Pdt.
Alipin
Keluaran 20:12
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Imamat
19:1-3
1 TUHAN berfirman kepada Musa:
2 "Berbicaralah kepada segenap jemaah
Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
kudus.
3 Setiap orang di antara kamu haruslah
menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku; Akulah TUHAN,
Allahmu.
Pendahuluan
Imamat 19:1-3 membicarakan
tentang panggilan kepada umat Israel yang keluar dari Mesir dengan hidup kudus,
dimulai dengan menyegani ayah-ibunya. Lalu disejajarkan dengan memelihara
hari-hari sabatKu (Akulah Tuhan Allahmu). Lalu ayat-ayat berikutnya banyak
bicara tentang aturan-aturan kepada Tuhan dan hubungan sesama (ini yang tidak
boleh, kalau salah apa hukumannya). Diawali dengan menyegani , menghormati, menaati
, berbakti kepada orang tua. Firman Tuhan memang mengajarkan untuk mengutamakan
hormat dan bakti kepada orang tua.
Apa pergumulan
orang tua di zaman milenial?
Karena
ini topiknya tentang ‘di zaman milenial’, maka saya mencari-cari di internet, apa pergumulan orang tua di
zaman milenial? Berdasarkan hasil survey, ada sebuah majalah yang menulis
tentang 7 pergumulan orang tua di zaman milenial :
1. Gaya
hidup konsumtif
2. Maunya
serba praktis dan langsung jadi. Karena anak-anak zaman milenial dengan gawai, handphone,
jarinya bisa begitu cepat beraksi. Maunya cepat, praktis, langsung jadi. Serba
instan.
3. Hobi
travelling, masalahnya : travelling-nya pakai duit orang tua.
4. Kesopanan
dan rasa hormat sudah mulai luntur. Ikut kebarat-baratan di mana memanggil kakek
dan orang tua dengan sebutan namanya atau budaya / adat Barat bebas lainnya
sehingga kesopanan mulai luntur.
5. Alergi
dengan pekerjaan rumah (seperti bantu menyapu, ngepel, cuci piring, memasak dan
lain-lain). Anak milenial tidak mau karena lebih suka Facebook, Instagram,
selfie, posting-posting sehingga habis waktunya di sana dan selanjutnya malas
bantu orang tua mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Ini terjadi juga dengan
keluarga saya. Mamanya mengepel, menyapu, setrika dan anaknya disamping lihat Youtube.
Kalau diminta bantu, dijawab sedang asyik.
6. Apatis
terhadap dunia nyata, termasuk interaksi keluarga. Lebih senang dengan handphone
atau di depan laptop. Dalam dunia nyata pada zaman sekarang, interaksi jadi berkurang.
7. Lebih
mendengarkan komentar orang lain daripada arahan orang tua. Lebih senang dengan
apa yang di-posting orang lain daripada orang tua yang membimbing.
Bedanya zaman dulu
dengan zaman sekarang.
Zaman
dulu makan roti sambil ngobrol, zaman sekarang tidak ngobrol lagi tetapi
masing-masing melihat handphone sehingga ada istilah gadget :
mendekatkan yang jauh tapi menjauhkan yang dekat. Maka besok atau nanti selesai kebaktian kalau langsung makan
di luar (café, restoran) coba janjian dengan anak/cucu/menantu , saat makan tidak
boleh pegang handphone selama sejam. Handphone dinonaktifkan, di-silent,
dimatikan sehingga waktu makan ada interaksi yang nyata. Zaman dulu waktu makan
semua bisa ngobrol. Zaman sekarang semua pegang handphone. Mamanya suka
selfie, lalu langsung posting ke Instagram setelah itu bukan pikirkan
makanan enak atau tidak, cukup atau tidak, tidak tanya pekerjaan rumah anaknya,
tetapi 5-10 menit kemudian malah melihat berapa orang yang like posting-annya.
Sehingga hubungan di keluarga berkurang jaraknya. Maka kita perlu kembali ke
firman Tuhan yang lebih mengutamakan orang tua, interaksi yang lebih nyata dan
hubungan sosial yang lebih nyata dibanding dunia maya. Itu tantangan di zaman
milenial.
Tantangan berbakti
dan menghormati orang tua di lingkungan Tionghoa
Sebagai gereja berlatar-belakang Tionghoa
ada tantangan berbakti dan menghormati orang tua. Waktu kecil ,orang tua saya
berkata,”Kamu boleh ke gereja” karena di gereja ada pelajaran bahasa Mandarin.
Di gereja bila nakal, maka disuruh ke Sekolah Minggu agar guru Sekolah Minggu
bisa mengajarkan anak-anak menjadi baik. Tapi dikatakan,”Jangan sampai kamu dibaptis.
Karena kalau dibaptis disebut bu xiao (不 孝), tidak lagi
berbakti kepada orang tua”. Mengapa? Karena ada konsep orang Tionghoa dari Konfusius
bahwa kalau kita berbakti kepada orang
tua harus sampai bisa mengikuti upacara-upacara yang menyembah arwah nenek
moyang baik waktu acara meninggal maupun pada waktu ziarah (Qingming清明節).
