Pdt.
Heri Kristiawan
Wahyu 2:1-7
1
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia,
yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara
ketujuh kaki dian emas itu.
2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih
payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya
rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka
pendusta.
3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh
karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau
telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.
Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
6 Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau
membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan
apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan
Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Wahyu 1:3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata
nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya
sudah dekat.
Baru saja kita melihat meriahnya orang
merayakan Valentine Day. Hari ini tema kita, adalah Kasih Yang Mula-Mula. Di
dalam ramainya perayaan hari kasih sayang, kita seringkali mendengar kisah
cinta yang indah-indah. Banyak cerita tentang bagaimana orang mengekspresikan
kasihnya kepada orang lain. Namun di tengah banyaknya kisah cinta yang indah,
kita juga mendengar kisah cinta yang menyedihkan. Seorang ibu menceritakan dulu
ketika pacaran, sang suami begitu sabar dan penuh perhatian. Ketika ia
tersandung jatuh, dengan cepat sang pacar (yang kemudian menjadi suaminya) melihat
dan berkata,”Sayang, apakah tidak apa-apa?” seraya memijit kaki yang sakit
karena terjatuh. Tetapi setelah sekian tahun menjalani hidup berumah tangga,
peristiwa yang sama terjadi. Saat ia tersandung dan jatuh, yang dikatakan sang
suami, “Kamu taruh di mana matamu?” Ini merefleksikan : di mana kasihnya yang
mula-mula yang begitu indah itu? Kasih yang mula-mula itu sudah padam!
Itulah yang terjadi pada jemaat Efesus.
Mereka kehilangan cintanya yang semula, Pada kitab Efesus, Rasul Yohanes
menulis teguran yang keras terhadap jemaat Efesus.
Latar
Belakang Kota Efesus
Kota Efesus adalah kota metropolitan yang
menjadi pusat perdagangan di Asia kecil baik melalui darat maupun laut. Kota
ini terbuka segala sesuatu, aneka budaya masuk melaluinya. Hal ini bila dibandingkan
mirip dengan kota Jakarta. Segala macam budaya asing masuk ke masyarakat
Efesus. Tidak heran, bila terdapat praktek penyembahan kepada berhala dan
kaisar serta perzinahan pada tempat penyembahan. Di sana ada penyembangan
kepada dewi Artemis. Penyembahan berhala dan perzinahan dianggap sebagai hal
yang biasa, wajar dan dibenarkan karena dilakukan setiap orang.
Jemaat Efesus menyaksikan (melakukan) kehidupan
yang berbeda. Akhirnya Tuhan memberikan pujian pada cara hidup, ketekunan jerih
payah dan pelayanan mereka, Secara kasat mata, kehidupan mereka baik. Itu
evaluasi secara lahiriah. Bagaimana kesaksian hidup mereka dievaluasi secara
rohani.?
Pola
Surat Kepada Ke Tujuh Jemaat pada Kitab Wahyu
Wahyu 2:1-7 merupakan surat pertama dari 7 surat kepada para jemaat.
Polanya sama. Ada unsur-unsur yang sama. Unsur ini merupakan garis besar untuk
memahaminya yang terdiri dari :
1.
Pesan (1a) Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus
2.
Identitas (1b). Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu
3.
Pujian (2-3) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu….
4.
Teguran (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula
5.
Nasihat (5-6) ancaman kalau nasihat
tidak didengarkan. . Jika tidak demikian,
Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya,
jikalau engkau tidak bertobat
6.
Ajakan (7a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat
7.
Janji (7b) ketika memperhatikan
perintah Tuhan: Barangsiapa menang, dia
akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.
Contoh lain : Wahyu 2: 12-17
Pesan 12a. Dan tuliskanlah kepada
malaikat jemaat di Pergamus
Identitas (12b). identitasnya sama dinyatakan dalam cara yang berbeda. : Inilah firman Dia, yang memakai pedang
yang tajam dan bermata dua
Pujian (13). Aku tahu di mana engkau
diam …
Teguran (14-15) Tetapi Aku mempunyai
beberapa keberatan terhadap engkau
Nasihat (16) Sebab itu bertobatlah!
Ajakan (17a) Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
Janji (17b) Barangsiapa menang,
kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi
Kepada 3 jemaat pertama, polanya sama persis. Kepada 4 jemaat berikutnya
unsurnya sama, di bagian akhir susunannya berbeda. Janji terlebih dahulu
(setelah itu baru ajakan). Tetapi ketujuhnya punya unsur yang sama.
