Pdt. Erwin Tantero
Ef 4:9-16
9
Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke
bagian bumi yang paling bawah?
10 Ia
yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua
langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.
11
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
12
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi
pembangunan tubuh Kristus,
13
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang
benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus,
14
sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka
yang menyesatkan,
15
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita
bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
16
Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi
satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap
anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
Percaya Yesus bukan
sekedar untuk masuk surga saat kita meninggal, tetapi yang sangat penting
terjadi perubahan hidup (mengalami hidup baru). Saat mengalaminya kita
bertumbuh dan dinyatakan dalam
pertumbuhan yang nyata yakni melayani dan berbuah. Membicarakan kekristenan
tidak terlepas dari hidup dan kehidupan, bukan hanya surga dan neraka. Sebagai
pengikut Yesus, kita memiliki hidup, orang hidup akan bertumbuh, dalam
bertumbuh kita melayani. Dalam melayani kita berbuah dan terus bertumbuh. Dari
ayat 11 sampai 13, Rasul Paulus berkata, “Sebagai orang percaya kita harus
bertumbuh”. Sejak zaman dulu ada nabi-nabi dan pada zaman Tuhan Yesus ada rasul-rasul
sedangkan pada zaman kini ada orang-orang yang ditetapkan sebagai penginjil,
pengajar dan penggembala untuk memperlengkapi orang percaya untuk bertumbuh,
melayani dan berbuah. Kalau tidak
bertumbuh, maka sia-sialah menjadi orang Kristen. Kalau bertumbuh berarti orang
punya hidup. Orang yang meninggal (seperti bunga plastik) tidak akan bertumbuh
alias tidak punya hidup. Sebagai orang Kristen kita punya hidup dan kita
nyatakan dalam pertumbuhan kita. Pertumbuhan adalah hal yang penting yang menunjukkan
kita punya hidup. Orang hidup bertumbuh. Rasul Paulus bahkan berkata, “Setiap
orang harus bertumbuh dalam pertumbuhan rohani.” Ini penting karena berkaitan
dengan iman dan pengalaman iman. Seharusnya kita bertumbuh dalam iman, dalam
pengetahuan yang benar sehingga kita terus menjadi dewasa. Kalau kita tidak
bertumbuh, kita akan diombang-ambingkan oleh aneka pengajaran. Sekarang ini kekristenan
sudah banyak yang diselusupi oleh pengajaran yang tidak benar. Bersyukur,
gereja aliran utama tetap mempertahankan kebenaran untuk menjadi dasar
bertumbuh dan doktrin yang ortodoks.
Bertumbuh dalam Iman
Iman kepada Tuhan
seringkali dianggap iman yang bisa memaksa Tuhan. Dengan beriman, seakan-akan
bisa menyuruh Tuhan bekerja sesuai apa yang kita mau. Hal ini dengan berpegang
pada firman Tuhan, “Mintalah, akan diberikan. Carilah, akan mendapat. Ketuklah,
pintu akan dibukakan.” Dengan demikian pengertian firman Tuhan begitu penting,
kalau tidak kita akan diombang-ambingkan. Kekristenan banyak dipengaruhi hal-hal
di luar Alkitab, sehingga arah pertumbuhan kekristen tidak sesuai firman Tuhan
tapi sesuai kebutuhan manusia semata. Pertumbuhan iman Kristen sekarang ini
coba dipengaruhi oleh pandangan post-modern
dari New Age Movement (Gerakan Zaman Baru)
yang mencoba mempersatukan semua kepercayaan yang ada di dunia ini. Menurut
pandangan mereka, semua agama punya kebenaran untuk membangun iman. Pandangan New Age Movement sangat mempengaruhi
gereja-gererja tertentu. Ini sangat disayangkan, sehingga terombang-ambingkan. Mereka
mengklaim : dengan iman yang kuat mereka merasa bisa menuntut. Bila Yesus di
dalam kita, kita di dalam Yesus, maka semuanya tidak ada yang mustahil, apa yang diminta harus jadi. Pernyataan ini
sering kita dengar. Seharusnya, bagi Tuhan tIdak ada yang mustahil tetapi bagi
manusia tetap ada keterbatasan. Saat Tuhan ada di dalam kita, kita ada di dalam
Tuhan, maka sifat kita akan seperti Tuhan. Bila sifat ilahi sudah berkembang,
maka tidak ada yang mustahil. Iman harus dibangun di atas pengenalan iman
(dasar) yang benar, jangan di atas pengajaran orang. Pandangan New Age Movement, “Kita harus berpikir
positif. Apa yang dipikirkan akan terjadi.” Kalau begitu, apakah kita Tuhan?