Sedangkan setelah dibaptis , orang Kristen tidak boleh menyembah arwah, jadi boleh
ke gereja tapi jangan sampai dibaptis sebab kalau sudah baptis diidentikan
dengan anak durhaka karena tidak bisa lagi berbakti kepada orang tua. Ini
pergumulan di daerah seperti Medan, Pekan Baru, Pematang Siantar dan
sebagainya. Di Jakarta juga pernah mengalammi pergumulan yang sama. Pergumulan
ini ada pada waktu kita kecil. Bagaimana kita menghadapinya? Bagaimana firman
Tuhan mengajar kita?
Xiao
孝berbakti.
Ini dari tulisan Mandarin yang terdiri dari huruf yang berarti orang tua dengan
rambut panjang dan anak-anak (keturunan) yang bila digabung ada orang tua
(senior) dan anak-anak yang disebut menjadi berbakti. Gambarannya : ada orang
tua dan di bawahnya ada anak (orang tua didukung oleh anaknya).
Ini
adalah konsep yang banyak sekali ditanamkan (diajarkan) oleh Konfusius.
Konfusius pernah mengatakan ,”Apa yang engkau tidak mau diperlakukan kepada orang
lain, maka jangan melakukannya kepada orang lain. Itulah adalah golden rules-nya.
Pdt. Stephen Tong juga pernah membandingkan dengan kata-kata Yesus. Kalau kalimat
Konfusius bersifat negatif yaitu “Kalalu kamu tidak mau dijahati oleh orang lain
, maka jangan jahat dengan orang lain. Kalau
kamu tidak mau dicubit oleh orang lain, maka jangan cubit orang lain. Kalau
kamu tidak mau diganggu oleh orang lain, maka jangan menggganggu orang lain”. Tetapi
Yesus katakan, “Apa yang kamu ingin orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah itu
kepada orang lain. Kalau kamu ingin orang lain mengasihimu, maka kamu lebih
dahulu mengasihi orang lain. Kalau kamu ingin orang lain menghargai, menghormati
maka lakukan dulu kepada orang lain”. Jadi kalimat Yesus nadanya lebih positif.
Konfusius
hidup pada tahun 500an SM sedangkan Firman Tuhan mengajarkan kita berbakti
kepada orang tua yang diturunkan kepada Musa 1.500 SM. Jadi menghormati orang
tua, firman Tuhan (melalui Musa) mengajarkan lebih dulu. Jadi firman Tuhan
lebih dulu. Musa lebih dulu menyampaikan firman Tuhan tentang menghormati orang
tua. Jadi menjadi orang Kristen (percaya) tetap kita diperintahkan untuk
menghormati dan berbakti pada orang tua (tidak boleh durhaka kepada orang tua).
Hanya caranya saja berbeda di mana kita tidak ikut menyembah arwah nenek moyang atau orang
yang sudah meninggal. Kita tetap berbakti dan menghormati saat orang tua masih
hidup.
Pada
10 perintah Allah (hukum Taurat), perintah ke 1-4 adalah relasi kepada Tuhan, perintah
5-10 adalah relasi dengan sesama manusia tetapi dimulai dari hormati ayah dan
ibu. Ini keunikan hokum Taurat yang mengajar kita untuk menghormati orang tua
kita. Dalam perintah menghormati orang tua, dari 10 perintah hanya inilah yang
mengandung janji (yang lain tidak ada janji). Keluaran 20:12 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut
umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Ini keunikan yang
pertama. Dengan menghormati orang tua , Tuhan memberi janji “lanjut umur di
tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu”. Jangan dibalik, orang yang tidak
panjang umur adalah orang yang tidak menghormati orang tua. Itu belum tentu. Ada
campur tangan dan rencana Tuhan. Ada seorang penafsir mengatakan, karena orang
Israel baru keluar dari tanah Mesir , mereka perlu satu aturan bermasyarakat.
Mereka akan menjadi satu bangsa yang belum memiliki undang-undang (peraturan).
Supaya bangsa ini tertib dan baik, maka harus terlebih dahulu dimulai dari keluarga,
di dalam keluarga dimulai dari menghormati orang tua. Kalau tertib di keluarga maka
akan tertib di masyarakat. Kalau tertib di masyarakat, maka bangsa ini ketika
diberikan tanah Kanaan (tanah Perjnajian), akan menjadi bangsa yang panjang
umurnya, tidak akan mudah terpecah belah , terjadi pemberontakan, adu domba
sehingga terpecah bangsa ini. Jadi kalau keluarga baik mulai dengan
menghormati, berbakti kepada orang tua, mengakibatkan masyarakat menjadi baik
dan bangsa menjadi bangsa yang luar
biasa baik. Hal ini terbukti. Kerajaan Israel pecah mulai dari Absalom yang
berontak kepada raja Daud. Jadi anak berontak kepada papanya sendiri, sehingga Kerajaan
Israel terpecah dua. Ini contoh saja. Inia da hubungannya dengan apa yang
disampaikan oleh Konfusius. Berikut puisi yang diinpirasi oleh Konfusius.
