Ev. Antoni Samosir
1 Pet 5:6-7
6 Karena itu
rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu
ditinggikan-Nya pada waktunya.
7 Serahkanlah
segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Pendahuluan
Tema renungan hari ini adalah “Allah
Memelihara : Serahkanlah Kekuatiranmu!” Pada Matius 6:19-34 saat menyampaikan khotbah
di bukit, secara khusus Yesus mengajarkan para pendengar dan murid-muridNya (termasuk
kita) tentang apa yang menjadi prioritas atau fokus terutama dan tertinggi dari
seorang murid Yesus yang radikal (otentik). Yesus mengetengahkan tentang 2 hal
kekayaan : kekayaan duniawi dan surgawi, dua jenis mata : mata tunggal dan mata
ganda (mata tunggal berbicara tentang mata yang berfokus pada Allah dan mata
ganda adalah mata yang penuh kekuatiran karena ia tidak berfokus pada satu arah
alias fokusnya terlalu banyak), dua tuan yaitu Allah dan mamon (bahasa Aram, dewa harta) dan
ditutup dengan pernyataan yang sangat luar biasa “Carilah dahulu kerajaan Allah,
maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Sebuah penutup yang sangat agung! Khotbah
Yesus ini hendak mengajar para muridNya untuk berfokus pada siapa di dunia ini.
Bila fokus pada Allah maka kita akan hidup sesuai cara pandang, tuntunan dan
arah Allah, tapi bila fokus bercabang pada hal-hal di dunia ini, maka kita
tidak bisa memandang kepada Allah dan seringkali kita bersahabat dengan
kekuatiran dan kecemasan. Itu sebabnya pada ayat 26-30, Yesus katakan,”Jangan
khawatir pada apa yang kamu makan, minum dan pakai”. Perkataan ini bukan berarti seolah-olah Yesus tidak
tahu kebutuhan kita. Yesus ingin mengajarkan suatu prinsip yang sangat tegas
yaitu kalau Allah membuat tubuhmu masa Dia lupa memberikan baju-baju? Kalau
Allah membuat mata , tangan, jantung , hati dan perut masa Dia lupa memberikan
makanan yang menopang seluruh kinerja tubuh kita? Masa Allah lupa memberikan
kita minuman? Yesus mengingatkan hal ini dengan ilustrasi yang sederhana, Pandanglah burung-burung di langit, yang
tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu? (Matius 6:26).
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa
memintal (Matius 6:28). Lihat di
sana tidak disebut “bapak burung” atau “bapak bunga bakung” tetapi hanya satu
yang dibicarakan yaitu “Bapamu yang di surga”. Kalimat ini menunjukkan bahwa
Yesus ingin membukakan kepada para murid agar fokus pada “Bapa di surga”. Tidak
pernah dikatakan “ bapak atas bunga bakung” atau “bapak atas burung” tetapi
“Bapamu yang di surga”. Itu menunjukkan relasi yang intim.
Satu prinsip dasar dari seorang
murid adalah bagaimana fokus kita tertuju pada Allah, relasi yang akrab dan
tunduk pada Allah menunjukkan fokus hidup seorang murid Kristus yang sejati.
Rasul Petrus ingin mengingatkan jemaat (orang percaya) di Asia Kecil yang penuh
penderitaan, dianiaya (baik oleh pihak asing yang tidak percaya kepada Kristus)
dan penderitaan mereka sangat berat sehingga Rasul Petrus menulis surat kepada mereka secara
bersamaan agar mata mereka tertuju kepada Allah dan prioritas hidup mereka tidak boleh tergoyahkan
hanya karena mereka menderita sakit dan penganiayaan badaniah sekalipun tetapi
harus tetap memandang kepada Allah yang menjadikan , menyelamatkan dan
senantiasa memelihara iman percaya mereka. Nasehat Rasul Petrus ditujukan pada
jemaat di sana.
1 Petrus 5: 1-4 adalah nasehat Rasul
Petrus kepada para panatua (pendeta, hamba Tuhan dan majelis) : kiranya mereka sebagai
pemimpin gereja harus hidup dalam keteladanan. Kalau dikaitkan dengan
kekuatiran setidaknya mereka hidup menjadi orang-orang yang meneladani bagaimana
berfokus pada Allah tidak menguatirkan hal-hal di dunia ini. Jangan sampai
menggembalakan dan melayani orang demi mencari keuntungan karena merasa kuatir
dengan hidup ini dan jangan sampai memanipulasi jemaatnya. Ini nasehat keras
dari Rasul Petrus kepada pemimpin gereja. Ayat 5-11 nasehat Rasul Petrus kepada
seluruh jemaat agar mereka senantiasa merendahkan diri di bawah tangan Tuhan
yang kuat. Maksud “tangan Allah yang kuat” bicara tentang seseorang yang menyelesaikan
sebuah pekerjaan demi tujuan / rencanaNya (Allah mengerjakan tujuan dalam setiap
orang percaya untuk mengerjakan pekerjaan baik demi kemuliaan Allah). Meskipun
menghadapi penderitaan, pergumulan, sakit penyakit, kesulitan ekonomi sekalipun
tujuan dan rencana Allah bekerja dalam setiap anak dan orang percaya kepadaNya.
Sehingga tidak heran setiap orang percaya dan murid Tuhan di setiap tempat dan
abad, walau menghadapi persoalan dan penderitaan tetap pekerjaan dan tujuan Allah tidak pernah berhenti. Allah terus
menggenapkan (menyelesaikan) - nya sampai Tuhan Yesus datang ke dua kali
(selesai semuanya). Kalau kita diperhadapkan dalam situasi dan sedang bergumul
dalam hidup ini, ingat tangan Tuhan yang kuat sedang mengerjakan tujuanNya
dalam hidup kita. Dalam diri kita Tuhan sedang melakukan pekerjaan yang baik.
Ini nasihat singkat yang diberikan Rasul Petrus kepada 5 jemaat di Asia Kecil. Apa yang disampaikan
Yesus pada khotbah di bukit dan nasehat Rasul Petrus (dan Rasul Paulus)
merupakan satu kesatuan yang utuh yaitu agar semua murid Tuhan memiliki
prioritas untuk memadang kepada Allah.
Sikap dari Murid Kristus yang Berfokus kepada Allah
1. Kita
meyakini Allah yang memelihara orang- orang percaya dari kekekalan sampai
kekekalan.
Pada ayat 7b, kata “memelihara” berbicara bahwa Allah
memperhatikan dan memberi minat kepada orang-orang percayaNya dan Allah itu peduli
kepada umat pilihanNya dan orang-orang percayaNya. Ketika merancangkan umat
tebusanNya dalam dimensi kekekalan, Allah rancangkan, ciptakan ,pelihara dan
selamatkan dalam satu nama yaitu Yesus Kristus. Dalam pribadi inilah mengapa kita
dirancang dan diciptakan , dipelihara, diperhatikan dan dipedulikan Allah karena
ada Kristus anakNya. Efesus 2:10 Kita diciptakan dibuat dalam Kristus untuk
melakukan pekerjaan yang baik. Karena ada Kristus itulah yang membuat Allah
memandang dan memberi perhatian pada kita. Jadi kalau ditanya mengapa Allah
memberi perhatian kepada kita bukan karena kita baik, rajin beribadah dan
pelayanan atau banyak memberi sumbangsih pada gereja dll tapi karena ada Kristus.
Dalam teonomy jelas bahwa Allah memutuskan bahwa Yesus ,yang menjadi anak
tunggal itu dan dasar mengapa orang percaya yang ditebusNya, diberi perhatian
dan minat yang sangat tinggi oleh Allah. Dengan demikian tidak heran Yesus
mengajarkan agar kita harus berfokus padaNya. Dari atas fokus kepada bawah dan kita
yang ada di bawah berfokus pada Dia yang di atas. Inilah ikatan perjanjian. Itu semua karena Kristus,
anak Allah yang diberikan pada kita. Kalau sampai kita bergumul dan menderita
karena iman kepada Kristus dan Tuhan mengijinkan kita mati teraniaya maka orang
tersebut tidak pernah tidak berfokus pada Allah yang menciptakan, merancang dan
terus menguatkannya. Ia akan selalu memandang pada Allah. Kata “memelihara” di
sini bukan saja berbicara tentang makanan, pakaian dan masalah kita Tuhan
bereskan atau berikan solusi tetapi Allah memelihara sampai kepada kekekalan. Karena
Ia mencipta dari sejak kekekalan dan Ia paling
tahu apa yang kita perlukan.
Ada seorang majelis yang bertanya, “Mengapa khotbah
tidak menjawab kebutuhan kita?” Saya tanya balik kepadanya,”Di gereja yang
hadir beribadah 100-200 orang. Coba didaftarkan kebutuhan mereka masing-masing.
Kalau satu orang saja punya 100 kebutuhan, masa dalam waktu 40-60 menit bisa
menjawab seluruh kebutuhan mereka?” Ini perlu dibalik, jemaat harusnya diajarkan
untuk kembali memandang Allah yang paling tahu kebutuhan kita yang paling
mendasar. Saya tantang dia dengan satu pertanyaan, “Apa yang menjadi kebutuhan manusia?”
Dia menjawab,” Sebagai businessman ,
saya perlu usaha saya berjalan lancar, berhasil dan dapat untung terus (tidak pernah
rugi). Bagi Bapak sebagai hamba Tuhan yang diperlukan adalah tubuh yang sehat.”
Saya menjawab,”Tidak! Kebutuhan yang Allah paling tahu dan kita perlukan adalah
satu yaitu penerimaan dan pengampunan.” Itu sebabnya mengapa Yesus tidak datang
sibuk mengurusi hal-hal jasmaniah (rumah kecil , usaha tidak lancar, fisik
begitu lemah, tidak kerja), bukan itu tetapi Yesus mengurusi spirit (jiwa) kita
yang sangat berharga. Bagaimana kita mengaitkan prinsip ini dengan kebutuhan
hidup jasmaniah kita sehari-hari? Kalau kita datang untuk mendengar khotbah untuk
memelihara kebutuhan hidup sehari-hari, kata “memelihara” itu bukan fokus pada
hal tersebut tetapi lebih kepada spiritualitas kita di hadapan Tuhan. Bagaimana
rasa haus dan lapar kita di hadapanNya? Bagaimana jiwa kita hancur karena dosa hingga
tidak bisa memandang kepadaNya? Terhalangi oleh karena kita lebih fokus kepada
diri kita daripada kepada Dia?. Bagaimana relasi kita yang intim dengan Bapa Sorgawi?
Bagaimana kecintaan kita kepada Kristus, Anak Allah yang terkasih yang sampai menjelma
dalam diri kita ini? Itu yang diajarkan kepada 5 jemaat tersebut dan kita.
Kalau Allah tidak pernah salah merancang maka Dia juga tidak pernah salah memelihara
kita dan kebutuhan hidup kita sehari-hari. Tinggal yang Allah tuntut dari kita
sekarang apakah hati, jiwa dan bahkan raga diberikan kepadaNya dan memandang
kepadaNya? Pemeliharaan Allah tidak hanya bersifat di dunia ini tetapi sampai
kekekalan. Itu juga yang disampaikan oleh Rasul Petrus. Ayat ke 1 mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan
dinyatakan kelak itu bicara kekelana. Ayat
ke 4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota
kemuliaan yang tidak dapat layu. Itu juga bicara tentang pemeliharaan yang
kekal. Ayat 10 Dan Allah, sumber segala
kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya
yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu,
sesudah kamu menderita seketika lamanya. Ini bicara tentang pemeliharaanNya
yang kekal. Kalau Allah merancang kita dari kekekalanNya, pasti Ia akan terus menuntun
kita sejak di dunia ini sampai kembali kepada kekekalan. Dari kekekalan sampai
kekekalan, dari kemuliaan sampai kepada kemuliaan, itu pemeliharaan Allah.
Kalau kita hanya sibuk , mau percaya kepada Tuhan hanya untuk urusan daging sehari-hari
di dunia ini saja dan tidak bisa mau berpikir jauh pada kekekalan berarti kita
belum berfokus pada Allah dan kita belum menjadi murid Kristus yang radikal.
Yesus ketika hadir sebagai Anak Allah, tidak pernah berpikir tentang kenyamanan
diriNya, ia hanya memandang BapaNya di sorga. Ia tahu bahwa Bapaknya tidak
pernah jauh dariNya dan tidak pernah tidak memeliharaNya. Ini saatnya ,
anak-anak Tuhan yang ditebus Kristus dan dibentuk sekarang serupa denganNya, dibawa
untuk serupa dengan Yesus yang percaya pada pemeliharaan Bapa di surga bukan
saja untuk kebutuhan hidup sehari-hari tapi termasuk juga jiwa kita hingga
sampai kepada kekekalan.
Seorang keponakan perempuan saya meninggal setahun
lalu. Ia siswa kelas 2 SMA (usia 16 tahun). Saat bermain volley ,tangan kirinya
sakit. Karena dikira keseleo, tangannya dipijat agar sembuh. Ternyata tangannya
malah membengkak dan terlihat semakin aneh. Warna bengkaknya pink. Kemudian mulai muncul bintik
bernanah yanag dikira bisulan karena ia suka makan telur. Semakin lama semakin
aneh karena tubuhnya semakin lemah. Setelah dibiopsi ternyata diketahui bahwa ia
menderita kanker tulang. Sewaktu mendengarnya, saudara perempuan saya yang
menjadi mamanya menangis setiap hari. Anaknya itu adalah anak tunggal dan dalam
bayangannya pasti tidak lama lagi akan meninggal. Dokter yang menanganinya menyarankan
agar dua jarinya diamputasi , namun semakin menjalar bahkan tangan kirinya menjadi
seperti tangan monster. Kankernya menjalar ke payudara dan ke baigan belakang
sehingga punggungnya borok. Hampir 2
tahun ia mengalami sakit yang sangat. Awalnya keponakan saya berdoa, “Tuhan
beri saya kesembuhan kalau Engkau menghendaki karena saya mau kuliah.” Ia memang
ingin sekali kuliah di Yogya. Tapi cara Tuhan ajaib, bukan tubuh tapi hatinya
yang disembuhkan . Selama 2 tahun ia menikmati Tuhan. Kami yang di Sumatra yang
memelihara dan menjaganya memperhatikan bagaimana ia sangat mencintai Tuhan.
Sebelum meninggal setahun lalu ia minta diadakan persekutuan dengan para pemuda,
ia ingin menyanyikan 13 lagu pujian. Saat itu ia tidak bisa duduk (hanya
tiduran). Tubuhnya penuh borok dan dokter angkat tangan serta berkatakan,”Sudah
tidak bisa lagi!”. Sebelum meninggal, ia berkata, “Mama, waktuku tidak lama
lagi, aku akan bertemu dengan Yesus. Mama tenang saja di sini. Kalau mama merasa
tidak punya anak lagi masih ada sepupu saya dan keponakanmu, jadikanlah mereka
anakmu. Mama tidak perlu khawatir saya akan tenang bersama Tuhan.” Ia meninggal
dengan penuh damai. Yang saya renungkan dari kepergiannya bukan bicara tentang
sakitnya, tetapi bicara tentang Allah yang hebat memberi iman ke seorang
anakNya sampai meyakini pemeliharaan Allah yang kekal. Ia tidak bicara
kesembuhan fisik tapi hati yang terus dekat dengan Tuhan. Saat dipanggil ia
siap. Kalau kita hanya menganggap Allah itu sebatas Tuhan yang harus memuaskan
kebutuhan jasmaniah sehari-hari, kita tidak pernah menempatkan Dia sebagai Tuhan
, tetapi kitalah sebagai tuannya yang mengatur Tuhan seperti yang kita mau.
Kalau kita tempatkan Dia sebagai Tuhan dan kita hambanya dan ciptaanNya maka
kita harus siap dikontrol olehNya. Bukan seperti apa yang kita mau tetapi
seperti apa yang Dia mau. Baru kita akan mengerti apa artinya Allah yang memelihara
kita.
2. Serahkanlah
segala kekuatiaramu kepadaNya
Sejak kekekalan sampai kekekalan kita dipelihara oleh
Nya, jadi tidak perlu kuatir akan apa yang terjadi di dunia ini. Itu sebabnya
Rasul Petrus mengingatkan 5 jemaat tersebut (dan kita saat ini) untuk menyerahkan
kekuatiran kepada Dia yang memelihara kita. Kata “serahkanlah” berarti melempar
dan meletakkan pada yang peduli yaitu Allah yang menciptakan dan memelihara. Kata
“Kekuatiran” bicara tentang terbagi. Satu bagian terpisah dari keseluruhan
(terpecah-pecah). Tidak fokus pikiran dan pandangannya pada satu tujuan (sangat
berantakan), beragam sekali pandangannya sehingga membuat tidak bisa berfokus
pada satu hal. Ini yang juga disampaikan Yesus ketika khotbah tentang mamon dan
Allah. Bicara tentang mata ganda artinya orang yang tidak bisa fokus pada Allah
(pandangan orang ini banyak sekali) , itulah yang menimbulkan kekuatiran demi
kekuatiran pada hidupnya. Jadi yang menyebabkan kekuatiran dalam hidup kita
adalah tatkala kita tidak lagi berfokus pada Allah dan tidak menyerahkan
segenap hidup kita ini kepadaNya, maka ‘sahabat’ baik kita adalah kekuatiran. Itu
akan ada selalu dalam hidup kita. Apakah salah kalau kita kuatir? Yesus berkata
dengan tegas, “Janganlah kamu kuatir.” Itu sangat tegas artinya tidak ada satu
ruang kecil sekalipun dalam diri orang percaya untuk kuatir kepada Allah. Perkataan ini seakan-akan enak sekali. Mungkin
saat kita sedang bergumul, maka lagu “El Shaddai” tidak mudah dinyanyikan.
Yesus yang berkata tentang tidak kuatir tentang apapun juga Dia memberi contoh
bagaimana anak manusia tidak kuatir karena ia meletakkan seluruh hidupNya pada
yang peduli itu yaitu Bapa di surga. Mungkin kita berkata, “Bagaimana dengan
kejadian pada bangsa kita yang baru-baru saja terjadi?” Kita kuatir dengan kenyamanan,
keamanan ,ekonomi, kesehatan, pasangan, anak-anak kita yang kecanduan
(teradiksi) pada gawai. Baru kemarin saya bertemu dengan jemaat yang berkata
bahwa anaknya (siswa SMP) sangat teradiksi dengan gawai. Saat sedang bicara ,
ia tidak menatap orang tuanya tetapi gawainya. Rupanya cara ia mendidik anak
itu sangat membolehkan hal itu. Sehingga tidak heran, inilah yang dihasilkan. Untuk
mengubahnya sekarang susahnya luar biasa. Maka harus dimulai sejak kecil.
Kuatir kalau anaknya anti-sosial (di sekolah ia sudah dicap anti sosial). Anak
saya yang satunya suka bicara, bawel sehingga gurunya menulis dalam buku rapotnya
bahwa anak Bapak-Ibu bawel , tidak bisa tenang di kelas. Sehingga ia berkata,”Saya
kuatir dengan anak-anak saya.” Macam-macam bentuk kekuatiran. Matthew Henry (1662-1714)
juga menafsirkan seluruh kekuatiran untuk menunjukkan bahwa semua orang memiliki
banyak sekali kekuatiran termasuk hamba Tuhan dan para pemimpin gereja. Ini
akan terjadi kalau kita tidak berfokus pada Allah dan kita tidak berakar –
bertumbuh di dalam Kristus. Akibat dari kekuatiran yang melingkupi kita bahayanya
luar biasa. Matius 13:22 kekuatiran dunia
ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Kekuatiran yang beragam dan sangat besar itu termasuk tipu daya kekayaan akan
mendesak keluar setiap kebenaran Firman Tuhan agar tidak bertumbuh dalam diri
kita. Firman yang didengar dibuang jauh sehingga membuat hidup kita tidak bisa
berbuah. Maksudnya hidupnya tidak bisa bernilai dan berharga. Hidupnya tidak
bisa memandang kepada Allah bahkan hidupnya tidak berdampak kepada orang lain dan
hidupnya jahat bagi orang lain. Hidupnya tidak bisa membawa damai Tuhan di
tengah komunitasnya, menjadi bengis, sinis, jahat terhadap orang lain dan memanipulasi
orang lain. Kalau ada orang di sekitar kita dengan karakter deformis seperti
itu (memanipulasi orang, bengis, jahat untuk kepentingan pribadi) pasti dia dihimpit
kekuatiran dan tipu daya kekayaan. Untuk mencapai apa yang dia inginkan dia pakai
banyak cara bahkan kepada orang-orang yang terdekat sakali pun. Mengerikan
kekuatiran tersebut. Sehingga Yesus berkata kepada para muridNya, “Jangan kamu
kuatir!” Kekuatiran itu menghimpit. Bukan bicara tentang apa boleh atau tidak
tentang kekuatiran. Tapi kalau kita tahu sekarang bahwa Tuhan yang menjadikan
kita tahu segala kebutuhan kita, mengapa masih bersahabat dengan kekuatiran itu?
Letakkan segala kekuatiran kita padaNya yang empunya kehidupan ini maka kita
akan kagum akan Dia. Satu persatu cara persatu cara Tuhan dinyatakan. Mengapa
banyak orang cari jalan pintas? Karena tidak mau mengikuti waktu dan cara Tuhan
yang terkesan lama dan tidak masuk akal!
Ini bahaya! Ketika penderitaan mengancam 5 jemaat di sana, Rasul Petrus
tahu mereka bisa tawar hati dan tidak sanggup memikulnya. Maka ia harus
mengingatkan mereka bahayanya kekuatiran dan menyerahkan semuanya pada Kristus.
Oswald Chambers (1874-1917) , dalam renungannya “My Upmost for His Highest”
menuliskan Tuhan kita menunjukkan bahwa dari sudut pandangNya sungguh tidak masuk
akal jika kita khawatir dan cemas tentang bagaimana kita akan hidup. Yesus
tidak berkata bahwa orang yang tidak memikirkan apa-apa untuk kehidupannya akan
diberkati. Tidak! Orang itu orang bodoh. Namun Yesus mengajarkan bahwa muridNya
harusnya menjadikan relasi dengan Allah sebagai prioritas tertinggi hidupnya
dan tidak mengkhawatirkan berbagai hal lainnya. Intinya Yesus berkata,”Jangan
membiarkan makanan, minuman, pakaian atau apa pun juga mengendalikan hidupmu selain
Allah. Tetapi berfokuslah sepenuhnya kepada Dia . Sejumlah orang ceroboh dengan
apa yang mereka makan. