Pdt. Hery Kwok
Maz 33:6-22
6 Oleh firman
TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.
7 Ia
mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke
dalam wadah.
8 Biarlah
segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap
Dia!
9 Sebab Dia
berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.
10 TUHAN
menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa;
11 tetapi
rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.
12
Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya
menjadi milik-Nya sendiri!
14 dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua
penduduk bumi.
15 Dia yang
membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.
16 Seorang raja
tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong
oleh besarnya kekuatan.
17 Kuda adalah
harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya
tidak dapat memberi keluputan.
18
Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,
kepada mereka yang berharap akan kasih, setia-Nya
19 untuk
melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa
kelaparan.
20 Jiwa kita
menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita!
21 Ya, karena
Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya.
22 Kasih
setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.
Ibrani 11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam
semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah
terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
Pendahuluan
Pada adegan drama yang baru saja
dipentaskan dikisahkan bahwa saat menghadapi kesulitan (kekurangan uang untuk
kebutuhan hidup), pemainnya yang berperan sebagai suami-istri menghadapinya
dengan berserah dan berdoa kepada Tuhan. Lalu tiba-tiba datang seorang kawan
dari sang suami yang menawarkan pekerjaan untuk membuat foto para siswa di sekolah
tempat sang kawan bekerja. Sang kawan juga memberikan uang muka sebagai tanda
jadi sehingga masalahnya teratasi. Melihat drama tersebut sepertinya hidup
beriman itu mudah sekali. Saat kita menyerahkan masalah kita pada Tuhan,
tiba-tiba ada orang yang datang membantu (pertolongan Tuhan luar biasa). Bagi yang
tidak mengenal firman Tuhan, mereka bisa mengatakan pertolongan Tuhan itu
kebetulan belaka. Namun bagi orang-orang percaya , saat menyaksikan cerita seperti
itu apakah iman mereka bisa melihat apakah benar mata Tuhan tertuju pada orang-orang
yang berpengharapan padaNya? Atau kita berada dalam kondisi yang benar-benar
merasakan titik-titik di mana kita berpikir apakah Tuhan benar-benar ada atau
tidak? Kehidupan yang nyata atau realita yang dihidupi adalah sesuatu yang
tidak mudah dalam perjalanan iman kita. Iman kita seringkali berbenturan dengan
fakta atau fakta itu tidak sesuai dengan apa yang dipercayai. Berbicara tentang
tema “Mata Tuhan Tertuju pada Orang yang Takut akan Dia”, kalau dibuat drama
nya sepertinya mudah sekali. Tetapi waktu kita menghadapi, menggumuli, berjalan
dalam percaya bisa jadi kita berada pada titik-titik yang mungkin mempertanyakan
Tuhan memperhatikan (memahami) atau
tidak apa yang sedang kita alami.
Pada
lirik lagu Sekolah Minggu dikatakan “Mata
Tuhan melihat apa yang kita perbuat. Baik yang baik, maupun yang jahat. Oleh
sebab itulah jangan berbuat jahat, Tuhan melihat!”. Lagu ini ingin mengajarkan kita bahwa mata Tuhan
mampu melihat kita berbuat baik tapi sebaliknya kita berbuat jahat. Namun apa
yang kita nyanyikan seringkali tidak kita lakukan dalam perjalanan hidup kita
karena kita tidak mampu melihat apa yang Tuhan lihat. Contoh : saat seorang
siswa sekolah (Kristen atau bukan) sedang ‘kepepet’ sehingga hanya belajar
sebentar lalu mencontek pada waktu tidak mengerti melihat soal ujiannya. Suatu
kali saya bertanya kepada seorang siswa Kristen,”Apakah kamu tidak takut kalau
Tuhan melihat apa yang kamu lakukan?” Dia menjawab,”Saya tidak takut. Saya lebih
takut kalau guru yang melihat.” Jadi mata guru seakan lebih hebat dari mata
Tuhan. Karena sampai guru melihatnya mencontek maka kertas ujiannya akan langsung diambil dan ia pun dinyatakan gagal
dalam ujian. Kalau guru tidak melihat, maka dia merasa aman-aman saja dan
menyerukan puji Tuhan karena tidak tertangkap. Dalam pikirannya,”Mana Tuhan melihat karena
buktinya saya tidak tertangkap saat ujian.” Jadi ukurannya kita selalu melihat
mata Tuhan tidak seperti yang kita bayangkan. Kemarin tanggal 1 Juni 2018 saya makan-makan
di Kelapa Gading dengan seorang jemaat dari GKY. Ia bercerita bahwa anaknya di
Hong Kong mendapat kesempatan magang di sebuah perusahaan Jerman. Sebelum
bekerja ia sudah mengingatkan anaknya agar kalau sedang bekerja di perusahaan
jangan main handphone (termasuk
membalas pesan WA dari pacar) kecuali sedang beristirahat,”Kamu harus ingat bahwa
kamu adalah anak Tuhan”. Contoh lain : di kantor seringkali karyawan lebih
takut dengan mata pimpinan (bos) -nya karena kalau sampai seorang karyawan terlihat bermain
handphone, maka keesokan harinya akan
dipanggil dan diberi Surat Peringatan (SP) pertama dan kalau tetap mengulangi
perbuatannya dan kembali tertangkap maka akan diberikan surat peringatan kedua. Kita lebih takut pada mata manusia daripada
mata Tuhan.
