Ev.
Suwandi
Mat 22:37-39; 28:19, Kis 1:8
37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu.
38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mat 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Kis 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Dalam Puji-Pujian Kristen nomor 199 ada
sebuah lagu berjudul Apa yang Kau Perbuat
bagi Yesus yang liriknya mengatakan: Apa yang
kau buat bagiNya? Tiap hari semangatkah? Bersandarkah kau padaNya? Saksikan
kasihNya! Apa kau perbuat bagi Tuhanmu? Apa kau peroleh kerja bagiHu?, Setiap
harinya apa kerjamu? Apa kau perbuat bagi Tuhanmu?. Lagu ini ingin menolong
diri kita untuk mengevaluasi diri kita sendiri, apa yang telah kita lakukan
bagi Tuhan. Kita begitu lama mengenal dan percaya pada Tuhan, menjadi anak Tuhan?
Apa yang telah kita lakukan bagiNya? Apa kita pernah menjadi saksi bagi Tuhan?
Setelah percaya, bukan berarti selesai, duduk beribadah di gereja, menunggu dan
naik ke sorga. Setelah kenal Tuhan, banyak hal yang harus kita lakukan untuk
Tuhan. Salah satunya adalah bersaksi bagi Tuhan. Bersaksi adalah panggilan
utama anak-anak Tuhan (orang Kristen) yang berasal dari Tuhan Yesus sendiri.
Dia mengulangi 2 kali perintah untuk menjadi saksi bagiNya.
Pada Mat 28:19, Tuhan Yesus mengatakan, “Pergilah , jadikan semua bangsa muridKu.”
Dan setiap orang yang mau menjadi murid Tuhan Yesus, pertama-tama harus
bertobat, diselamatkan, percaya kepada Tuhan Yesus. Untuk itu mereka harus
mendengar tentang Yesus, Injil. Sehingga kita perlu memberitakan, bagaimana
mengenal Kristus dan kita harus menjadi saksi bagiNya. Sedangkan pada Kis 1:8
Tuhan Yesus mengatakan,” Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi."
Bersaksi adalah perintah yang berasal
dari Tuhan Yesus. Menjadi saksi bagi Tuhan Yesus adalah hak istimewa sebagai
anak-anak Tuhan (orang-orang percaya). Sebagai orang Kristen, kita harus menjadi
saksi bagi Tuhan. Banyak orang Kristen tahu hal ini, tetapi dalam kehidupannya
tidak mau melakukannya. Banyak alasan dikemukan untuk tidak menjadi saksi bagi
Kristus. Misal : bersaksi itu sama dengan berkhotbah sehingga harus belajar
firman Tuhan sepenuhnya sedangkan yang benar-benar mengenal firman Tuhan adalah
orang-orang yang masuk sekolah teologia dan dididik di seminari. Sehingga “bersaksi” dibebankan ke
hamba Tuhan yang sudah belajar teologia di seminari. Ini pengertian yang salah.
Bersaksi bukanlah berkhotbah. Bersaksi artinya menceritakan kepada orang lain,
pengetahuan tentang Kristus, bagaimana Dia lahir, mati, bangkit untuk kita.
Menceritakan bagaimana kita bersama dengan Kristus. Bukan setelah menjadi orang
yang hebat, yang mengerti Alkitab baru bersaksi, tetapi kita menceritakan
kesaksian pengalaman bersama Kristus. Kesaksian bisa melalui perbuatan. Ada
juga yang berasalasan : saya tidak punya bakat untuk memenangkan jiwa. Padahal
bersaksi menceritakan pengetahuan tentang Tuhan Yesus dan pengalaman bersama
Dia. Memenangkan jiwa bukan pekerjaan atau usaha kita tetapi gerakan Roh Kudus.
Orang bisa bertobat melalui kesaksian kita, tetapi itu bukan kehebatan kita
tetapi kuasa dari Roh Kudus. Tugas kita adalah bersaksi, tidak ada alasan tidak
bersaksi karena tidak punya talenta. Tugas kita menceritakan pengenalan dan
pengalaman kita besama Kristus. Sebagai orang Kristen menjadi saksi dan
menyampaikan kebenaran firman Tuhan, bukanlah tugas tawar-menawar, Alkitab
mengatakan, orang Kristen harus menjadi saksi. Ini tugas yang begitu mulia. Kesaksian
bukan menjadi beban tetapi menjadi gaya hidup, anak-anak Tuhan. Setelah begitu lama
perccaya, kerohanian kita makin bertumbuh, bagaimana Roh Kudus mengubah kita
semakin hari semakin serupa Tuhan Yesus. Saat mengalami hal demikian maka kita
harus menyaksikan pada orang lain.