Apa yang kita pikir tidak selalu jadi, karena Tuhan ikut mengendalikan hidup
kita. Juga ada pandangan, “Jangan omong sembarangan karena perkataan ada kuasa.
Apa yang dibicarakan akan terjadi” Kalau begitu kita atau Tuhan yang punya
kuasa? Perkataan kita tidak punya kuasa, termasuk kutukan orang. Walau kita
dikutuk , kita tidak perlu kuatir karena saya punya Tuhan. Kita tunduk di bawah
otoritas Tuhan.
Suatu kali anak angkat saya menyelenggarakan
tour ke holy land. Setelah kembali,
ia mengajak saya makan sambil ngobrol. Dia bilang, ada seorang pendeta peserta
tour yang berkata, “Eh, kamu sudah berhasil, bagus! Kamu setiap bulan bawa 2-3
rombongan. Tapi kamu tidak kaya karena kamu tidak pernah minta kaya.” Lalu ditambahkan lagi, “Dengan iman minta
kekayaan karena kekayaan itu baru di depan pintu. Bila kita sudah masuk ke
dalam maka permintaan baru diberikan.” Ini pengajaran salah, dengan iman ingin
memaksa dan mengendalikan Tuhan.
Seharusnya apa yang diinginkan Tuhan menjadi keinginan saya. Kita bertumbuh
dalam iman dan kebenaran sehingga kita tidak diombang-ambingkan. Iman bertumbuh
dari anak menjadi dewasa dengan meneladani Tuhan Yesus Kristus seperti saat bergumul
untuk meminum cawan pahit atau tidak. Saat kepahitan yang akan diterima, kalau
boleh berlalu tetapi iman Yesus kepada Bapa, menjadi teladan. BagiNya, sekalipun
harus minum, maka jadilah. Saat ini kalau kita berdoa, dan Tuhan tidak mengabulkannya,
bagaimana sikap kita? Kalau Tuhan mau kita sakit, kita imani? Iman yang dewasa,
menyerahkan diri kepada Tuhan untuk mengatur hidup kita. Kalau kita ingin
mengatur Tuhan, ini seperti anak kecil.
Kita tahu Tuhan punya rencana yang indah. Tuhan punya kedaulatan yang penuh.
Melayani
Kita bukan
dipanggil untuk hanya diselamatkan dan masuk surga. Kita sadar kita hidup,
bertumbuh, Tuhan panggil kita untuk diberikan anugerah menjadi saksi dan
menceritakan pekerjaan besar. Kita sadar bahwa dalam peran masing-masing , kita
dibina, disiapkan oleh para hamba Tuhan. Semakin menyadari diri kita adalah
saksi, harus semakin
melayani. Semua
orang diberikan pelayanan yang berbeda. Ada
yang terpanggil jadi pendeta, gembala, penginjil , pengajar yang
diberikan peran khusus untuk memperlengkapi jemaat dalam melayani tubuh
Kristus. Jangan bilang kita tidak bisa melayani. Dalam peran yang kecil, kita
sudah melayani. Namun ada yang melayani, supaya banyak dapat berkat,
bangun relasi, dapat status, atau pujian
sebagai pelayan yang rajin melayani. Seharusnya tujuan melayani hanya satu
yakni
membangun tubuh Kristus. Gereja
adalah tubuh Kristus yaitu membuat gereja terus semakin bertumbuh.
Apakah kita rindu
gereja terus bertumbuh? Satu hal yang kita kalah dengan gereja karismatik yakni
semangat pelayanan.
Saya dulu ikut fitness. Ada seorang ibu yang
rajin fitness dengan tujuan untuk menurunkan berat badan. “Agar pelayanannya dapat lebih efektif”,
katanya. “Karena Roh Kudus yang bilang,”sambungnya. Mendengar saya dari gereja
injili, ia berkomentar. “Kalau gereja Pdt. Stephen Tong tidak ada Roh Kudusnya.
Saya ajari ya, bapa minta nanti Roh Kudus beritahu.” Di Alkitab tidak ada ayat
yang bilang begitu. Si ibu meneruskan ,”Sekarang ketinggalan, kita tinggal
telepon.” Percuma saya banyak ngomong menjelaskan. Setelah mengamati cara si
Ibu fitness, saya berkomentar, “Ibu, kalau dengan cara seperti itu, dengkul Ibu
akan sakit.” Si Ibu heran bagaimana saya bisa tahu. Saya jelaskan, “Karena dengan cara begitu,
dengkul Ibu berbenturan sehingga sakit. Tapi ini bukan Roh Kudus. Ini logika
menurut kedokteran. Sejak itu, bila ia melihat saya, antara mau tegur dan tidak tegur.
Dalam melayani
, ada yang inginnya hanya sebagai kolektan, penyambut, anggota paduan suara
atau tim besuk, sedangkan penginjilan urusan hamba Tuhan. Padahal kita
diperlengkapi untuk melayani. Kita bisa melayani dengan perubahan hidup.
Melalui hidup bisa melayani. Kol
3:23. Melalui
hidupmu, injil berbicara dan disampaikan kepada orang.
Melalui hidupmu,
injil berbicara dan disampaikan kepada orang. Apapun yang kamu perbuat. Ada suatu
waktu di TIongkok (saya pelayanan di sana 2 tahun). Ada ibu yang berada di suku
terasing. Ia orang luar yang mau menginjili. Ia tidak tahu apa yang harus
kerjakan, dia berdoa, “Tuhan tolong saya untuk saya melayani suku ini.” Ia
dibawa oleh teman yang dikenal di luar. AKhirnya ia tinggal di antara suku
terasing lalu ia datang mengunjungi para tetangga. Ia berjalan keliling dan
membantu para tetangganya. Saat tetangga yang punya anak sedang mencuci, anaknya dia gendong. Ia bantu
satu per satu. Akhirnya ibu-ibu pada bingung. Orang ini bukan satu suku dengan
kita, tapi kenapa begitu baik menolong kita? Sehingga rame-rame mereka datang
ke rumah dia ingin melihatnya sedang melakukan apa. Akhirnya ibu-ibu datang mau
mengintip. Karena intip sambil dorong-mendorong, akhirnya pintu jatuh. Gedubrak!!
Ibu itu sedang berdoa, di depan ada Alkitab. Ibu itu baru selesai berdoa dan
mengucap amin. Melihat para ibu ada di rumahnya, ia merasa kaget. Ia pikir ia sudah
melakukan kesalahan. Jadi ia bertanya, “Saya salah apa?” Mereka bilang, “Kami
kagum dengan ibu, kenapa ibu bisa begitu baik.” Dijawabnya,”Saya belajar dari
buku ini. Buku ini Tuhan yang hidup yang mengajar saya, bagaimana saya harus
hidup.” Mereka jadi tertarik, “Boleh ajarkan kami?” Mulai dari hari itu, ia
mulai mengajarkan Alkitab.
Hidupmu adalah teladan,
injil yang terbaca orang. Kita melayani melalui segala talenta yang Tuhan
berikan, namun tidak berarti hanya melayani tugas di gereja. Kebanyakan kalau
tidak diatur, kita diam. Tidak pernah tanya, kira-kira tugas apa yang bisa diatur
untuk saya.
Saya ikut dalam yayasan
interdenominasi gereja. Area pelayanannya di Jateng, Jatim. Di situ kita masuk
pedesaan, membina hamba Tuhan yang jemaatnya untuk pelihara mereka sulit karena
tidak punya uang. Ada pos gereja yang hancur tidak bisa dibangun karena tidak
ada uang. Ada ibu yang ditinggalkan keluarga karena masuk Kristen. Awalnya anak
si Ibu di Tulungagung dirasuk setan. Rohaniwan agama lain dipanggil, namun saat diuber dengan golok, ia kabur. Seorang
dukun diundang. Saat datang, sebelum mendekat,
diacungkan golok sehingga ia kabur. Pendeta datang dan berseru,”Dalam nama
Tuhan Yesus, turunkan golok! Golok pun diturunkan. Setelah didoakan, akhirnya sang
anak sembuh. Setelah sembuh ibunya ikut percaya. Sang ibu berkata, “Gusti Yesus
benar-benar gusti sejati.” Tetapi kakak dan papa anak ini , marah. Kalau sudah
sembuh yan sudah. Kenapa harus pindah agama. Sehingga akhirnya ibu ini
ditinggalkan sendirian. Padahal ia jalan pakai tongkat dari bamboo. Tetapi Tuhan
pelihara. Setiap hari, ada tetangga yang mengirimnya nasi 1 kali dengan sayur. Itu
karena ia tetap ingin percaya kepada Tuhan Yesus. Seberapa jauh kita melayani,
bersimpati karena orang yang menderita karena Yesus.
Seberapa jauh kita melayani, bersimpati kepada orang yang menderita
karena Yesus. Banyak yang mengira : yang penting ada di gereja (berlindung
dalam gereja) sehingga tidak pernah melayani.
Banyak yang hanya merasakan yang penting ada di
gereja, berlindung dalam gereja. Tidak pernah melayani. Ada seorang hamba Tuhan
orang dayak, Pak Erwin tolong kami. Kami dari Sintang, di pedalaman. Banyak
hamba Tuhan yang tinggalkan pos pelayanan. Karena mereka tidak bisa hidup,
tidak didukung karena sebulan hanya dapat Rp 100.000 . Setiap hari kerja, dapat
getah karet. Kalau tidak hujan tanam. Kalau sudah hujan, tanaman habis, tidak
makan, gereja tidak pernah mikirkan mereka. Ada orang yang tidak tergerak tapi
ada yang tergerak. Pelayanan bukan hanya terlibat dalam tugas seperti ini.
Pelayanan ikut terlibat dalam sesuatu apa yang terjadi bersama.
Pemberitaan Injil kebanyakan berupa pemberitahuan
tanpa tindakan. Injil artinya kabar baik. Tetapi kita hanya beritakan tanpa
merasakan. Injil adalah holistik, keterpaduan, bukan hanya beritakan Injil dan
doakan saja. Apa yang di depan mata, kita harus pikirkan, ikut berbagian dalam
batas kemampuan kita. Jikalau Injil hanya kata-kata, tidak menjadi berkat buat
orang lain. Hari ini, kita melayani bukan di gereja kita sendiri tapi membangun
tubuh Kristus, melihat kebutuhan di depan mata kita ikut melayani. Layani, sebagai
ekspresi apa yang Tuhan bagikan untuk dibagikan ke orang lain. Sehingga kita
berbuah.
Berbuah
Proses dari
bertumbuh sampai dibagikan adalah proses yang bisa dirasakan. Pelayanan bisa
berubah karena ada pertumbuhan. Mari kita bertumbuh sampai ke kedewasaan. Pohon
berbuah di dalam batas tertentu. Kalau belum sampai dewasa tidak akan berbuah.
Kalau berbuah, tunjukkan bertumbuh sehingga jadi dewasa, sehingga berbuah yang
bisa dilihat dan dirasakan orang (Ef 4:2). Hari ini pertumbuhan rohani ,
semakin bertumbuh semakin sombong, egois dan individualis. Semakin bertumbuh,
semakin berbuah, semakin rendah hati, semakin sabar, semakin mengasihi. Ini
buah yang bisa dirasakan. Lihat diri masing-masing apakah terdapat perubahan
yang bisa dirasakan dan dilihat orang. Kita perlu bertumbuh dan tidak
menyalahkan orang. Tunjukkan kasihmu dan kelemahlembutan. Gereja pecah karena
kesombongan , adu kekuatan yang tidak menahlukkan diri ke satu Pimpinan untuk
saling mengasihi. Semakin orang melihat engkau melayani maka akan diberikan
orang-orang untuk dilayani. Semakin hari Tuhan tambahkan mereka, karena layak
ditambahkan. Tunjukkan kita berbuah dari perubahan diri, maka buah akan
menyatakan diri dalam buah buah pelayanan. Berdoalah agar buah kita membangun
tubuh Kristus, gereja terbangun dan nama Tuhan dipermuliakan.