita.
No comments:
Post a Comment