Mata Tuhan Tertuju pada Mereka yang Takut akan Tuhan
Apakah betul mata Tuhan tertuju pada
orang-orang yang takut akan Tuhan? Apakah betul seperti apa yang dialami dalam
drama yang dipentaskan tadi? Apakah betul Tuhan mampu menolong orang-orang yang
berharap kepadaNya (meskipun kita menganggapnya sebagai peristiwa-peristiwa
kebetulan pada saat kita benar-benar mengalami pertolonganNya)? Penulis kitab Mazmur
pasal 33 mengungkapkan beberapa hal untuk menunjukkan ayat ke-18 sebagai bagian
yang luar biasa. Pada Maz 33:18 dikatakan Sesungguhnya,
mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang
berharap akan kasih, setia-Nya. Ayat ini dimulai dari kata “sesungguhnya”
yang bukan merupakan kata sembarangan. Kata ini
menunjukkan adanya elemen “penekanan”. Kata ini juga digunakan oleh Tuhan Yesus dalam
pengertian yang sama pada Matius 18:3, "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.” Di sini Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa engkau harus benar-benar
bertobat. Pemazmur menulis ayat tersebut bukan satu ayat tanpa dasar, bukan satu ayat yang ditulis pemazmur tanpa memahami Tuhan dengan baik. Karena
ada beberapa hal yang dikemukan dalam perikop Maz 33:1-22.
a. Allah adalah
Pencipta Langit-Bumi
Pada Maz
33:1-9 pemazmur mau menyampaikan bahwa engkau
lihat (pandang) langit dan bumi, sesungguhnya yang menciptakan langit dan bumi
adalah Allah. Yang oleh firmanNya Allah menciptakan langit dan bumi dari yang
tidak ada menjadi ada. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa karena iman kita
mengerti, percaya, mengakui bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah. Mengapa
pemzamur mengangkat kejadian alam? Penulis Perjanjian Lama selalu menggunakan
kejadian alam (yaitu langit dan bumi) sebagai contoh konkrit yang menunjukkan bahwa
Allah itu ada. Contoh : Abraham dijanjikan oleh Allah suatu daerah yang
dinamakan sebagai Tanah Perjanjian yang akan diberikan kepadanya dan
keturunannya. Saat berangkat ke Kasdim dengan Sara, Abraham berusia 75 tahun.
Waktu berangkat mereka belum punya anak karena istrinya (Sara) mandul sehingga ia
membawa Lot (keponakannya). Karena ia berpikir mungkin nanti ia yang akan
mewariskannya. Tetapi Allah tidak mau dan berkata bukan Lot melainkan keturunannya
yang akan mendapat Tanah Perjanjian tersebut. Maka pada kitab Kejadian pasal 17
dikatakan bahwa Hagar diambil Abraham sebagai istri tetapi Allah berkata,”Bukan
Hagar, tetapi melalui Sara.” Abraham bingung karena Sara tidak bisa mengandung.
