Ev.
Putra Waruwu
Lukas 10:21-24
21
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata:
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu
Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan
kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
22
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun
yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang
yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
23
Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan
berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
24
Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa
yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu
dengar, tetapi tidak mendengarnya."
Pendahuluan
Tema
renungan siang ini “Para Nabi dan Raja pun Ingin Melihat Sang Penebus”. Tema
ini cukup panjang dan membuat kita berpikir. Kita akan bersama-sama belajar Firman
hari ini dengan cara yang sederhana. Umumnya setiap orang akan tertarik ketika
mendengar dan mendapatkan informasi tentang sesuatu yang mengesankan. Misalnya
: ada info tentang tempat makan yang enak dan murah. Pasti ada orang yang tertarik
dan kemudian bertanya, “Di mana? Kira-kira harganya berapa?” Yang kedua mungkin
tempat nongkrong, berkumpul dan bercengkrama satu dengan lain.
Rabu
lalu setelah Persekutuan Doa, seorang jemaat mengajak ke sebuah rumah makan dan
mengatakan bahwa restoran tersebut cocok digunakan sebagai tempat untuk kegiatan
komsel. Hal-hal ini memang menarik dan membuat kita bertanya, “Tempatnya
seperti apa? Suasana nya seperti apa?” sangat mengesankan dan menjadi bagian dari
hidup manusia. Bila ada yang membuatnya tertarik maka ia akan berjuang untuk melihat
hal tersebut.
2 minggu terakhir ini banyak penduduk DKI diberi
kesempatan untuk mencoba MRT secara gratis. Mengapa orang-orang berbondong
untuk mencobanya? Karena mereka ingin tahu seperti apa MRT itu. Saya dan mu-shi mencoba naik MRT dari Hotel Indonesia
(HI) sampai terminal Lebak Bulus yang
ditempuh dalam waktu 30 menit. Banyak orang yang ber - swa-foto dan ngobrol. Kemudian
ada yang membandingkan dengan MRT di Singapore. MRT di sana saat berjalan cukup
besar bunyinya, sedangkan MRT di Jakarta masih halus suaranya. Yang paling
penting adalah setiap orang punya keinginan untuk menikmati secara langsung.
Kalau hanya mendengar dan tahu dari orang lain, sepertinya tidak sah dan afdol.
Tetapi kalau sudah mencicipi , duduk, melihat dan menikmati sendiri maka orang sudah merasa
puas.
Bersyukur kepada Allah
“Ingin”
artinya mau melihat Sang Penebus tersebut. Tetapi yang menarik adalah apa yang
Tuhan Yesus katakan, “raja dan nabi tidak bisa melihat Sang Penebus”. Lukas 10
adalah sebuah perikop panjang yang menceritakan kepada kita bahwa Yesus di awal
pelayananNya mengutus 70 murid untuk melayani di berbagai kota yang ada. 70
murid ini diluar dari 12 murid yang ada, artinya mereka adalah murid-murid yang
baru yang menjadi bagian dari kelompok Tuhan Yesus. Mereka diutus ke beberapa
kota untuk menghibur, menguatkan yang lemah, menyembuhkan yang sakit dan menaklukkan
segala kuasa di luar Tuhan Yesus. Itulah yang mereka lakukan. Setelah itu
mereka kembali kepada Yesus. Mereka bercerita bahwa,”Kami telah melakukan
pelayanan ini-itu. Puji Tuhan , segala kuasa di luar nama Yesus takluk kepada kami
di dalam nama Yesus.” Berarti ada sebuah rangkaian pelayanan yang dapat
dirasakan oleh orang banyak pada saat itu. Tapi Tuhan Yesus berkata, “Jangan
bersuka cita karena kegelapan itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena
namamu ada terdaftar di sorga.” Berarti keselamatan lebih jauh lebih besar dibanding
kuasa yang diberikan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.
