Pdt Karyanto
Roma 12:2 (FAYH)
Jangan kita
meniru tingkah laku dan kebiasaan dunia ini, melainkan jadilah orang dengan
kepribadian yang sama sekali baru dalam segala perbuatan dan pikiran, niscaya,
saudara akan mengerti dari pengalaman sendiri bahwa jalan-jalan Allah itu
sempurna dan sunguh-sungguh memuaskan saudara.
Kita hidup di zaman krisis dan semakin tua. Ada isu
tentang global warming di mana suhu
di muka bumi semakin tinggi dan terjadi banjir yang hebat di mana-mana. Ada
krisis keuangan. Eropa belum pulih benar dari krisis ekonomi dan pengaruhnya
sampai ke Amerika, Asia dan Indonesia. Ada krisis moral. Apa yang dulu orang
sembunyikan karena orang malu diketahui orang lain, sekarang diceritakan ke
orang lain dengan bangga. Ada perubahan nilai-nilai moral dalam masyarakat. Ada
krisis keluarga. Waktu saya akan meninggalkan SAAT, Pdt. Paul Gunadi memberikan pesan,”Kalau sudah
masuk ladang pelayanan dan diundang untuk khotbah di gereja-gereja tertentu
biasanya ada majelis jemaat yang mendampingi. Orang itu mengorbankan waktu dan
uang untuk pelayanan kepada Tuhan. Yang perlu diingat, belum tentu keluarga
mereka harmonis. Bahkan tidak sedikit hamba Tuhan yang mengalami masalah dalam keluarga.”
Tugas pendeta yang paling berat saat ini adalah memimpin pernikahan. Pendeta
sangat ingin agar pasangan pengantin hidup bersama sampai maut memisahkan
mereka. Ada krisis yang jarang orang sadar, yakni krisis identitas. Kalau ada
seorang siswa, lebih banyak bernyanyi di karaoke, dibandingkan dengan memegang
buku dan belajar maka siswa ini sedang mengalami krisis identitas. Harusnya ia
lebih banyak belajar daripada karaoke. Kalau seorang ibu lebih banyak
jalan-jalan di mal atau bergosip dengan tetangga lain dibanding mengurus rumah
tangganya, maka ibu ini sedang mengalami krisis identitas. Ibu Kristen tidak
patut membuang waktu seperti itu. Ia bisa menggunakan waktunya untuk membesuk
dan mendoakan jemaat. Kalau ada seorang ayah lebih banyak di bar dan bertingkah
seakan-akan belum berkeluarga, ketimbang pulang ke rumah berkumpul dengan istri
dan anak-anak, maka suami ini sedang mengalami krisis identitas. Banyak orang
Kristen sedang mengalami krisis idenitas. Tingkah laku, tutur kata dan caranya berpikir
mirip dengan orang dunia ini.
Friedrich Nietzsche (1844-1900) berkata, “Christians must show me they are redeemed,
before I will believe in their Redeemer.” (Orang Kristen harus menunjukkan
kepada saya bahwa mereka telah ditebus, baru saya percaya kepada Penebus mereka).
Nietche adalah seorang profesor filologi (ilmu yang meneliti kertas kuno), anak
seorang pendeta dan ahli filsafat. Saat
dewasa ia mengkritik dan mengecam gereja dan orang Kristen. Ia diberi gelar Sang
Pembunuh Tuhan. Ia melihat kehidupan orang Kristen yang tidak berbeda dengan
kehidupan non Kristen. Ia ingin orang Kristen menunjukkan kehidupan yang
berbeda baru ia akan percaya kepada Penebusnya. Kita juga mengalami hal ini
dalam kehidupan sehari-hari. Kekristenan mati bukan karena hamba Tuhan
ditangkap, dipenjarakan, dan dibunuh atau karena gereja Tuhan dipalang atau
disegel, Alkitab dibakar, dirobek, diinjak dan diludahi tetapi karena orang-orang
Kristen hidupnya tidak berbeda dengan orang-orang dunia ini. Tuhan Yesus
berkata, kamu adalah garam dunia. Kalau garam itu telah kehilangan rasa asinnya
(fungsinya), tidak ada lagi gunanya.