Lalu bagaimana caranya Abraham mendapat keturunan? Ketika itu TUHAN membawa
Abraham keluar dari kemah dan memintanya untuk memandang bintang-bintang di
langit. Waktu ia memandang bintang-bintang di langit, Allah berkata, “Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti
bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini,
dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat (Kej 26:4). Alkitab
mencatat kalimat sederhana: “Lalu percayalah Abaraham”. Penulis Perjanjian Lama
sering menggunakan alam semesta untuk menunjukkan Allah yang sungguh-sungguh
ada dan nyata (bukan isapan jempol atau rekayasa orang). Sehingga pemazmur
dengan berani mengatakan,”Oleh firman Tuhan langit dan bumi dijadikan.” Bumi yang
bagaimana? Bumi yang merupakan tempat kita tinggal dan berfungsi dengan baik
dengan melakukan rotasi mengelilingi matahari. Tidak ada planet yang ada di
alam semesta yang tidak berfungsi baik. Matahari , bulan dan bintang tahu fungsinya
dan tahu kapan harus bersinar. Dalam teknologi yang lebih modern kita dalam
melihat sungguh luar biasa benda-benda bergerak di langit tanpa pernah menimbulkan
tabrakan satu pun. Karena Allah Pencipta Langit-Bumi sudah mengaturnya secara
mengherankan sehingga melihat hal tersebut dikatakan Ia pasti mampu menolong
kita.
b. Allah
mengatur sejarah zaman ini.
Pada Maz
33:10-12 dikatakan bahwa Allah bukan saja pencipta langit-bumi tapi Dia juga
mengatur sejarah zaman ini. Sejarah barang-bangsa ada di tangan Allah dan tidak
terjadi tanpa melalui campur tanganNya. Seluruh kejadian yang ada tidak pernah
tanpa seijin Allah ada. Dalam Perjanjian Lama ada nubuatan-nubuatan yang
disampaikan nabi-nabi Allah tentang kerajaan-kerajaan yang muncul, hancur,
tenggelam lalu muncul lagi lalu nubuatan-nubuatan tentang raja-raja yang ada,
tidak ada dan diberikan kepercayaan dan raja yang diangkat kepercayaanNya oleh
Allah. Allah tidak pernah berhenti dalam sejarah masa lalu, tetapi terus
menyertai dalam sejarah yang ada di depan. Pemazmur mengatakan bahwa Allah
pencipta langit dan bumi, Dia juga mengatur jalannya sejarah ini. Lengsernya Pak
Soeharto bukan saja diakibatkan oleh demo mahasiswa tapi Allah yang bergerak di
dalamnya untuk menentukan siapa yang tumbang dan siapa yang bangkit. Mau diakui
atau tidak, Alkitab berbicara dalam ayat yang luar biasa bahwa Allah
menggagalkan rencana bangsa-bangsa. Rencana Allah tetap dan rancangan hatiNya turun-temurun.
Waktu bangsa Israel dibuang ke Babel , Nabi Yeremia menulis surat kepada orang
Israel di pembuangan, “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah
firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).” Rancangan Allah damai sejarah dan diminta
untuk diikuti sehingga mendapat damai sejahtera. Tetapi bangsa Israel tidak mau
taat karena mereka tidak mau mengaku bahwa Allah ada dalam sejarah bangsa
Israel. Ia adalah Allah yang menggerakan dan memegang sejarah ini bahkan Dialah
Allah yang kelak akan memusnahkan sejarah ini saat langit dan bumi semuanya
hilang lenyap. Kekuatan ini yang dilontarkan pemazmur menjadi alasan bahwa Mata
Tuhan selalu benar-benar sanggup melihat kita.