Kutipan dalam bahasa Mandarin, puisi yang diinspirasi oleh ajaran Konfusius.
孝子齐家全家乐,孝子治国万民安 (Xiào
zǐ qí jiā quán jiā lè,xiào
zǐ zhì guó wàn mín ān). Konfusius mengatakan,”Bila anak berbakti membangun
keluarga, maka seluruh anggota berbahagia. Bila seorang berbakti memerintah
bangsa, maka rakyat hidup dalam
damai sejahtera”. Bangsa menjadi besar dan bertahan lama dimulai
dari keluarga. Ini mirip dengan konsep di Alkitab di atas (kalau hormat orang
tua, akan lanjut umur di tanah yang diberikan. Artinya kalau ada orang yang
berbakti di keluarga dan di suatu bangsa , kalau semua anggota keluarga saling
berbakti dan menghormati, maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang kuat dan
penuh damai sejahtera.
Berbakti pada Orang
Tua
1. Perlakukan
orang tua dengan ramah dan penuh kasih.
Bagaimana kita memperlakukan orang tua
dengan ramah dan penuh kasih? Ini yang akan dicoba ditanamkan pada semua kita, termasuk
yang bergumul dengan milenial dan tradisi Tionghoa. Alkitab mengajarkan siapa
yang memukul ayah-ibunya, pastilah dihukum mati. Saat itu belum ada
undang-undang. Musa menerapkan agar keluarga tertib, baik dan berbakti dalam
keluarga, menghormati orang tua dan menjadi satu bangsa yang kuat, maka yang
paling harus ditegaskan , didisiplinkan dimulai dari keluarga sehingga Kel. 21:15 “Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya,
pastilah ia dihukum mati.” Kel. 21:17 Siapa yang mengutuki ayahnya atau
ibunya, ia pasti dihukum mati. 2 Timotius 3: 2 “, ... mereka akan berontak terhadap orang tua dan
tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,..” Jangan sampai hal
ini terjadi.
Bagaimana menghormati orang tua dan kita
berbakti kepada orang tua, mari kita perlakukan orang tua dengan ramah dan
penuh kasih. Janganlah sampai kita memukul dengan kekerasan, mengutuki. Mungkin
orang tua pernah membuat kita kesal, sakit hati, menyimpan dendam, luka batin
dan sebagainya , kita tetap perlu anugerah dari Tuhan untuk bisa memulihkan dan
memaafkan orang tua.
Di Thailand ada iklan tentang bagaimana
menghormati , mengasihi orang tua dan memperlakukan orang tua dengan kasih. Anak-anak
milenial ingin menjadi hero seperti Avenger , Batman dll. Dalam film ini
menjadi hero dengan melakukan hal-hal besar untuk menyelamatkan dunia. Judul
film ini Garbage man (tukang sampah). Ada seroang guru yang meminta murid-muridnya
menggambar tentang super hero. Ada seorang anak bernama Pornchai Sukyod
yang juga menggambar. Begitu lonceng berbunyi ia cepat-cepat keluar. Saat gurunya
mengoreksi gambar anak-anak , ada yang menggambar manusia petir, Superman
dll, tiba-tiba ia heran mengapa super hero digambarkan sebagai tukang
sampah. Guru pun mencari Pornchai. Temannya menjawab bahwa dia ada tugas ke
tempat lain. Kawannya kasih tahu,”Jangan kasih tahu guru, itu rahasia” dengan
memukul kepalanya. Ternyata ini yang dia lakukan : Pornchai langsung pergi,
karena ia menolong mamanya bekerja menyapu jalanan. Pornchai mengatakan,”Mari
kita kerjakan , agar kita bisa lebih cepat pulang”. Ia melihat mamanya
kesakitan di lutut, karena lutut mamanya masih sakit akibat pernah ditabrak
mobil tahun lalu. Lalu sang guru mulai mengoreksi (memberi nilai), apa yang
dimaksud tukang sampah sebagai superhero. Karena tukang sampah ini membersihkan
lingkungan, memakai sapu yang baik, sarung tangan, baju pelindung dan yang
penting melindungi mama dari bahaya. Dan membawa mama pulang dengan selamat.
Kalau mau
jadi superhero, di rumah sayang papa mama. Melindungi, merawat papa-mama
dengan cinta kasih dan mencintai. Superhero bukan sesuatu yang hebat
seperti melindungi bumi dari serangan monster. Yang lebih real ada di
depan mata kita, ada orang tua yang diberi kasih, perhatian, memperhatikannya
dengan baik, rahmat dan penuh kasih. Jangan dengan kasar apalagi sampai ada kekerasan.
Mari kita perlakukan orang tua dengan ramah dan penuh cinta kasih.
