Ev. Daniarti Dhyan C.
1 Kor 15:57-58
57 Tetapi
syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
58 Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
1 Kor 15:57
Apa
yang dimaksud dengan ayat 1 Kor 15:57-58? Akhir dari pasal 1 Kor 15 adalah ayat
57-58 yang merupakan kesimpulan dari ayat-ayat di atasnya. 1 Kor 15:57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah
memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Ada 2
bagian kunci dari ayat ini :
1.
kemenangan.
2.
syukur kepada
Allah
1. Kemenangan
Yang
dimaksud dengan kemenangan pada ayat ini identik dengan apa? Kemenangan identik
dengan lomba atau kompetisi (sesuatu yang harus kita taklukan). Kemenangan di
sini adalah kemenangan atas maut dan dosa. Sebenarnya kita memahami ini dan
sering mendengarnya. Sebagai anak-anak Allah , kita telah diberikan anugerah
untuk hidup dalam kemenangan atas maut dan dosa. Kita telah diberikan anugerah,
berarti anugerah itu sudah kita miliki dan akan kita miliki seterusnya. Kita
sudah memahami dari pembacaan Alkitab pribadi atau dari mendengar firman Tuhan
bahwa kemenangan atas maut dan dosa itu
dikerjakan oleh Kristus melalui karya penebusanNya di kayu salib. Karena ada salib,
kematian Kristus dan ada kebangkitanNya maka kita memiliki anugerah kemenangan atas
maut dan dosa. Kita menang atas keduanya. Kita memahami hal ini dan sudah
sering mendengarnya.
a.
Menang atas
Dosa
Waktu kita menang atas maut dan dosa,
artinya kita sudah diberikan kuasa oleh Tuhan sendiri melalui kebangkitanNya.
Kuasa kebangkitan yang Kristus miliki ini diberikan juga kepada kita untuk bangkit
melawan dan menang atas dosa. Kalau misalnya kita punya pergumulan dosa
tertentu dan merasa,”Aduh! Gua orangnya memang orangnya suka marah. Aduh, saya
orangnya suka negative thinking.” Mengubahnya susah, tapi tunggu dulu.
Jangan-jangan kita belum paham bahwa sebenarnya kita memiliki kuasa itu yaitu
kemenangan atas dosa.
b.
Menang
atas Maut
Apakah artinya
kita tidak akan mati? Tidak! Kita sering datang ke pemakaman. Kita tahu bahwa
tubuh kita akan binasa (mati), tetapi kita akan bersama-sama dibangkitkan dan
kita tidak akan terus dalam kematian karena ada kebangkitan Kristus. Kalau berbicara
soal kemenangan maka yang harus ditaruh dalam pikiran adalah “saya sudah
memiliki kemenangan itu”. Kemenangan itu sudah dianugerahkan bagi saya.
Masalahnya : apakah saya menyadarinya atau tidak? Apakah saya sadar bahwa kita
punya kemenangan itu? Saat kita bicara
tentang pergumulan dengan dosa dan menghadapi masalah (konflik) yang tidak pernah
selesai darinya, ingatlah kemenangan itu sudah milik kita!
Pernah ikut
lomba? Contoh : lomba hari kemerdekaan Indonesia (17 Agustusan) seperti tarik
tambang, makan krupuk , lomba kelereng dll di RT atau keluruhan, cerdas cermat
nasional. Kalau kita ikut lomba maka bayangkan perlombaan di tingkat tinggi
(penting) untuk kita (seperti kejurnas nasional). Saat ikut lomba (kompetisi),
apa perasaan kita sebelum maju lomba? Mungkin kita merasa deg-degan, keringat
dingin, mulas (perutnya tidak enak sehingga bolak-balik ke toilet), khawatir
(bisa atau tidak?). Kalau menghadapi suatu pertandingan (perlombaan), perasaan
seperti itu wajar. Untuk orang yang akan mengikuti lomba, saat didekati dan
diajak bicara suka sensitif dan jawabannya suka jutek karena ia sedang gelisah
dalam dirinya. Mungkin ada juga rasa takut (bagaimana kalau salah?). Atau bila
susah membayangkannya, maka ada yang saat menghadapi ujian skripsi merasa
gelisah (tidak bisa tidur). Itu sebelum lomba. Saat lomba apa perasaannya?