c. Tuhan
memandang dari sorga
Pada Maz
33: 13-14 dikatakan TUHAN memandang dari
sorga, Ia melihat semua anak manusia;
dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang
membentuk hati mereka sekalian. Saya dan
shi mu terkadang pergi ke mal dan sesampai di mal kami terpisah. Saya dan shi mu dengan tujuan masing-masing. Saya
terkadang mau temani dan terkadang tidak karena perempuan saat memilih barang suka
lama. Contohnya saat mau membeli satu sepatu , saya menunggunya saat meneliti warna
,bahan, haknya dan lain-lain sehingga
memerlukan waktu yang lama. Berbeda dengan laki-laki yang tidak kemauan seperti
perempuan. Kalau shi mu menemani saya membeli celana, tinggal saya membeli
tidak dan saya tinggal menyetujui saja. Sedangkan shi mu saat memilih akan
melihat lagi kantong celana saja bisa lama. Sedang saya, kalau mau yang mana,
tinggal saya hampiri. Beda dengan shi mu yang kreatif saat melihat satu celana
lalu pergi dari satu toko ke toko yang lain sehingga saat sedang ramai mencari
shi mu susah. Meskipun saya ingat pakaian yang dikenakan dari rumah (walau
terkadang tidak ingat juga). Karena sudah lama mencari tapi ketemu, lalu saya
memakai handphone untuk menanyakan
keberadaannya tapi tidak dijawab. Setelah menunggu 5 menit tidak dijawab, lalu 10
menit tidak dijawab dan terakhir baru 30 menit juga belum dijawab. Setelah satu
jam baru dijawab. Saya bertanya, “Kamu dimana?” Rupanya ia sedang asyik berbelanja dan saya tidak mampu
melihatnya dalam keramaian orang yang jumlahnya tidak banyak. Waktu membaca
ayat ini (Allah memandang dari sorga, seluruh manusia di bumi) saya menyadari
bahwa Ia sanggup melihat seluruh manusia di bumi. Kalau Dia sanggup melihat seluruh
manusia di bumi, di ayat 18 kita masuk ke dalam scope yang panggil kecil, “Sesungguhnya
mata Tuhan tertuju pada mereka yang takut akan Dia.” Dia sanggup melihat apa
yang menjadi pergumulan kita yang paling
dalam. Sehingga pemazmur ingin mengatakan kepada kita bahwa kebenaran tentang
Allah dalam kedaulatanNya : Ia pasti memelihara umatNya dengan baik meskipun caraNya
tidak mungkin kita bisa selami secara sederhana. Namun akhirnya Tuhan sanggup
menolong dengan caraNya. Dia sanggup karena Ia Allah yang benar-benar
memperhatikan dengan baik. Ada 2 kata yang menarik dalam ayat 13 dan 18 yaitu “Ia
yang membentuk dengan hati” (ayat 13) dan “Ia yang mataNya melihat kita” (ayat
18).
Dalam perjalanan
pernikahan kami selama lebih dari 20 tahun ternyata hati shi mu tidak dapat saya mengerti sedalam-dalamnya. Terkadang bangun
tidur ia langsung cemberut atau cengengesan, saya tidak mengerti. Sebaliknya kalau
shi mu melihat raut wajah saya yang sedang tertekuk terus selama seminggu lalu bertanya,”Mengapa
susah?” Hati kita biar orang terdekat sekali pun tidak tahu. Demikian saat
pasangan suami-istri mencari pasangan dengan handphone akan berbeda. Saat
mu shi pergi ke luar kota dan shi mu telpon untuk bertanya, “Kamu ada di
mana?” dan bila saya menjawab sedang makan dengan majelis, maka hatinya akan
tenang (aman suaminya karena bersama majelis dan sedang makan). Tetapi kalau suami
yang telpon dan bertanya,”Shi mu
sedang di mana?” lalu dijawab,”Saya sedang CP” maka kalau perlu pertemuannya kita
pindah ke CL. Rasa ketidakmampuan saya ditolong oleh handphone dengan tujuan berbeda. Allah sanggup melihat hati kita
karena Dia yang membentuk manusia. Saya benar-benar terpesona dengan ayat
ini. Saat saya merenungkan ayat ini,
saya mendapatkan bahwa Tuhan tahu hati saya. Hati saya sedang bergumul tentang
anak, jodoh, menantu dll, Tuhan tahu semuanya. Kemampuan itu dilihat pada ayat 18,”MataNya
tertuju pada mereka yang takut akan Dia dan berharap pada kasih setiaNya” bukan
berharap kepada dunia dengan kekayaannya, kuda dengan kemampuannya atau
pahlawan dengan kegagahannya tetapi dalam pengharapan kepada Allah. Kemarin para
pemuda mengadakan suatu pertemuan berbicara tentang saham dari pk 10-16. Saya
cukup salut dengan mereka karena tidak bergeser duduk di bangku untuk
memperhatikan tentang saham. Padahal kalau sedang ibadah mendengar khotbah
selama 30 menit, hati sudah gelisah menunggu kapan khotbahnya selesai.