Yoh 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami
beritakan kepada kamu juga,
Apa yang telah kita lihat, alami, raba,
kita saksikan kepada orang lain. Kita menceritakan pengalaman kepada
orang-orang yang belum mengenal Kristus. Banyak orang yang takut bersaksi
karena takut ditolak atau tidak dipercaya oleh orang lain. Pada waktu TUhan
Yesus datang ke dalam dunia, Dia bersaksi. Saat Ia bersaksi, banyak orang
percaya kepadaNya. Tugas kita sama, sebagai anak Tuhan, kita juga harus
bersaksi, apa yang diperbuat, diajarkan oleh TUhan Yesus. Mungkin ada orang
yang menolak atau percaya. Itu keputusan orang yang kita berikan kesaksian.
Yang dituntut : bersaksi bagiku. Oleh karena itu kita tidak usah kecewa saat
ditolak. Tugas kita hanya bersaksi. Bukan karena kehebatan tetapi karena kuasa
Roh Kudus orang menjadi percaya. Roh Kudus mengingatkan orang berdosa. Sehingga
waktu bersaksi bagi Tuhan, kita tidak usah berkecil hati. Tujuan kita bersaksi
: supaya orang percaya pada Kristus, berubah gaya hidupnya dari berdosa menjadi
percaya.
Yoh 14:6 Kata
Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Kis 4:12 Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan."
Banyak orang mengatakan , agama di dunia ini
sama. Memang ada persamaan, pengajarannya sama untuk berbuat baik, tidak ada
agama yang mengajarkan berbuat dosa.
Misal : berbakti kepada orang tua. Tidak ada agama mengajarkan jadi anak
durhaka atau tidak peduli orang tua. Tetapi tentang keselamatan, tidak semua
agama sama. Keselamatan hanya ada dalam
Tuhan Yesus. Kita yang sudah diselamatkan , kita tahu orang yang belum percaya
akan binasa, maka kita seharusnya bertanggung jawab untuk memberitakan Kristus.
Contoh : kalau ada seseorang menderita kanker, lalu ke sana sini mencari dokter
yang pandai untuk menyembuhkan. Suatu kali dikenalkan dengan seorang dokter dan
disembuhkan. Setelah itu apakah kita diam saja? Tentu, kita akan menceritakan
tentang dokter itu. Sebagai orang Kristen seharusnya kita juga melakukan hal
yang sama. Sebagai orang yang menerima keselamatan, sadar betapa pentingnya
keselamatan, orang yang tidak percaya akan binasa. Maka kita membagikan berita Injil
kepada orang lain.
Pada kitab Lukas ada pria yang dirasuki
setan, ia menjadi “galak”. Saat dirantai, rantainya diputus. Suatu hari Tuhan Yesus
bertemu Dia dan mengusir setan dalam dirinya. Ia penuh ucapan syukur dan
mengatakan , ia akan pergi mengikuti Yesus kemanapun ia pergi. Namun Tuhan Yesus
memintanya pulang ke rumahnya menjadi
saksi bagiNya. Apakah kita sudah menjadi saksi bagi Tuhan? Dalam konteks
sekarang, kita menjadi saksi di rumah, di masyarakat dan sampai ujung bumi.
Tapi banyak orang Kristen merasa masih punya banyak waktu dan tidak mempunya
kerinduan untuk bersaksi.
Jangan
Menunda
Ada 2 pria yang sudah berkenalan sejak
kecil. Mereka berteman sampai dewasa. Satu di antaranya kemudian percaya kepada
Yesus dan ingin bersaksi kepada temannya. Tapi setiap kali bertemu, ia merasa
malu. Sehingga ia menunda terus. Sampai suatu kali temannya mau berlayar ke
luar negeri dan lama baru akan pulang. Kemudian ia mengambil tekad , “Saya
harus memberitakan Injil pada waktu mau berangkat”. Waktu temannya mau berangkat
ia mengantarkannya ke kapal dengan mobil. Di mobil ia bertekad untuk memberitakan
Injil. Tetapi waktu mobil melaju, ia tidak bisa mengatakannya. Kemudian sampai
di kapal, ia mengambil tekad lagi, saat akan mengantar ke kamar, ia mau
bersaksi. Tetapi porter datang, barang temannya dibawa ke kamar. Lalu ia
berkata dalam hatinya, “Saya akan mencari tempat yang sepi untuk bersaksi.” Namun
ada suara pengumuman mengatakan kapal akan berangkat, pengantar dipersilahkan turun.