Roma 12:2
versi bahasa Inggris, “Do not be
conformed to this world, but be transformed by the renewing of your
minds, so that you may discern what is the will of God – what is good and
acceptable and perfect.” Ada 2 tipe orang Kristen yaitu : yang sama (serupa)
dengan dunia ini. Apa yang teman dan tetangga lakukan, ia juga melakukannya. Tipe
kedua, orang Kristen yang selalu mengalami transformasi, (perubahan dari waktu
ke waktu) sehingga orang bisa melihat
perubahannya. Kita termasuk yang mana? Kita melakukan profesi dengan cara yang
sama dengan dunia atau selalu mengalami perubahan?
Paulus berkata, “Janganlah engkau menjadi serupa
dengan dunia ini tetapi berubahlah (=bermetamorfose) dengan pembaruan budimu.”
Kata berubah yang dipakai disini adalah metamorphosis yakni dari telur, menjadi
larva lalu berubah menjadi mahluk dewasa. Perubahan yang dimaksud bukan dari
yang baik menjadi jelek, tetapi perubahan yang semakin hari menuju ke
kedewasaan dan keindahan. Dulu giat melayani tetapi sekarang tidak lagi
melayani Tuhan. Dulu ikut Tuhan dengan setia, sekarang tidak peduli lagi dengan
Tuhan. Yang dimaksud Paulus bukan seperti ini. Kalau dulu ditakuti di
kampungnya (preman), pencuri, tetapi ia sekarang berubah menjadi anak Tuhan
yang menjadi kesaksian. Itu yang dimaksudkan oleh Paulus dengan berubah yang
menjadi mahluk yang dewasa. Mungkin ada
yang baru setahun, sudah 5 tahun, 15 tahun atau 50 tahun menjadi Kristen.
Apakah orang-orang di sekitar kita melihat hidup kita berubah? Perubahan yang
dimaksudkan di sini bukan perubahan yang instan tetapi perubahan yang terjadi
melalui hubungan kita dengan Yesus Kristus (lahir baru). Waktu kita mengaku
percaya, menerima Tuhan Yesus Kristus, maka dikatakan kita mengalami kelahiran
baru. Apa yang menjadi harapan kita saat dokter mengatakan, “Selamat ya Pak ,
istri bapak hamil.” Sebagai seorang suami Kristen berdoa, agar janin dapat
tumbuh sehat dan normal dan pada waktunya dapat dilahirkan dengan baik. Lalu ia
bertumbuh dan berguna bagi Tuhan. Tetapi bila anak kita waktu lahir beratnya 3
kg dan kemudian beratnya menurun maka sebagai orang tua kita menjadi cemas (khawatir).
Atau bila anak teman yang berusia sebaya sudah bisa berjalan sedang anak saya tergeletak
di ranjang, sebagai orang tua, kita sedih sekali. Demikian juga dalam kehidupan
rohani kita, pada waktu kita lahir baru. Allah Bapa ingin anakNya mengalami
pertumbuhan demi pertumbuhan. Sampai suatu saat kita berjumpa muka dengan muka
sebagai orang dewasa. Kalau orang mengenal kita dulunya memiliki temperamen
yang kasar, gampang cemas atau pelit setelah ikut Tuhan sekian tahun mendengar
firman Tuhan , rajin ke gereja, membaca Alkitab, berdoa dan bergumul di hadapan
Tuhan, apakah orang melihat kita berubah, memiliki ketenangan-kedamaian dalam
Tuhan atau murah hati. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti pokok keyakinan
ajaran yang paling dasar dari Kristus. Salah satu perubahan yang diinginkan,
kita semakin mengenal Tuhan. Kita semakin mengenal isi hatiNya. Kita semakin
mengenal keyakinan yang pokok. Dulu kita tidak mengerti apa maksudnya, namun setelah
menjadi Kristen sekian lama, ikut PA, membaca buku, apakah hidup kita berubah.
Itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Tetapi ada satu lagi yang paling penting
yakni perubahan dari kekudusan kita. Kalau ada 1 orang Kristen dari waktu ke
waktu , tidak bertumbuh dalam pengertian tentang kekudusan, maka kemungkinan
ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan Kristennya. Kalau ada yang
melayani sekian tahun, tetapi tidak bisa membedakan mana yang Tuhan kehendaki
dan mana yang tidak, ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup kekristenannya.
Seorang anak Tuhan, dengan Roh Kudus yang ada dalam diri dan diperlengkapi
dengan firman Tuhan, kalau pertumbuhannya normal, maka semakin hari semakin
sensitif, mana yang Tuhan kehendaki.
Sebuah gedung yang terkenal di Inggris Westminster
Abbey. Di sisi Utara biasanya diselenggarakan pernikahan-pernikahan kerajaan.
Tetapi di gedung ini juga dimakamkan tokoh-tokoh terkenal. Misalnya : Isaac
Newton (fisikawan), Charles Darwin, misionari terkenal dan sangat cinta Tuhan
David Livingstone. Ia pergi melayani sebagai misionari di Afrika. David
Livingstone dari kerajaan Inggris pergi ke Afrika. Karena begitu mengasihi
orang Afrika, ia menulis wasiat, “Nanti kalau saya meninggal, bedah dan ambil
jantung saya. Tanamkan di Afrika dan bawa jasad saya ke Inggris.” Dan ia pun dimakamkan
di sana. Demikian pula dengan salah seorang teman saya dari Filipina yang
melayani di UPH setelah sebelumnya menjadi dosen di SAAT dan STT Reform. Ia datang
sebagai misionari dan pernah tinggal di Toraja, Pematang Siantar dan
ditahbiskan sebagai pendeta di tanah Toraja. Terakhir ia koma, tetapi sebelum
ia meninggal, ia sudah menyampaikan keinginan hatinya, “ Nanti kalau saya
meninggal, tolong dikremasi, sebagian abunya dilarung di salah satu sungai di
Toraja, dan sebagian lagi tolong bawa ke Filipina.” Di atas batu nisan seorang uskup
Anglikan tertulis,”Ketika aku masih muda, bebas, dan imajinasiku tanpa batas,
aku bermimpi untuk mengubah dunia. Saat aku tumbuh dewasa dan semakin bijak,
aku sadari betapa sulit untuk mengubah dunia ini, lalu aku putuskan untuk
mengubah negaraku. Tapi sama saja, aku juga tak dapat mengubahnya. Ketika
usiaku semakin senja, dalam satu upaya terakhirku, aku berusaha untuk mengubah
keluargaku, orang-orang terdekatku, tapi akupun tak dapat mengubahnya. Dan
sekarang saat aku terbaring di ranjang dan menyadari mungkin untuk pertama
kalinya, bahwa kalau aku dapat mengubah diriku sendiri, kemudian dengan contoh
perubahan dari diriku dapat mempengaruhi perubahan di keluargaku, dan dengan
dengan dorongan dan dukungan mereka mungkin dapat membuat negaraku lebih baik,
dan siapa tahu, aku juga dapat mengubah dunia ini.”
Tuhan memanggil kita untuk berubah menuju
kedewasaan, mari kita berubah mulai dari diri kita sendiri. Suami jangan
menuntut istri berubah demikian juga istri. Orang tua jangan menuntut anak
berubah terlebih dahulu , demikian pula sang anak. Mari kita berubah dari diri
kita masing-masing. Jemaat tidak perlu menuntut majelis untuk berubah, mari
mengubah diri masing-masing.