Sedangkan mendengar saham kalau bukan matahari akan tenggelam mereka tetap
tidak beranjak! Saya hanya bicara hanya 5 menit sudah bingung mau bicara apa.
Saya senang bila anak muda bisa kaya karena bila tidak akan menyusahkan diri
sendiri, keluarga dan bahkan gereja (susahkan semua orang). Kalau ada jemaat
memiliki kemampuan uang saya senang. Lukas mencatat saat melayani , Yesus dibantu
oleh perempuan-perempuan kaya salah satunya istri bendahara negara seperti
Antipas yang dengan kekayaannya melayani Tuhan. Saya tidak anti dengannya dan
terkadang saya melihat perkembangan zaman tapi saya sesuaikan dengan firman
Tuhan. Saya sampaikan boleh mencari uang dan kaya tapi jangan berorientasi pada
uang karena ini berbahaya (hati kita lebih terpincut dengan yang kelihatan). Mata
Tuhan tidak kita lihat tetapi waktu kita melihat ke harta kekayaan, hati kita
lebih cenderung ke sana. Pemazmur mengatakan kalau mata Tuhan tertuju maka Allah akan mengasihi orang-orang yang berharap
kepadaNya dan bukan orang-orang berharap pada kekuatan dunia ini.
Dari
Senin-Rabu kemarin (28-30 Mei 2018) saya sedang mengikuti rapat tahunan Yayasan
Kalam Kudus Indonesia yang membawahi Sekolah Kristen Kalam Kudus di hotel Grand
Tjokro selama 3 hari. Saya ikut sebagai peserta karena saya adalah anggota BPH
sinode, sehingga walau tidak mengerti tentang pendidikan saya ikut hadir. Saya memperhatikan
bagaimana perjalanan dan perkembangan sekolah. Saat sedang duduk-duduk mengikuti
rapat, tiba-tiba lampu HP saya nyala. Ternyata ada satu pesan WA yang masuk
dari seorang jemaat yang pernah saya layani. Ia bertanya tentang rencana
perjalanan misi ke NTT, saya bertanya,”Apakah kamu mau ikut?” Dia menjawab,”Tidak
bisa ikut karena mau menghadiri seminar dari hillsong di Australia. Tetapi bolehkah
saya ikut membantu?” Saya pun mempersilahkannya. Dia bertanya tentang apa yang
dibutuhkan. Saya menginformasikan bahwa telah banyak hal yang Tuhan tolong , namun
bila ia ingin membantu dapat dilakukan untuk menyediakan dana untuk orang-orang
yang mau ikut tapi kurang mampu. Akhirnya ia mau membantu mensponsori 2 orang
yang mau ikut. Saat kita sedang duduk, kalau Tuhan mau kasih rejeki maka Tuhan
akan berikan. Saya teringat pada Maz 127
dikatakan Ia memberikan kepada orang-orang yang dikasihi saat tidur. Ini bukan
berarti orang Kristen malas tetapi Alkitab mau menjelaskan melalui kalimat-kalimat
yang sangat ekstrim sekali pun. Saat kita sedang duduk atau
tidur pun kalau Allah mau kirim rejeki maka Dia akan mengirimnya. Dalam kesimpulan akhir drama yang
dipentaskan tadi ingin disampaikan bahwa Allah yang matanya tertuju sanggup
menolong kapanpun waktunya dan dengan cara bagaimana pun. Tetapi Dia menolong bukan
kepada orang yang tidak berharap, tetapi kepada orang yang berharap dan berseru
padaNya dan itulah orang yang Allah kasihi yaitu orang yang beriman kepadaNya.
Memasuki bulan yang ke-6,
kita mungkin mengalami kesulitan. Mungkin tidak ada uang sekolah untuk
anak-anak dan angka dalam tabungan sangat krisis. Demikian juga dengan gereja
yang mengalami banyak masalah. Saya bertanya saldo di bank kepada bendahara
majelis, ternyata saldonya sangat sedikit sekali. Angkanya negatif. Kalau
bicara tentang tabungan dan angkanya sedikit maka betul kita berpikir tentang
bagaimana pembangunan gereja. Tetapi waktu melangkah dengan iman dan berharap,
maka Tuhan bisa gerakan dan pakai siapa saja. Jadi manusia jangan sombong.