Surat
Kepada Jemaat Efesus
Pesan. Tuhan Yesus menugaskan Rasul Yohanes untuk menulis melalui malaikat.
Malaikat maksudnya para pemimpin jemaat dan sidang (para pemimpin gereja). Wah
1:19 Karena itu tuliskanlah apa yang
telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah
ini. Tuhan Yesus memberi kesempatan kepada Rasul Yohanes saat dibuang ke
Pulau Patmos (seperti Nusakambangan di Indonesia).
Identitas. Di sana Tuhan memberi penglihatan yang harus dicatat dan diberikan kepada
7 jemaat. Tuhan yang memerintahkan pesan menyatakan identitas sebagai pemegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Memegang
menunjukkan kuasa Tuhan atas jemaatNya. Tuhan ingin menegaskan bahwa Dialah
yang berkuasa sehingga jemaat Efesus menjadi besar, juga menjaga, memelihara
dan memperhatikan jemaat. Menjaga dan memelihara segala sesuatu yang terjadi atas jemaat. Tidak ada sesuatu
yang terjadi tanpa ijin Tuhan. Dia memberi kuasa sehingga jemaatnya menjadi
besar. Bagian ini menegaskan jemaat menjadi besar bukan karena orang tertentu
yang berjasa. Semua itu dalam kuasa Tuhan. Tuhan berkuasa menjaga dan
memelihara umatNya. Jangan ada, orang yang merasa dirinya yang paling berjasa.
Semuanya itu hanya karena Tuhan. Ini menjadi penegasan atas evaluasinya
terhadap kehidupan jemaat. Supaya jemaat tidak meragukan Tuhan melakukan
evaluasi. Itulah Tuhan yang berotoritas, Maha Tahu yang menjaga dan mengevalusi
kehidupan mereka.
Pujian. Evaluasi dimulai dengan pujian (ayat 2-3). Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu.
Kata jerih payahmu menunjukkan betapa mereka telah menggunakan waktunya
habis-habisan , mereka telah all-out
melakukan pekerjaan tersebut. Kata ketekunan menyatakan kesetiaan mereka
sekalipun mereka mengalami penganiayaan. Mereka tetap melayani Tuhan dengan
tidak mengenal lelah. Mereka juga menguji semua pengajaran dari rasul palsu
(mencobai tepatnya menguji). Setiap pelajaran rasul diuji sesuai tidak dengan
pengajaran firman Tuhan. Mereka jemaat yang hebat, setia melayani gereja Tuhan
tidak mengenal lelah. Kita yakin mereka memiliki kehidupan yang saleh dan
religius, di tengah budaya asing yang masuk di kota itu. Kita mungkin
mengandaikan kita sama seperti itu. Saya melakukan pekerjaan habis-habisan.
Mungkin sebagai anggota paduan suara mati-matian melakukan latihan untuk
menyanyikan dengan baik. Semua aktivis melakukan dengan segenap hati. Yang bisa
dilihat orang, semua melakukan dengan semangat yang luar biasa. Mungkin dengan
tidak memperhitungkan waktu, untung-rugi. Mungkin jemaat di sini juga sama
seperti jemaat di Efesus. Kita semua giat melakukan pekerjaan Tuhan. Semua rela
berkorban untuk pekerjaan Tuhan. Secara pribadi, kita menjadi orang setia
kepada Tuhan. Di masyarakat, kita bersaksi sebagai oraang Kristen tidak takut
ancaman. Di kantor , kita menampakkan identitas sebagai orang Kristen. Di
kampus kita bersaksi sebagai anak TUhan. Di rumah tangga, sehari-hari kita, di
masyarakat menyaksikan sebagai orang Krsiten Identitas kita di KTP masih
sebagai orang Kristen. Semuanya adalah hal yang baik. Kacamata jasmani kita,
semuanya baik.
Teguran. Bagaimana sang Maha Kuasa memberi penilaian? Bagaimana ketika Tuhan Yesus melihat ke dalam
hati kita yang paling dalam? Jemaat ditegur Tuhan Yesus (ayat 4). Namun demikian Aku mencela engkau, karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Segala sesuatu yang baik
menjadi tidak ada artinya , ketika tidak ada kasih yang semula. Betapa pun
baiknya yang dilakukan bila tanpa kasih, sia-sia. Juga bila saya berkhotbah
tanpa kasih, tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Kasih yang semula yang
bagaimana? Kasih yang menjadi ciri saat perjumpaan pertama dengan Kristus.