Ia katakan, saat bertemu lain waktu ia akan bersaksi. Setelah temannya
berangkat, 2 bulan kemudian temannya meninggal dunia. Ia merasa menyesal sekali.
Kenapa dia tidak memberitakan Injil kepada Yesus. Seringkali penyesalan datang
telat. Ia sudah tidak bisa melakukan apa-apa.
Dalam hidup kita menyesal. Namun penyesalan
sudah terlambat, tidak bisa diperbaiki. Sehingga dalam hidup, waktu mau menjadi
saksi jangan menunda. Karena kesempatan belum tentu ada. Mungkin kita tidak
bisa lagi memberitakan Injil.
Menginjili
dengan Kasih
Mat 22:37-39. Kita harus mengasihi Tuhan
Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan mengatakan kita harus
mengasihi sesama manusia seperti diri kita. Kita bersaksi karena kita mengasihiNya.
Kita mengasihi Tuhan berarti harus taat pada perintahNya. Tetapi kita bukan
hanya mengasihiNya tetapi juga mengasihi sesama manusia. Seringkali banyak
orang yang tidak mau memberitakan Injil karena hatinya tidak mempunyai kasih atau
banyak orang tidak mau percaya, karena kita tidak mengasihi Allah. Kita tidak ada hati untuk mengasihiNya.
Dr. Fran Lobak (?) menceritakan suatu
kali ia ingin mengabarkan injil ke suku Moro di Filipina. Saat itu Moro tidak
bisa menerima orang asing dari luar. Mereka memusuhi orang asing yang masuk ke
desa mereka. Fran yakin orang suku Moro akan menerima Injil. Tetapi waktu ia
pergi untuk memberitakan Injil tidak ada satu pun yang bertobat. Sehingga ia
merasa putus asa. Ia merasa sudah gagal. Ia kemudian siap-siap untuk
meninggalkan suku Moro. Suatu hari ia naik mendaki suatu tempat. Waktu naik ke
atas, ia melihat suatu desa dari suku Moro. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada
Tuhan, mengapa ia sudah mengabarkan
Injil namun tidak ada orang yang mau bertobat. Bagaimana mengabarkan Injil supaya
suku Moro bisa percaya kepada Tuhan Yesus? Tiba-tiba ia mendengar suara Tuhan
mengatakan, “Mengapa orang-orang Moro tidak mau
percaya, karena engkau tidak benar-benar mengasihi mereka. Engkau merasa
orang kulit putih yang pintar dan melihat orang Moro sebagai orang bodoh.
Engkau merasa lebih tinggi dari mereka. Lalu ia meneteskan air mata dan minta Tuhan
agar mengajar dia mengasihi suku Moro. Lalu ia bukan saja bersaksi, namun ia juga
bergaul dengan mereka dan mengasihi mereka. Tidak lama kemudian, ada orang Moro
yang percaya kepada Tuhan.
Tanpa
kasih, Tidak Berarti
Kasih itu penting sekali, karena kalau kita
tidak sungguh-sungguh mempunya hati yang mengasihi maka sulit menginjili. Kita
tahu apa itu kasih, khususnya kasih agape. Mengasihi orang yang belum kita
kenal. Tetapi kasih kita seringkali mempunyai syarat. Saya mengasihi dia karena
dia melakukan sesuatu untuk saya. Tetapi Tuhan ingin kita mengasihi semua orang
termasuk musuh. Apakah kita mengasihi orang lain? Kalau kita tidak mempunyai
hati yang mengasihi, apa yang dilakukan sia-sia. Sekalipun kita bisa berbahasa
malaikat, tetapi kalau tidak mempunyai kasih tidak ada artinya (gunanya).
Apakah kita mengasihi orang lain? Yang paling gampang, apakah kita pernah
berdoa untuk orang lain? Apakah kita pernah berdoa untuk orang yang kesulitan?
Kalau untuk orang yang dikenal, kita sulit mengasihi apalagi yang belum
mengenal. Tanpa kasih, semuanya tidak berarti. Minggu lalu, kita sudah
mendengar firman Tuhan tentang kasih yang semula. Jemaat Efesus adalah jemaat yang
rajin dan baik. Tetapi dalam pandangan TUhan mereka harus bertobat karena mereka
sudah kehilangan kasih yang semula. Kita diminta untuk menjadi saksi. Tetapi
tanpa kasih, orang tidak akan percaya. Waktu pelayanan di Cirebon, ada seorang
ibu yang tidak banyak bicara tetapi membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Karena
dalam dirinya ia punya kasih. Mari kita kembali kepada Tuhan, menjadi saksi
dengan hati yang mengasihi orang lain.