2. Menaati orang tua di dalam Tuhan
Efesus 6:1 Hai anak-anak, taatilah
orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Kolose 3:20
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang
indah di dalam Tuhan. Batasannya adalah “taatilah di dalam Tuhan”. Kita
tetap mengasihi orang tua, menghormati dan berbakti, melakukan yang terbaik
untuk orang tua kita, tetapi ada batasannya yaitu di dalam Tuhan. Di dalam
pergumulan kita sebagai orang Tionghoa, bagaimana terkadang kalau orang tua
memaksa kita ikut sembahyang? Ada sebagian dari kita yang orang tuanya non
Kristen dan mereka memaksa kita untuk mengikuti ibadah (sembahyang) dengan menyembah
arwah nenek moyang, padahal firman Tuhan mengatakan kita harus menyembah Allah
yang benar, tiada Allah selain Tuhan. Hanya boleh sungguh-sungguh sujud
menyembah Allah (bukan kepada manusia), jangan ada allah lain di hadapanKu.
Dalam hal ini kita harus bergumul, berdoa dan berani untuk taat pada Allah
daripada manusia. Tuhan Yesus pernah mengatakan, “Barang siapa mengikut Aku dan
tidak membenci orang tuanya, ia tidak bisa mengikut Aku.” Bukan kita sengaja mau
membenci, tetapi ada hal-hal tertentu ketika diperhadapkan pada keputusan yang
sulit, kita tetap mengasihi, menghormati dan mentaati. Tetapi ada kalanya kita
lebih memilih firman Tuhan untuk lebih takut kepada Tuhan daripada manusia.
Kita taat di dalam Tuhan dari teladan Yesus Kristus.
Teladan Yesus yang taat
Lukas 2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke
Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua
perkara itu di dalam hatinya. Yesus taat
atas permintaan ibunya. (Yohanes 2:1-10) Yesus taat kepada Allah Bapa (Lukas
22: 42) . Pada umur 12 Ia punya
pengetahuan yang luar biasa, karena Ia bisa berdebat dengan orang Farisi dan
ahli Taurat. Pemikirannya sudah begitu mendalam dan tinggi, tetapi firman Tuhan
mencatat Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Ia tetap mau taat kepada orang tua
yang mungkin secara pengetahuan rohani, Alkitab dsbnya sudah kalah dari Tuhan
Yesus Kristus. Maria, ibuNya, menyimpan perkara itu di dalam hatinya (saat
berdebat). Saat Yesus melakukan mujizat dengan cara mengubah air menjadi
anggur, itu karena memenuhi permintaan dari ibuNya. Yesus juga taat kepada
Allah Bapa ketika Ia harus menghadapi pergumulan yang sulit untuk menanggung
dosa manusia di atas kayu salib. Sampai Tuhan Yesus berdoa 3 kali. “Jika
sekiranya mungkin biarlah cawan ini berlalu, Tetapi bukan kehendakKu melainkan
kehendakMu lah yang jadi”. Hal ini dikatakan 3 kali hingga dicatat,” Keringatnya
bercucuran seperti darah” artinya ada stress yang begitu kuat dan mendalam, tetapi
Ia tetap belajar untuk taat kepada Allah Bapa. Ini contoh yang diberikan oleh
Tuhan Yesus Kristus. Kita sejauh mungkin mentaati, mengasihi orang tua di dalam
Tuhan. Kita mau kaitkan dengan misalnya ajaran Konfusius.
Ada lukisan di pedalaman Papua di mana
ada babi yang diberi minum ASI langsung oleh seorang ibu. Saat menyusui anaknya, di sebelahnya ada
babi. Artinya babinya sangat berharga hingga diberi minum ASI. Jadi babi setara
dengan seorang bayi. Di sini lain, dalam kebudayaan Tionghoa, ada kisah seperti
di Singapore ini. Karena begitu menghormati begitu ekstrim dalam menerapkan berbakti kepada orang tua, maka kalau terjadi
kelaparan dan hanya bisa kasih makan 1 orang dan ada pilihan antara kasih makan
orang tua atau bayi yang kelaparan maka bayinya dibiarkan kelaparan dan kasih
makan ke mamanya. Walau bayinya berteriak kelaparan, tetapi karena mama
(mertua) nya juga lapar sehingga yang dikasih minum ASI terlebih dahulu adalah
orang tua-nya. Ada pergumulan-pergumulan seperti ini pada zaman Tiongkok di
masa lalu.
Konsep “xiao jing fu mu” bukan hanya soal berbakti di dalam menyembah
orang tua, zaman dulu kalau kita tidak bisa punya anak laki-laki, kita disebut juga
sebagai anak tidak berbakti karena tidak bisa meneruskan marga.