Deg-degan? Ada yang merasa deg-degan ada juga yang tidak bisa berpikir apa-apa,
langsung fokus dan mengendalikan diri (ketakutannya, kekhawatirannya sehingga
bisa fokus). Kalau kita sampai ke akhirnya, ternyata setelah lomba atau ujian
skripsi, keluar hasilnya dan ternyata hasilnya menang, apakah masih merasa
takut seperti sebelumnya? Bahagia? Saat melihat atlit yang bertanding di
olimpiade, saat mereka menang bagaimana ekspresinya? Seperti pasangan
bulutangkis yang dikenal sebagai The Minion : Kevin-Marcus mengekspresikannya dengan lompat, sujud,
menangis dan berteriak. Seolah-olah mereka melepaskan semua beban yang tadi
dibawa. Seolah-olah akhirnya bisa merasa plong.
Bagi
yang sudah melewati ujian nasional atau skripsi merasa lega walaupun setelah
itu ada lagi yang harus dihadapi seperti pekerjaan dan lain-lain. Tetapi
setidaknya kita sudah pernah mengalami bahwa waktu kita menghadapi sebuah
perlombaan, tantangan tertentu, kita merasa deg-degan, takut, khawatir, tidak
enak, pergumuluannya seolah-olah malam itu menjadi malam yang panjang sekali.
Inginnya cepat-cepat pagi dan lusa agar besok segera lewat. Tetapi ternyata
setelah lewat, diri dan perasaan kita berbalik 180 derajat, menjadi lega
(plong, damai, bahagia) dan makan juga enak. Kalau ada masalah di perut, saat
menghadapi sesuatu, tidak mau makan, keringat dingin. Sebenarnya dalam
perjalanan kehidupan, kita seperti itu. Kita menghadapi pergumulan yang
terkadang membuat kita lelah. Waktu saya dapat tema ini, ini bukan saja sekedar
jerih-lelah melayani. Bagi saya ini jerih lelah kehidupan, menjalankan
kehidupan yang sesuai dengan kehendak Kristus. Contoh hal yang mudah : kalau
kita mau sabar terhadap kelakuan orang yang mengesalkan dan dilakukan berulang-ulang.
Bukankah itu melelahkan? Tapi kita tahu dan mengerti firman, sehingga kita
belajar mengerti dan memahami. Itu melelahkan. Tetapi kalau kita melihat di
ayat 57 ini, kemenangan sudah ada. Kemenangan diberikan, kita hanya ada dalam
prosesnya. Tenang! Akhirnya kemenangan itu bagian kita!
Saat
menang, orang bisa melakukan sujud syukur, berteriak dan merasa lega. Kita menghadapi pergumulan yang terkadang
membuat kita capai. Saat menghadapi tema ini, ini adalah jerih lelah kehidupan
(menjalankan kehidupan sesuai kehendak Kristus). Contoh : untuk sabar pada
orang yang mengesalkan berkali-kali. Tetapi kemenangan sudah ada dan diberikan.
Kita sudah ada dalam prosesnya. Akhir kemenangan adalah bagian kita.
2.
Syukur
kepada Allah
Orang yang menang bisa bersujud syukur, berteriak dan merasa
lega. Bagian kedua ini adalah “syukur kepada Allah”. Begitu kita melewati
pergumulan-pergumulan hidup, sulitnya bagaimana menjadi orang-orang percaya,
bagaimana tetap berjalan lurus di tengah-tengah dunia yang bengkok bagaimana
menjadi pengusaha yang jujur (berbicara sesuai apa adanya karena di tengah teman-teman pengusaha lainnya bisa
berubah-ubah bicaranya. Fakta A bisa menjadi A+ atau a bahkan bisa memanipulasi
untuk keuntungan diri). Di tengah-tengah hal itu, bagaimana kita bisa
mendapatkan keyakinan bahwa kita menang? Respon orang-orang yang menang adalah mengucap
syukur. Adakah kita mengucap syukur karena kita sudah memiliki kemenangan itu?
Mungkin kemenangan itu belum nampak sekarang, masih bergumul, masih menanti-nanti
dan rasanya lelah sekali, tetapi apakah kita mengucap syukur karena kita sudah
punya kemenangan itu? Atlit pemenang perlombaan yang mengucap syukur seperti
Kevin/Marcus bisa lempar raket, teriak atau melompat atau Muhammad Zohri,
pelari 100 meter Indonesia, bisa berlari dengan memakai bendera berkeliling
untuk merayakan kemenangannya dan mengucap syukur. Kira-kira mengucap syukur
itu dalam bentuk apa yang bisa kita lakukan?