Melihat
itu, Lukas 10:20-24 adalah bagian di mana Tuhan Yesus bersyukur di dalam Roh
Kudus kepada BapaNya di surga, Yesus berkata, “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa
Tuhan langit dan bumi.” Ini menarik karena secara tidak langsung, Tuhan Yesus
mengajarkan kepada 70 murid tersebut agar tidak lupa untuk bersyukur. Aku
bersyukur kepada Bapa, Tuhan langit dan bumi. Karena semuanya itu Engkau dinyatakan
bagi orang kecil tetapi Engkau sembunyikan kepada orang bijak.
Saya
pernah khotbahkan tentang orang kecil dan orang bijak (pandai). Yang dimaksud
di sini adalah Injil tentang Keselamatan. Yesus berkata demikian padahal 70
murid itu adalah orang – orang yang secara pendidikan (intelektual) tidak
pintar dan pengalamannya biasa. Orang-orang ini tidak masuk hitungan, golongan
yang terbawah (hina-dina). Tetapi Allah mau memakai mereka (golongan ini) untuk
menyatakan kuasa Allah. Bukan karena kepintaran dan kemampuan tetapi karena
Tuhan ingin memakai mereka. Itu yang penting dan dinyatakan Tuhan kepada
murid-muridNya saat itu.
Beruntung dan berbahagia orang yang
menyaksikan kuasa Allah
Pada
ayat 23 Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya, : "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Setelah bersyukur, Yesus berpaling ke murid. “Bersyukur
, dan beruntunglah orang yang melihat apa yang kamu saksikan di dalam iman
kepada Tuhan” artinya beruntunglah orang yang telah menyaksikan kuasa Allah
melalui pelayanan murid-murid tersebut. Ketika mereka menyembuhkan penyakit,
makan bersama, memberitakan firman Tuhan, menaklukkan setan-setan atau ditolak di dalam kota maka itu merupakan kesempatan
yang Tuhan ijinkan agar para murid bisa melewati masa sulit sedemikian. Itu
peristiwa yang bisa disaksikan oleh para murid. Butuh perjuangan dan
pengorbanan untuk menjalankan apa yang Tuhan inginkan. Dari apa yang disaksikan
para murid, ada orang-orang di sekitar mereka yang turut menyaksikan peristiwa
itu. Ketika murid-murid tahu bahwa iblis kalah dari Tuhan Yesus, disaksikan
oleh para murid dan juga oleh orang-orang yang ada pada saat itu. Yesus
berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.” Keselamatan itu
dapat disaksikan oleh semua orang dan didengarkan oleh semua orang, tetapi
tidak dapat diterima oleh semua orang.
Ayat
24 dikatakan “Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat dan
mendengar apa yang kamu dengar tetapi mereka tidak melihat dan mendengarnya.”
Raja dan nabi adalah pemangku jabatan terbesar. Raja adalah pemimpin sebuah
bangsa, berkuasa atas orang-orang, wilayah dan seluruh tatanan administrasi
sebuah bangsa. Raja dihormati, disegani dan sangat diagungkan. Sedangkan nabi
adalah penyambung lidah Allah yang bertugas menyampaikan isi hati Allah kepada sebuah
bangsa. Ada 2 pesan penting yang
disampaikan oleh nabi yaitu berkat dan kutuk. Berkat adalah segala sesuatu yang
baik, mendatangkan sukacita, hal-hal yang tidak mengecewakan, kedamaian dan keharmonisan.
Kutuk adalah segala sesuatu yang berbau tentang kesedihan, peperangan ,
kekacauan dan kehancuran. Ini yang disampaikan para nabi. Sehingga dalam zaman Perjanjian
Lama, setiap kali nabi datang, orang ketar-ketir. Karena berita yang
disampaikan hanya 2 yaitu berkat dan kutuk. Tetapi ada juga nabi-nabi palsu
yang mengatasnamakan Tuhan dalam pemberitaan. Nabi pada dasarnya adalah penyambung
lidah Allah. Mereka pemangku jabatan yang besar dan mulia.