Kasih yang membuat orang berkobar-kobar mencintai Tuhan Yesus dan pekerjaanNya.
Kasih yang membuat orang mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan. JIkalau itu tidak ada dalam hidup kita, tanpa
kasih hidup kita sia-sia. Kita beribadah setiap minggu dan melayani, tanpa
kasih Tuhan tidak ada gunanya. Setia melayani ikut paduan suara, aktivitis
tanpa motivasi mengasihi Tuhan, semuanya tidak ada gunanya. Segala sesuatu yang
kita lakukan bukan untuk Tuhan, itu pasti untuk diri sendiri. Pasti itu
melayani keinginan kita, memuaskan ego kita. Peringatan Tuhan melandasi segala
sesuatu dalam kehidupan kita.
Nasihat. Tuhan selain mencela dan menegur , Dia juga memberi nasehatNya. Ayat 5 . 5
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Kata “ingatlah” muncul
mengingatkan kasih yang dulu dimiliki dan yang sekarang tidak ada. “Betapa
dalamnya engkau telah jatuh” karena engkau tidak memilih kasih. Ingatlah kembali
kasih yang mula-mula. Namun tidak berhenti pada kata “mengingat”, langkah
berikutnya “bertobatlah”. Menyesallah pada kondisi yang tanpa kasih mula-mula.
Dengan penuh kesadaran , atas segala sesuatu dalam kehidupan. “Lakukanlah lagi”
yaitu melakukan segala sesuatu untuk mengasihi Tuhan. Ayat 5 jika tidak
demikian, tidak mengingat dan bertobat . maka Aku akan datang mengambil kaki
dian Jika seruan tidak didengarkan, Tuhan Yesus akan melenyapakn jemaat yang
tidak mengasihi Allah. Bisa jadi, manusia tetap ada tetapi esensi yang tidak
ada. Sebenarnya orang ada bisa dilihat secara kasat mata, tetapi secara
esensial tidak. Jemaat ini tidak ada gunanya bagi Tuhan. Itu akan dilakukan Tuhan
kepada jemaat yang tidak melakukan teguranNya. Jika segala sesuatu yang
dilakukan (secara kasat mata dll) jikalau bukan untuk mengasihi Tuhan, Tuhan
akan menghapuskan jemaat.
Ajakan (17a) Siapa bertelinga, hendaklah
ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Mendengar
dengan telinga rohani dan memahami secara rohani .
Janji. Jika dilakukan maka, Tuhan janjikan :
Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di
Taman Firdaus Allah. Jikalau selama ini ,kita menjalani kehidupan tanpa
kasih, maka kembalilah kepada kasih yang mula-mula. Supaya janji yang
dinyatakan Tuhan digenapkan dalam kehidupan kita. Mengapa diberi makan dari pohon
kehidupan yang ada di Taman Firdaus, tempat dimana dulu ada Adam-Hawa. Di Taman
Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa, tidak ada kesusahan. Yang ada hanya
sukacita, kebahagiaan sejati dalam Tuhan. Segala sesuatu yang dilakukan penuh
sucakita untuk Tuhan. Adam sebelum jatuh dalam dosa, menikmati hidup dan
sukacita dalam Tuhan. Kalau kita taat, maka kita akan menikmati hidup yang
sesungguhnya. Jikalau kita menang
mengalahkan motivasi yang tidak benar, menjalani hidup ini untuk Tuhan. Jikalau
kasih yang melandasi hidup, maka walau ada hambatan dan tekanan kita tetap bisa
hidup. Setiap kita punya kesukaran hidup yang berbeda, pasti kita punya
pergumulan sendiri. Di dalam segala sesuatu, pekerjaan dan pelayanan, kita
mengalami sukaduka, di situ Tuhan sediakan sukacita yang bisa kita nikmati.
Dalam keadaan apapun, kita bisa tetap menikmati hidup. Mari kita kembali
kepadaNya, melakukannya dengan penuh kesetiaan dan kasih yang semula. Janji
Tuhan itu menjadi bagian dalam kehidupan kita dalam dunia ini.
No comments:
Post a Comment