1 Kor 15:58
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. Dari ayat ke-58 ini diambil 2 hal yang dikategorikan
sebagai bentuk ucapan syukur yang bisa berikan (kerjakan) karena kemenangan itu
sudah dianugerahkan kepada kita :
1.
Berdiri
teguh dan tidak goyah dalam keyakinan iman kita.
Bicara soal “berdiri teguh dalam iman”
itu bicara tentang ketaatan kepada
Firman. Bicara soal menjadikan Firman di
atas semua nilai kehidupan kita, termasuk nilai yang dibawa dari keluarga.
Keluarga saya punya nilai-nilai tertentu misal : kamu harus mencapai sesuatu,
tidak boleh ada kesalahan. Tetapi nilai itu hendaklah ditundukkan di bawah apa
yang firman Tuhan katakan. Berdiri teguh dan tidak goyah dalam keyakinan iman,
baru akan kelihatan apakah berdiri teguh atau tidak, apakah berjuang agar tetap
berdiri teguh atau tidak sebagai bentuk ucapan syukur karena kita sudah
memiliki kemenangan saat kita menghadapi tekanan-tekanan. Contoh : pada waktu
menghadapi kesulitan ekonomi, konflik dengan orang yang dikasihi, kita
mengalami keterlukaan karena orang-orang di sekitar kita, pada waktu anak-anak
kita sulit sekali dididik, hal-hal yang didoakan sepertinya Tuhan tidak mendengarkannya,
pada waktu pelayanan tidak menghasilkan seperti apa yang kita mau, pada waktu
kita sudah hidup benar tetapi sepertinya tidak ada sesuatu yang tampak luar
biasa dalam hidup kita. Menghadapi hal-hal tersebut, kita mau ikut Tuhan, berjuang,
bergumul, berproses dengan Tuhan , percaya kemenangan sudah diberikan oleh
Tuhan bagi kita walau kita tahu bahwa hal itu tidak mudah.
2.
Giat dalam
pekerjaan Tuhan
‘Giat’ artinya berlomba-lomba dalam memberi
yang terbaik dalam pelayanan. Pertanyaannya : apakah kita melakukan hal itu?
Atau kita berlomba untuk membiarkan orang lain saja. Apakah kita secara pribadi
berlomba-lomba (saya mau mengusahakan atau memberi yang terbaik kepada Tuhan,
mengerjakan pelayanan yang terbaik untuk Tuhan, saya mau benar-benar
mengerjakan dengan sepenuh hati saya atau ‘kan ada dia’ , ‘dia lebih jago lho’.
Secara
sederhana dari 2 hal di atas : Tuhan mau supaya kita dalam menjalankan hidup
kita terus berpegang pada iman, tidak goyah tetap teguh sesuai dengan kebenaran
firman Tuhan dan sepanjang perjalanan perjuangan itu kita juga tetap
bersemangat , berlomba-lomba untuk tetap melayani Tuhan. Ini adalah ucapan
syukur. Ini adalah bentuk bahwa saya tahu kemenangan itu sudah jadi bagian
saya. Kalau saya bergumul dengan sakit-penyakit tertentu dengan kondisi rumah
tangga, keluarga tertentu yang tidak kunjung selesai, dengan lilitan utang
dalam jumlah tertentu yang tidak selesai, apakah kita tetap mau berdiri kokoh
(teguh, tidak goyah) sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, tidak kompromi dan
di tengah-tengah proses itu saya berlomba-lomba untuk melayani Tuhan.
Waktu
saya mencoba memikirkan hal ini, saya berkata,”Tunggu dulu! Bukankah hal
tersebut susah sekali. Kita pusing karena keadaan di rumah, tetapi kepusingan
saya dengan masalah-masalah (hal-hal yang mengganggu hidup saya) di rumah, itu
membuat saya tidak bisa peduli dengan orang lain, melayani orang lain, memperhatikan
orang lain tidak bisa. Bagaimana ceritanya? Karena hidup saya banyak sekali
variable-nya dan banyak sekali aspek yang harus diurus. Di kantor, teman-teman ,
pacar dan keluarga, belum lagi kalau terlibat dalam palayanan, tidak hanya 1
(ada banyak). Lalu bagaimana? Energi saya habis, saya hanya melakukan saja.