Tetapi mengapa Yesus mengatakan mereka tidak melihat apa
yang kamu lihat? Tidak adil dong? Ada beberapa jawaban :
1.
Karena nabi dan
raja sudah mati.
Perjanjian Lama adalah nubuat tentang kedatangan Juruselamat.
Ini adalah pertanyaan komsel bulan lalu. Inti dari Perjanjian Lama itu apa?
Nubuat, belum kenyataan, masih sebatas berita, informasi. Walau nubuat akan
terjadi di masa mendatang, tetapi belum ada kejelasan tentang kapan akan
terjadi. Para nabi dan raja sudah mendengarnya tetapi belum melihatnya karena mereka
sudah meninggal.
2.
Nabi dan raja
mengeraskan hati mereka untuk mempercayai apa yang difirmankan oleh Allah.
Jangan katakan nabi yang ada hanyalah yang disebutkan
di Alkitab. Kenyataannya banyak nabi yang tidak disebutkan di Alkitab. Ada banyak
nabi selain Yesaya dan Mikha. Mereka tidak dapat melihatnya. Mengapa mereka
mengeraskan hati (degil)? Karena pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi tentang
kedatangan Tuhan Yesus, sepertinya bertolak belakang antar seorang nabi dengan
nabi yang lainnya. Yesaya berkata bahwa Ia yang akan datang itu adalah Raja
Damai yang kekal, tetapi di bagian lain Yesaya mengatakan bahwa Ia akan dibawa
ke tempat pembantaian. Ia akan dihina dan disika, kakinya akan ditusuk oleh
paku. Mana mungkin raja tetapi harus mati , didera (disiksa) dan dibawa ke
tempat pembataian? Yang dibawa ke sana ke tempat pembantaian seharusnya adalah hewan
pembantaian. Namun Ia dibawa ke tempat pembantaian, untuk kita! Berbahagialah
mata yang melihat apa yang kita lihat.
3.
Nabi dan raja
tidak mendapat anugerah dari Tuhan.
Nabi dan raja tidak diberi kemampuan untuk melihat
secara langsung. Kita bersyukur karena kita orang yang diberi angerah dan dapat
meresponi. Kita bisa bertanya, “Mengapa Tuhan?” Sepertinya tidak adil, tetapi
ini semua adalah kedaulatan Tuhan. Anugerah Tuhan cukup bagi kita.
Inilah yang Tuhan Yesus mau katakan. Ketika keselamatan
diberikan secara cuma-cuma untuk kita, maka kita hidup jangan sembarangan. Kita
hidup harus seturut dengan apa yang Tuhan
kehendaki. 3 minggu lalu, ketika guru Sekolah Minggu menceritakan tentang penderitaan
dan kesulitan Tuhan Yesus, ada seorang anak dengan polos bertanya, “Lao-shi benar tidak ceritanya?” Ketika
guru Sekolah Minggu tersebut bercerita kepada saya. Saya menjawab, “Benar!”
Karena di dalam pikirannya bentrok. Katanya Yesus baik dan suka menolong orang,
Ia sayang dan memberi makan 5.000 orang, pelayanan ke mana-mana tetapi kenapa
disalib? Ini hal yang bertentangan! Seharusnya kalau berbuat baik jangan
dihukum (kalau jahat baru dihukum). Pola berpikir seperti ini adalah cara pikir
anak-anak. Ketika anak di Sekolah Minggu melakukan perbuatan baik maka akan diberi
poin. Kalau salah diberi sanksi seperti tidak boleh main atau jalan-jalan dan hal ini nyata
sehingga seorang anak berkata, “Benar tidak kisah-kisah di dalam
Alkitab? Atau hanya sebatas ilustrasi saja?”