Kalau tidak mau melayani Tuhan, maka Tuhan bisa pakai yang lain. Allah itu
hidup dan mataNya melihat kita. Dia tahu hati setiap kita. Kalau kita jahat,
istri mungkin tidak tahu tapi Tuhan tahu. Itu kebenaran yang harus kita pegang
kuat-kuat. Kebenaran itu berdampak 2 hal :
1. Jangan hidup
sembrono di hadapan Tuhan.
Kita mau menipu
istri / suami atau orang tua, Tuhan tahu. Ada anak yang membuka buku pelajaran saat mamanya membuka pintu kamarnya,
namun setelah pintu ditutup ia menutup buku tersebut dan kembali bermain game.
Itu tipuan kelas teri tapi Tuhan tahu. Lalu mama bercerita kepada papa, “Anak
kita rajin. Puji Tuhan. Kita bersyukur!” padahal anaknya sedang bermain game.
Tuhan tahu saat kita menonton blue film
walau tidak ada yang tahu tapi Tuhan tahu. Kalau kita berbuat apa Tuhan tahu. Jangan
pernah bermain-main dengan Tuhan karena mataNya
tertuju. Waktu tertuju maka bila kita bersembunyi di mana pun seperti pemazmur
pada pasal 139 mengatakan “Aku terbang ke tempat yang paling tinggi, Dia ada di
sana. Aku pergi ke dunia yang paling dalam Ia ada di sana.” Pemamur menyerah
dan berkata,”Tuhan Engkau tahu segala sesuatu”. Itu mata Tuhan.
2.
Mata Tuhan yang tertuju memberi pengharapan. Jangan
pernah takut , kecewa atau merasa putus asa ikut Tuhan. Pegang dalam iman kita.
Kemarin
saat renungan, saya ditegur waktu membaca kitab Lukas. Yohanes Pembaptis di
penjarakan Raja Herodes karena Yohanes
pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
(Matius 14:4). Di penjara ia mendengar apa yang dilakukan oleh Yesus, lalu mengutus murid-muridnya
bertanya,” Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang
lain?"(Matius 11:3). Yesus
menjawab mereka: "Pergilah dan
katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan,
orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan
kepada orang miskin diberitakan kabar baik.
Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
(Matius 11:4-6) . Tuhan Yesus sebenarnya bisa saja menjawab ke murid-murid
Yohanes,”Aku orang yang akan datang” tetapi Yohanes bisa berkata, “Mana
buktinya?” Saya dibukakan dengan tafsiran yang bagus. Waktu ia membaptis Yesus dia
mengatakan,: Kemudian dari padaku akan
datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal
Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia
dinyatakan kepada Israel." (Yohanes
1:29-31). Dalam konsep Yohanes Pembaptis, ia menyakini Yesus akan datang
seperti apa yang disampaikannya. Tetapi Yesus datang dengan menyampaikan kabar
baik dan menyembuhkan orang sakit. Tetapi Yesus ingin mengatatakan ke Yohanes, “Jangan
kamu kecewa.” Memang saat ini Ia tidak melakukan penghakiman, tetapi Ia adalah
hakim yang agung. Ia berkata kepada Yohanes, apa yang kamu nubuatkan tidak
salah. Karena Yesus nanti akan menjadi hakim. Tetapi Yesus datang untuk membuka
lembaran yang baru bahwa apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya,”Ia mencelikkan
mata orang buta, membuat orang lumpuh berjalan, menghidupkan orang mati dan
memberi kabar baru kepada orang-orang
susah” itulah babak baru yang sedang dijalani oleh Tuhan Yesus dan nanti di penghujung Ia jadi hakim yang
menghakimi. Jadi kamu jangan kecewa kalau Aku belum lakukan apa yang engkau
nubuatkan. Waktu membaca ayat ini (engkau jangan kecewa) saya sangat
terberkati. Mata Tuhan tertuju. Hari ini mungkin kita kecewa sepertinya Tuhan tidak
menolong saya, Tuhan tidak memberi jalan keluar atau sepertinya Dia diam 1.000 bahasa. Jangan kecewa
karena mataNya tetap tertuju pada kita. Kapan dan dengan cara bagaimana adalah
urusan Allah karena Ia adalah Allah yang berdaulat karena Ia mampu mengurus kita
dengan baik.
No comments:
Post a Comment