Jawabannya adalah jerih payahmu tidak
sia-sia! Dasar kita bergumul untuk tetap teguh , melakukan yang terbaik dan
berlomba-lomba melayani Tuhan, mengucap syukur adalah karena sudah ada karya
kemenangan yang dianugerahkan kepada kita.
Tuhan
tidak saja harus memberikan alasan, mengapa saya harus terus bergumul tentang
hal itu. Saya mengalami hidup yang sulit , pergumulan yang berat, saya juga
ingin tetap melayani Tuhan. Tetap kerjakan! Karena jerih payahmu tidak sia-sia.
Di saat kita tetap mengerjakan itu ada alasan yang Tuhan berikan, mengapa tetap
harus dikerjakan. Karena ada kebangkitan Kristus dan kemenangan yang sudah diberikan
bagi kita. Tetapi Tuhan tidak hanya memberikan alasan, tetapi Dia juga memberikan
untuk apa? Karena Tuhan ingin benar-benar membawa kita sampai di titik kemenangan
itu. Benar-benar ingin melakukan selebrasi.
Pada
pertandingan sepakbola, yang melakukan selebrasi kemengangan bisa semua crew
akan turun ke lapangan, lalu teriak, angkat topi nya, ada confetti dan segala
macam. Menikmati sukacita. Tuhan berikan alasan kepada kita mengapa kita
diminta untuk tetap mengerjakan bagian itu. Karena jerih payahmu tidak sia-sia.
Karena Tuhan sendiri yang akan membawa kemengangan itu, membawa kita benar-benar
sampai kepada kemenagnan itu. Tuhan ingin bersama-sama kita merayakan
kemenangan. Itu bukan bicara soal nanti di sorga, terkadang tidak (tidak
selalu). Terkadang dalam kebaikan dan anugerahnya, Dia ijinkan kita menikmati
kemenangan-kemenangan itu. Supaya kita tahu bahwa jerih payah kita tidak
sia-sia. Jadi sebenarnya sewaktu bergumul, kita punya dasar bahwa kita memiliki
kemenangan dan kita juga punya tujuan bahwa kita akan menikmati kemenangan itu.
Dan ini adalah sebuah kepastian. Kalau saya banyak bicara dengan orang-orang
dan mendengarkan cerita kehidupan mereka, terkadang saya temukan satu hal yang
namanya percaya kepada asumsi dan itu yang membuat masalah di hidup mereka.
Contoh
: relasi. Dalam melakukan relasi, relasinya tidak berjalan dengan baik malah
terjadi konflik. Saat individu A berbicara dengan saya, di tengah-tengah
obrolan ditemukan konflik itu tetap terjadi apabila Dia tidak bisa mengampuni ,
menerima dengan kasih, keputusan-keputusan itu, ada yang namanya asumsi. Kadang
kala kita mempercayai yang bukan fakta. Kalau ada 2 orang dalam sebuah relasi, kemudian
mereka berkonflik. Pertanyaannya : salah siapa? Relasi selalu bicara tentang 2 orang. Begitu relasi itu berkonflik selalu
ada 2 orang yang punya andil dalam konflik itu. Persentasenya bisa macam-macam.
Tetapi intinya 2 orang punya andil dalam konflik itu. Tetapi berapa sering kita
justru mengambil bagian itu semua? Berasumsi ini semua salah saya atau
sebaliknya berasumsi ini semuanya salah dia. Begitu kita berasumsi , itukan
tidak sesuai fakta. Fakta berkata bahwa kalau relasi berkonflik, keduanya punya
andil. Itu fakta. Tetapi seberapa sering kita lebih percaya pada asumsi kita
atau kita percaya pada setengah fakta (tidak percaya pada fakta keseluruhan).
Salib, kematian Tuhan dan kebangkitanNya dan kemenangan kita, Tuhan yang ada dalam
proses itu dan nanti kemenangan yang kita nikmati bersama Tuhan benar-benar itu
adalah fakta. Jangan pernah lupa dengan fakta itu. Begitu kita menghadapi
pergumulan hidup, menghadapi tantangan-tantangan yang sulit, begitu kita merasa
lelah menjalani hidup, begitu kita berjuang
dalam kebenaran dan karena tidak merasa hasil kita merasa capai dan kita mau
berhenti, maka ingat kembali faktanya. Fakta yang sudah dan selalu menempel
pada anak – anak Tuhan adalah kemenangan itu sudah diberikan (dianugerahkan)
bagi kita. Dan saat kita menjalani proses kehidupan sekalipun kita lelah (tidak
sanggup lagi) dan sekalipun sepertinya tidak ada perubahan (bertahun-tahun
begitu terus) maka percayalah : jerih payahmu tidak sia-sia! Karena akan ada
kemenangan yang kita rayakan bersama Tuhan suatu kali nanti.
Penutup
Ada
sebuah suku pada bangsa Indian yang punya cara unik untuk mendewasakan anak
laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah
cukup umur untuk didewasakan maka anak laki-laki tersebut akan dibawa pergi
oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak-saudaranya dengan mata tertutup. Di
umur tertentu dijelaskan bahwa anak itu sudah mau dewasa. Untuk itu harus dites
mengikuti tradisi dari suku itu. Lalu matanya ditutup kemudian dibawa oleh seseorang,
mungkin oleh kepala adat atau sukunya dibawa pergi ke suatu tempat. Anak
laki-laki itu dibawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah sangat
gelap, penutup mata anak tersebut akan dibuka dan orang yang mengantarnya akan
meninggalkannya sendirian. Kapan ia dinyatakan lulus? Ia akan dinyatakan lulus dari
tes ini dia diterima jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam
berlalu. Semalaman ditinggalkan di hutan sendirian tanpa cahaya bantuan dan
tidak boleh berteriak atau menangis karena ia seorang pria (ini tidak bisa
diaplikasian secara literal bahwa pria tidak boleh menangis).
Malam
begitu pekat bahkan anak itu tidak bisa melihat telapak tangannya! Begitu gelap
dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan. Ada lolongan serigala,
bunyi dahan yang gemerisik yang membuatnya semakin ketakutan. Tetapi ia ingat,
ia tetap harus diam dan tidak boleh berteriak dan menangis. Maka anak laki-laki
ini akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengikuti (memenuhi) standar
tes itu. Apapun yang terjadi, sekalipun ada sesuatu yang bergerak yang ia
dengar, ia tetap tidak boleh panik dan berteriak. Sekalipun ada sesuatu yang
merayap di kaki atau tangannya, ia tetap tidak boleh berteriak atau menangis. Maka
malam itu menjadi malam yang paling panjang bagi anak itu. Kenapa tidak cepat
pagi-pagi? Tetapi kalau mau menangis, nanti gagal. Saya tidak bisa disebut
sebagai pria dewasa di dalam suku saya. Maka saya harus tetap menahan diri dan
mengendalikan ketakutan saya. Saya tetap punya pikiran yang jernih. Kira-kira
ia akan bergumul seperti itu.
Setelah
malam yang panjang dan menakutkan itu, cahaya pagi mulai tampak dan matahari
muncul. Dan mulai ada senyuman di wajahnya. Semakin lama cahaya semakin terang
dan dia mulai bisa melihat sekelilingnya. Waktu ia membalikan badannya, ia
terkejut karena ada ayahnya di sana berdiri tepat di belakangnya dengan tombak
dan panah yang siap dipakai dengan cara berdiri (kuda-kuda) yang kokoh, dengan
kewaspadaan tingkat tinggi hanya untuk memastikan anaknya bisa melewati malam itu
dengan baik. Hanya untuk melindungi anak itu agar anak itu bisa menyambut pagi
hari dan bisa menjadi seorang pria dewasa di suku tersebut.
Tuhan
adalah Dia yang berjalan bersama kita dalam semua air mata dan dalam semua perasaan
bingung atau dalam kelelahan bekerja. Dalam kelelahan menyelesaikan masalah
identitas diri kita, dalam kelelahan pergumulan hidup kita, Dia ada di sana!! Bahkan
sejak awal Dia katakana,”Kemengangan sudah Kuberikan!” dan nanti kemengangan akan kau alami secara pasti.
Saya tidak tahu bentuk kemenangannya seperti apa? Tetapi pergumulan kita,
kesetiaan kita kepada firman , integritas hidup kita yang kita jadi agar tidak
keluar dari kebenaran Firman, semangat kita berlomba-lomba untuk melayani
Tuhan, tidak pernah tidak diperhitungkan oleh Allah. Maka Dia adalah Allah yang
begitu mengasihi , menghargai dan begitu ingin membawa kita kepada kemenangan demi
kemenangan dalam hidup ini. Jerih payah kita tidak akan pernah sia-sia. Amin.
No comments:
Post a Comment