Adakah
kita yang dalam pergumulan iman bertanya demikian? Apakah hanya sekedar ilusi
belaka. Yesus adalah Jurselamat itu telah membuat kita menjadi manusia yang
berharga. Sebeharga apa? Tidak dapat dinilai harganya, tidak dapat dihitung
jumlahnya (nominalnya) berapa, tetapi Yesus berkata,”Engkau berharga di mataKu!”.
Ketika
melihat kita dapat mencicipi anugerah keselamatan dari Tuhan, diberikan secara cuma-cuma
tanpa menuntut jawaban. Apa yang menjadi respon, tanggung jawab iman kita pada saat
ini? Ketika Kamis kemarin kita besuk, salah seorang di antaranya mama dari seorang
jemaat. Kami berbicara tentang banyak hal. Dan ia bertanya tentang iman. Ia
bertanya tentang ceng beng. Boleh
tidak ikut merayakannya? Lalu ia bertanya tentang keselamatan. Di akhir dari
semua penjelasan , ia berkata, “kalau begitu hidup dan keselamatan saya adalah semata
berdasarkan panggilan. Keselamatan yang kita terima bukan karena kita belajar
Firman atau mendengar dari orang. Tetapi kita diselamatkan oleh karena Tuhan ingin menyelamatkan dan memampukan kita untuk berespon
, “Ya aku percaya”. Ini penting, Mengapa menjadi sangat penting? Karena hari
-hari ini banyak orang yang salah kaprah dan berkata, “Dengan belajar dan
banyak membaca pun saya bisa selamat.” Hal ini tidak benar. Bukankah banyak
orang yang lebih pintar dari kita yang sampai hari ini masih mencari jalan
keselamatan?
Bagaimana meresponsi keselamatan dari Tuhan?
1.
Senantiasa
bersyukur kepada Tuhan.
Kebijaksanaan tidak melulu lahir dari
kecemerlangan intelektual dan status sosial seseorang. Kebijaksanaan bisa muncul
dari kesadaran akan makna dan tujuan hidup dan ketika kita mampu bersyukur atas
semua hal yang Tuhan ijinkan untuk kita nikmati dalam hidup kita. Tuhan
menuntut kita untuk selalu bersyukur dan biasanya kita selalu berkata “ya” bahwa
kita akan selalu bersyukur. Tetapi dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita
lupa untuk bersyukur. Jika semua hal menjadi baik, maka ucapan syukur menjadi hal
yang mudah untuk terlontar dari mulut bibir kita. Tetapi saat semua hal menjadi
sulit dan keadaan menekan sepertinya kita sulit dan tidak mampu bersyukur
kepada Tuhan.
Saya selalu merefleksi diri, dari setiap kesaksian jemaat
khususnya saat komsel saya bisa melihat dan mendengar banyak kisah dari jemaat.
Satu per satu mulai bercerita tentang iman dan bagaimana ia diselamatkan. Ada
yang berkata, “Saya bertahun-tahun dikejar-kejar dan diingatkan untuk beribadah
tetapi sama sekali saya tidak mau datang. Tetapi ada 1 momen Tuhan menangkap
saya dan sampai hari ini saya berubah. Momen ini saya nantikan untuk keluarga
saya yang belum percaya Tuhan.” Bersyukur untuk diri sendiri karena diselamatkan,
tetapi punya beban yang besar untuk keluarga , anak, istri yang belum percaya.
Kita
harus selalu bersyukur dalam segala keadaan. Kalau kita tidak bisa bersyukur
maka sulit menikmati sumber kebahagiaan itu. Tidak selalu hidup kita diisi
dengan hal-hal yang membahagiakan. Mungkin hari-hari ini kesulitan jauh lebih
banyak menghimpit kehidupan kita seperti kesehatan , ekonomi, pekerjaan, pimpinan dan
rekan sepelayanan bisa menjadi tantangan bagi kita. Sudahkah kita bersyukur
dengan keadaan yang demikian? Atau kita mulai bersungut-sungut kepada Tuhan?