Saya pernah punya jemaat yang sakit hati
sekali dengan mamanya sendiri (non Kristen). Karena jemaat ini tidak bisa punya
anak. Hingga dikatakan, “Si A itu, anak saya, bo ceng (tidak ada
keturunan, benih). Dia tidak berbakti karena tidak bisa meneruskan marga”. Pada
zaman dulu yang disalahkan adalah istri! Zaman sekarang belum tentu istri, ia
akan ajak ke lab dulu. Bisa jadi karena kelemahan pria juga (sperma kurang banyak,
sedang stress dll). Zaman dulu yang disalahkan istrinya sehingga si bapa boleh
kawin lagi supaya bisa dapat anak laki-laki. Setelah dapat anak laki-laki dari
istri kedua atau ketiga, maka baru disebut anak yang berbakti, karena
meneruskan marga. Apakah konsep xian jing fu mu seperti ini saat ini
masih tidak berlaku? Hal ini tidak boleh apalagi menurut Kristen. Kita bicara
non Kristen Tionghoa, hal ini tidak berlaku lagi.
Yang kedua, dulu ada pernikahan yang
dijodohkan. Sejak bayi langsung dijodohkan , lalu setelah besar saling jadi
besanan. Sekarang tidak ada lagi. Sekarang menikah cari pacar sendiri (tidak
dijodohkan). Dulu orang tua sangat superior, tidak boleh dikritik dan dibantah
selalu dianggap benar. Kalau salah pun, kita sungkan sekali memberi masukan.
Sekarang zaman berbeda, kita lebih sedikit demokrasi. Kita berani memberi
kritikan dan masukan . Orang Tionghoa, berkabung itu selamanya. zaman dulu berkabung
harus bertahun lamanya. Pakai toa ha (tanda pangkat). Anak laki-laki pakai
warna biru, pakainya setahun. Sekarang tidak ada lagi. Begitu dikubur sudah diminta
lepas. Itu semua di daerah, saya tidak tahu kebudayaan orang Tionghoa di
Jakarta. Itu semua sudah luntur walaupun dulu dianggap sebagai xiao jing
yang sangat dalam sekali. Itu semua bisa luntur, tetapi Firman Tuhan jelas : hormatilah
ayah-ibumu dan taatilah orangtuamu di dalam Tuhan. Ini prinsip dasar dan bisa
berlaku sepanjang abad. Inilah kelebihan firman Tuhan daripada ajaran
Konfusius.
Seorang penulis Taiwan bernama Richard
Xiang (Lie Shen Zang), konsep xiao jing fu mu dalam budaya Tionghoa, tidak
dapat konsisten dipratekkan karena penyembahan dan berbakti kepada nenek moyang
hanya terbatas hingga 2-3 generasi di atas saja. Lebih dari itu semua keturunannya
sudah lupa dan tidak bisa lagi disembah.
Kalau kita berziarah, untuk yang bisa sembahyang, barangkali ia sembahyang
untuk papa atau kakeknya. Papa dari kakeknya tidak bisa lagi mungkin sudah di
tempat lain , kalau ada di situ pun sudah tidak kenal lagi.
Keluarga saya
masih banyak yang belum Kristen jadi ada sembahyang juga waktu ziarah. Saya
ikut bawa kembang dan ikut bersih-bersihkan. Suatu kali saya membersihkan kuburan
nenek dan kakek. Karena tempat sudah penuh sesak, tiba-tiba ada seorang paman
yang lebih senior datang. “Eh kalian di sini, ini bukan kuburan kakek kalian.”
Rupanya karena kami tidak bisa membaca huruf mandarin-nya. Tapi sudah dibuat
upacara sembahyang, sehingga akhirnya di bai-bai lagi karena salah
tempat. Lalu cari yang benar.
Richard Xiang
mengatakan berbakti (penyembahan) yang sesungguhnya kalau kita mau konsisten
hanya menyembah Tuhan Allah yang benar dan kepada Tuhan Yesus Kristus karena Ia
adalah Pencipta dan Juruselamat kita, Dialah yang menciptakan langit bumi serta
seluruh isinya. Ia adalah Allah yang mengasihi manusia sehingga, ia rela datang ke dunia
sehingga orang yang percaya di dalam Yesus Kristus boleh ditanggung dosanya
oleh salib Kristus, lalu Yesus bangkit pada hari ketiga naik ke sorga
membuktikan Ia adalah Allah dan Penyelamat yang sesungguhnya sehingga Ia layak
menerima sesembahan manusia. Itulah bakti kalau mau dikaitkan dengan sembahyang
yang sesungguhnya yaitu bersembah sujud kepada Allah Pencipta. Bukan kepada
manusia yang telah meninggal dunia. Kita diingatkan oleh firman Tuhan untuk menaati
orang tua tetapi ada di dalam Tuhan.
3. Berterima kasih,
mengingat jasa orang tua dan merawat orang tua
Pada Matius 15:4-6 ada orang-orang yang dengan alasan persembahan kepada Allah lalu
ia tidak mau kasih uang atau tunjangan hidup ke orang tua-nya. Mereka
mengatakan bahwa lebih mulia untuk kasih kepada Tuhan. Jadi ada alasan,”Saya
tidak usah peduli lagi pada orang tua, silahkan papa-mama berjuang sendiri
karena uangnya sudah dikasih kepada Tuhan. Itu lebih mulia”. Yesus menegur,”Tidak
benar seperti itu karena dengan demikian kamu mengabaikan firman Allah demi adat
istiadatmu yang menguntungkan diri sendiri”. Jadi Yesus ingin mengajarkan
berterima kasih mengingat jasa orang tua dan kita tetap boleh merawat orang
tua. Apalagi yang sudah lanjut usia dan tidak berdaya, itu adalah tugas kita.
Yesus Kristus juga menunjukkan teladannya. Ia berterima kasih dan mengingat
jasa orang tuaNya. Ia mau memelihara dan merawat orang tuaNya.
Yesus menunjukkan teladanNya dalam
berterima kasih, mengingat jasa orang tua, memelihara dan merawat orang tuaNya.
Yohanes 19:26-27 Ketika Yesus melihat
ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada
ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan
sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Artinya Yesus
sadar bahwa Ia akan mati dan kemudian setelah bangkit Ia hanya berada sebentar
karena Ia akan meninggalkan dunia ini, tetapi Ia ingat untuk merawat dan
menjaga mamaNya. Ia titipkan mamaNya kepada murid yang paling dikasihi yaitu
Yohanes. Jadi Ia tetap ingat merawat dan memelihara mamaNya. Kalau Ia sendiri
tidak bisa, maka Ia berpesan kepada Yohanes, yang paling setia, untuk menjaga
mamaNya. Selama orang tua masih hidup
konsep xiao jing fu mu ditekankan. Sebenarnya Konfusius lebih menekankan
menghormati dan berbakti kepada orang tua seperti firman Tuhan yaitu ketika
orang tua kita masih hidup. Ada beberapa kutipan dari ajaran Konfusius.
-
羊羔跪乳尚知孝,烏鴉反哺孝親顏 Yáng gāo guì rǔ shàng
zhī xiào,wū yā
fǎn bǔ xiào qīn yán. Domba tahu berbakti berlutut minum susu, gagak memberi
makan induknya untuk berbakti
-
為人若是不知孝,不如禽獸實可憐
Wéi rén ruò shì bù zhī xiào,bù
rú qín shòu shí kě lián. Seseorang jika tidak dapat berbakti, sungguh kasihan
karena dia lebih rendah dari binatang
-
孝順傳家孝是寶,孝性溫和孝味甘Xiào shùn
chuán jiā xiào shì bǎo,xiào
xìng wēn hé xiào wèi gān . Berbakti adalah harta yang diturunkan dari generasi
ke generasi, berbakti menolong mengembangkan karakter dan memberi perasaan
hangat.
-
趕緊孝來光陰快,親由我孝壽由天
gǎn jǐn xiào lái guāng yīn kuài, qīn yóu wǒ xiào shòu yóu tiān. lose no
time in being filial to your parents because time flies, take care of your
parents by yourself and make sure they enjoy longevity. Cepat-cepatlah berbakti
, jangan sampai kehabisan waktu untuk berbakti kepada orang tuamu, karena waktu
berlalu dengan cepat. Rawatlah orang tuamu sendiri dan pastikan mereka bisa
hidup panjang umur.
-
親在應孝不知孝Qīn
zài yìng xiào bù zhī xiào, 親死知孝後悔難qīn
sǐ zhī xiào hòu huǐ nán. By not practicing filial piety while your parents are
alive, it will be too late to repent after your parents pass away. Waktu orang tua hidup tidak berbakti, setelah
orang tua meninggal sudah terlambat untuk menyesal
-
生前能孝方為孝,Shēng qián néng xiào fāng wéi xiào, 死後盡孝徒枉然 sǐ hòu jìn xiào tú wǎng rán. Only filial piety given to parents
when they are alive is true filial piety, filial piety given after your parents
death will be in vain. Berbakti yang benar adalah ketika orang tua masih hidup,
berbakti ketika orang tua telah meninggal adalah sia-sia.
Di youtube ada 100 syair tentang berbakti seperti itu.
Penutup
Waktu
saya kelas 2 SMA, saya dan teman-teman ditantang oleh gembala kami (Pdt. Paulus
Cahya) untuk ikut katekisasi dan dibaptis. Ada pergumulan, kalau kasih tahu
orang tua pasti dilarang, tetapi kalau tidak dikasih tahu dan ketahuan, pasti
akan dimarahi luar biasa. Akhirnya kami berdoa dan bergumul. Kami beberapa
orang nekat tidak kasih tahu dan kami dibaptis pada hari Minggu. Pada hari Senin
ada ayi-ayi dari gereja yang kenal dengan mama saya. Waktu belanja di pasar ia
bertemu dengan mama saya saat membeli ikan-sayur, lalu ia memberi selamat ke
mama saya. Mamanya saya bingung. Ia berkata,”Selamat! Anakmu sudah dibaptis.
Elu kapan bertobat dan ke gereja?”. Mama saya emosi. Pulang sekolah sekitar pk
14-15, saya langsung dimarahi oleh mama, “Kamu sudah jadi anak tidak berbakti.
Kamu sudah dikasih tahu , kamu boleh ke gereja, tapi tidak boleh dibaptis. Kamu
nanti tidak bisa sembahyang lagi. Kamu anak kurang ajar. Kamu tidak dengar
orang tua.” Saya diam saja dan menangis, tapi tidak melawan apa-apa dan hanya
berdoa saja. Setelah papa pulang kerja, saya dimarahi. Sekitar 2 minggu saya di-repet
terus, untuk mengatasinya : apa yang dikatakan, tidak dimasukkan ke hati karena
bisa jadi tekanan. Ada juga teman sekolah yang sama-sama dibaptis , diusir
(kamu bukan keluarga saya. Pergi! Bawa
baju dan buku sekolahmu). Untung ada ayi-nya yang mau menampungnya. Jadi ia
pergi ke rumah ayi-nya itu. Kami mendoakannya sambil menangis. Di gereja banyak
yang mendoakannya. 3 hari kemudian, mamanya telpon ayi dan memintanya pulang,
walau setelah pulang juga dimarahi terus.
Beberapa
bulan kemudian ada sembahyang dan upacara ce-it cap-go dan mujizat terjadi. Mama
saya berkata,”Kamu sudah Kristen dan dibaptis, saya kasih tahu. Ini untuk
sembahyang. Ini yang saya belum sembahyang, kamu sekarang sudah Kristen, suka
hati kamu mau makan yang mana.” Saya mengerti maksudnya. Dia masih marah dan
kesal tetapi ia tahu, anaknya sudah jadi orang Kristen. Kalau ia sudah punya
agama harus punya prinsip yang benar, jangan lagi tercampur aduk. Itu tanda
bahwa pelan-pelan orang tua bisa menerima.
Kita tetap harus mengasihi. Kalau orang tua perlu bantuan maka cepat bantu,
kalau ada sesuatu cepat kasih perhatian, bantu, tolong ini-itu. Mereka akan merasakan , betul jadi
orang Kristen jadi anak berbakti ketika orang tua masih hidup.
Singkat
cerita setelah pulang kuliah dari SAAT dan pelayanan di Pematang Siantar, papa terkena
penyakit serangan jantung dan infeksi paru. Suatu hari mama sudah capai menjaganya
sehingga saya ke rumah orang tua, saya tidur dan menjaga papa. Karena perlu orang
untuk memasang oksigen dan uap. TIba-tiba hati saya tergerak dan terbeban. Dalam hati
ada suara yang berkata,”Kamu penginjil dan suka pergi ke rumah jemaat, tidak
sakit saja didoakan apalagi kalau sakit pasti kamu doakan. Sekarang papamu
sakit, kamu harus doakan.” Ada suara dalam hati begitu. Tapi saya bergumul. Waktu
mau jadi orang Kristen saja saya dimarahi luar biasa. Waktu saya bilang mau
jadi hamba Tuhan ia juga marah luar biasa ,”Sudah baik-baik bekerja dan ada
keluarga, ngapain kerja seperti itu!”. Akhirnya saya terdesak dan Roh Kudus
bekerja dan saya tidak tahan lagi lalu berkata, “Pa boleh tidak saya berdoa
untuk papa?”. Dia berkata,”Doa lu!” Saya berdoa,”Tuhan, tolonglah papa. Berikan
kesembuhan, jangan sampai menderita dan Tuhan pulihkan. Dalam nama Yesus.
Amin!” Selesai doa , ada suara lagi yang berbicara dalam hati saya,”Kamu sudah
berdoa untuk papamu. Tetapi doanya dalam nama Tuhan Yesus. Papamu belum kenal
Yesus, sekarang kabarkan injil!” Waduh, dalam hati saya berkata bagaimana ini? Akhirnya
sambil berdoa dan bergumul , saya lihat papa sudah agak tenang sehingga saya
kabarkan Injil. Saya berkata, “Papa tadi kita berdoa dalam nama Tuhan Yesus. Papa percaya
Yesus ya. Ia adalah Tuhan yang menjadi manusia. Ia mati di kayu salib untuk
menebus dosa kita, tapi 3 hari lagi Ia bangkit. Artinya Ia bisa kasih kehidupan
selama-lamanya. Kalau papa percaya Yesus, kalau sembuh puji Tuhan. Tapi suatu
kali kita akan meninggalkan dunia, kalau kita sudah percaya Tuhan Yesus, dosa
kita diampuni sehingga kita bisa hidup kekal.” Singkat dan sederhana.
Papa
saya berkata, “Sejak sebelum kamu lahir sampai hari ini , setiap jam 6 sore,
saya pasang 3 hio di depan pintu. Bagaimana saya mau percaya Tuhan Yesus?” Waktu
dia menjawab seperti itu, saya bingung juga karena di SAAT tidak pernah
diajarkan cara jawabnya. Lalu saya berdoa lagi dan berkata,”Papa , dulu si anu sembahyang
juga tetapi akhirnya ia jadi Kristen juga. Nanti kalau sudah sembuh saya minta
majelis gereja yang seusia papa untuk datang cerita kepada papa tentang Yesus,
bagaimana percaya Yesus. Saya minta pendeta yang lebih senior dan minta paman
seumuran untuk kabarkan Injil kepadanya. Suatu hari dia masuk rumah sakit. Ini
peran ibu Komisi Wanita. Mereka ikut persekutan pk 15-17. Selesai
persekutuan,mereka membesuk papa di rumah sakit. Waktu itu rumah sakit
sederhana di kota kecil, liftnya hanya untuk pasien dan dokter. Kalau
pengunjung tidak boleh pakai lift karena listrik dan banyak sekali yang
memakai. Mereka harus jalan lewat tangga. Papa saya dirawat di lantai 3.
Setelah ibu-ibu Komisi Wanita besuk dan mendoakan papa saya lalu mereka mau
permisi pulang. Tiba-tiba terbuka pintu , ada seorang ayi yang usinya paling
tua , yang jalannya sambil bongkok dan terseret-seret. “Mana papanya Li Cuang Dau?
Saya mau berdoa untuknya.” Ibu-ibu lainnya marah kepadanya,”Kamu tidak dengar
ya? Kan tadi disuruh tunggu di bawah, kita hanya 10 menit saja. Ini lantai 3. Kamu
kalau seret begitu, sesak nafas dan kamu jatuh dan kamu yang masuk rumah sakit.
Tadi kamu janji mau tunggu di bawah, tetapi sekarang kenapa kamu juga naik.”
Dia menjawab,”Saya juga mau ikut doa untuk papanya Lie Cuang Dao”. Singkat
cerita, mereka marah-marah dan suasana jadi kurang enak dan akhirnya mereka
pulang. Tetapi itu yang berkesan sama papa saya. “Siapa ayi itu? Saya tidak
kenal siapa dia. Kenapa dia mau sampai capai-capai begitu? Sampai terbongkok-bongkok
begitu, mengapa dia mau?” Saya hanya berkata
,”Mereka dari gereja. Kasih Tuhan yang menggerakkan dia, sehingga dia mau
perhatian sama papa. Dia mengasihi papa.” Suatu hari , kami tidgak pernah tanya
tapi papa yang berkata sendiri dalam situasi sudah sesak napas dan dia merasa
waktunya sudah dekat. Mama telpon dari rumah sakit sekitar pk 23.30. “Pin kamu
cepat datang. Papa sudah gawat tapi ia mau sampaikan sesuatu. Papa berkata,”Panggil
boksu. Baptis saya! Saya mau percaya Tuhan Yesus.” Saya terkejut luar biasa, tapi
sekarang sudah pk 00.30, pasti boksu sudah tidur. Dia sesak nafas dan wajahnya
gelap, dipasang uap lagi. Sekitar pk 5 saya baru berani telpon pendeta (waktu
itu saya belum pendeta). Majelis berunding apakah boleh dibaptis. Pendeta dan
beberapa majelis datang dan menanyakan apakah betul papa sudah percaya Tuhan Yesus
sungguh-sungguh dan sebagainya. Singkat cerita sekitar pk 8 dia dibaptis dan ia
menerima Tuhan Yesus dan Tuhan kasih mujizat. Nafasnya bisa reda dan segera
dibawa ke Medan. Tuhan kasih bonus, sekitar 1 tahun kemudian ia baru dipanggil
Tuhan. Waktu itu tidak dalam kondisi di rumah sakit. Mama saya berkata,”Sekitar
pk 4 dia sempat ke toilet lalu tidur lagi. Pk 6 mama bangun dan mau ke pasar
belanja . Mama panggil papa, tapi tidak bangun lagi. Jadi tidak tahu kapan
hembusan nafas papa yang terakhir. Malam sebelumnya saya masih berkunjung ke
papa dan ia masih main-main dengan cucu. Ia membelikan nasi dan lauknya untuk
cucunya makan bersama dan besok paginya Tuhan menjemputnya. Salah satu pergumulan
saya untuk berbakti kepada orang tua sudah Tuhan jawab melalui papa saya yang
sudah terima Tuhan Yesus Kristus. Saya masih mendoakan mama saya. Tetapi yang
saya mau tekankan : selagi masih ada kesempatan (selama orang tua masih ada di
dunia ini dan mereka belum percaya kepada Tuhan), jangan putus asa dan menyerah. Doakan, sampaikan
Injil dan berikan kesaksian. Bila tidak berani sendiri, ajaklah rekan-rekan jemaat
yang lebih senior. Saya sudah mengalaminya. Saya yakin dan percaya, Tuhan juga akan
menolong saudara-saudara sama seperti Tuhan menolong saya.