Kita dipanggil untuk menjadi murid. Kita diberi keselamatan untuk bisa membagikan
kepada orang-orang di sekitar kita. Kita harus hidup dalam kesederhanaan di hadapan
Tuhan, karena kita bukan siapa-siapa dan kita tidak punya apa-apa. Kita harus
bersyukur seperti lirik lagu Kasih Allahku Sungguh T’lah Terbukti (Drs. Yuda D.
Mailo'ol) Bersyukur..
bersyukur..bersyukurlah. Bersyukur karna Kasih setiaNya
Kusembah..kusembah..kusembah. Dan kusembah..s’lama hidupku. Kusembah kau Tuhan.
Tidak ada batas waktu dan situasi untuk
kita tidak bersyukur.
2.
Kita harus siap untuk setia
Setia-setialah
, setia sampai sampai. Seperti Tuhan Yesus, setialah sampai mati. Setia itu tidak ditentukan oleh waktu. Ada yang
berkata,”Oh saya sudah berpuluh tahun menjadi orang Kristen, jadi saya setia
dong?”. Secara waktu setia, tetapi secara kualitas bagaimana? Setia yang mau
dikatakan adalah bagaimana kita dalam keseharian kita semakin dekat dan intim
dengan Tuhan, semakin mengandalkan Tuhan,
semakin mau berdiri dan berjalan di rute yang telah Tuhan tetapkan.
Di dalam kesetiaan dituntut sebuah komitmen. Janji yang
terpatri dalam hati kita. Ketika tahu bahwa kita seorang Kristen, apa komiteman
untuk menunjukkan dan menyatakan bahwa kita sungguh bersyukur kepada Tuhan?
Tuhan mau kita taat. Hanya TAAT! Taat itu sulit. Mengapa susah? Karena tidak
sesuai dengan hati kita. Tidak cocok dengan hati kita. Seharusnya begini,
mengapa begitu? Bisa tidak begini? Kalau orang Jawa berkata,”Jangan nakal. Aku
hanya minta kamu taat.” Ada lirik lagu Sekolah Minggu yang berkata. Susahnya aku taat, lebih mudah tidak taat.
Susahnya ku-diatur. Lebih mudah ku-mengatur. Pilih yang mana? Yang Mana? Yang menyenangkan
Tuhan. Kupilih taat, kumau taat , wajah Tuhan tersenyum.
Minggu depan ada komsel Sekolah Minggu. Tema yang diangkat
tentang hormat dan taat kepada orang tua. Ada proyek , salah satunya sebuah
pertanyaan sederhana yang diberikan. Yang pertama : taat itu susah atau mudah? Yang kedua : hal-hal
apa saja yang di dalam ketaatanmu, kamu siap melakukannya? Artinya orang tua
punya banyak aturan dan kebijakan. Kamu sering taati yang mana, selalu taat
yang mana dan tidak pernah taati yang mana? “Mau taat?” dijawab mau , tetapi sesering apakah taatnya?
Inilah yang menjadi tuntutan Tuhan bagi kita yakni menjadi
taat. Kalau tadi jawabannya “sulit”, maka kita harus berjuang untuk menjadi
taat. Sampai kapan kita berjuang? Selama kita berada di dalam dunia. Setelah meninggalkan
dunia, kita tidak berjuang lagi. Selama di dunia ini kita harus berjuang,
mensyukuri dan hidup taat di hadapan Tuhan.
Kita tahu bahwa dalam kehidupan ini kita tidak terlepas dari
pergumulan. Rasa takut, kekecewaan, ketidakpastian, putus asa dan pergumulan.
Tetapi apapun keadaan yang kita alami, pandanganlah itu sebagai berkat yang
datangnya dari Tuhan. Artinya kesusahan itu juga merupakan berkat yang datangnya
dari Tuhan.
Kita tetap percaya sekalipun banyak tantangan dan pergumulan
tetapi Tuhan akan selalu bersama-sama dengan kita. Walau langit tidak selalu biru,
jalan tidak rata , tetapi penyertaan Tuhan sempurna atas kita. Inilah janji dan
kekuatan yang Tuhan berikan untuk kita. Walaupun nabi dan raja tidak melihat
dan mendengar, tetapi kita bersyukur karena kita bisa melihat dan mendengar
janji keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Ketika kita mau bersyukur,
taat dan setia, maka disiplin rohani itu penting. Dimulai dari sikap kita yang mau
taat (perjuangan bersama).
3.
Tekun berlajar firman Tuhan.
Ini cerminan hidup kita. Kita bisa
melihat apakah yang kita lakukan sesuai Firman Tuhan. Saya berjuang untuk setiap
hari membaca 3 pasal. Sebab moto kita “baca firman itu bukan kewajiban tetapi kebutuhan”.
Makan , minum,, dan tempat tinggal bukan kewajiban tetapi itu semua kebutuhan. Jangan
sisakan waktu untuk Firman, tetapi beri waktu untuk membaca Firman Tuhan. Konotasi
“sisa” sepertinya yang tidak lagi kita gunakan untuk beraktivitas. Tetapi kalau
beri waktu untuk Firman berarti kita punya prioritas untuk Tuhan.
Dalam persiapan Sekolah Minggu saya berkata dan mendorong untuk
membaca Firman Tuhan. Kalau 1 pasal sulit, setidaknya 1 hari membaca 1 ayat
saja. Mari kita bersama-sama berjuang untuk tetap bisa dekat dengan Tuhan. Bukan
seberapa banyak kita sudah membaca tetapi seberapa banyak kita mengerti akan
apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Kita harus tekun berdoa untuk minta kekuatan
dari Tuhan. Kita bersekutu di tempat ini. Inilah yang menjadi pesan firman
Tuhan bagi setiap kita. Saya juga sangat bersyukur kepada tuhan. Dari kemarin sampai
tadi malam, kesehatan saya menurun. Saya mau minta ganti khotbah dengan siapa? Mu-shi sedang pelayanan di kota Padang
sedangkan Ev. Dian akan melayani di Kebaktian Nuansa Muda. Saya mengalami demam
tinggi sehingga semalam tidak bisa tidur dan berkeringat dingin. Saya hanya
berdoa, “Selama khotbah, Tuhan berikan saya kekuatan untuk berkhotbah. Setelah
itu mau sakit tidak apa.” Tetapi saya bersyukur Tuhan memberi kemampuan untuk bisa
berdiri dan menyampaikan apa yang menjadi renungan siang ini. Besok saya akan pergi
ke Bandung bersama mu-shi untuk
peneguhan pendeta, pulangnya Selasa sore pk 16. Pk 18.30 sudah latihan untuk ibadah
Jumat Agung sampai malam. Rabunya, saya akan menyampaikan firman Tuhan di sekolah,
di persekutuan hamba Tuhan-staf dan malamnya khotbah di persekutuan doa. Melihat skedul seperti itu
sepertinya akan melelahkan.
Persiapannya kapan dan waktu untuk diri sendiri kapan? Tetapi
saya beryukur Tuhan selalu memberi sukacita. Bukan sukacita yang besar. Tetapi
melihat bapak-ibu tersenyum di pagi ini , saya sudah bersukacita. Itu menjadi kekuatan,
artinya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain tidak selalu dalam hal-hal yang
spektakuler. Ketika kita mampu untuk bisa membagi diri dan cerita, menyapa dan
membagi senyuman kita sudah membagi kepada orang di sekitar kita. Mari kita mau
taat, bersyukur dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan sampai satu
kali Tuhan berkata,”Mengapa kamu berseru kepadaku ‘Tuhan! Tuhan!’ padahal kamu
tidak melakukan apa yang Aku katakana?” Tetapi kita rindu Tuhan mengatakan, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku
yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan
turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21). Itulah yang menjadi kekuatan kita tatkala kita
boleh berjalan bersama dengan Tuhan.
No comments:
Post a Comment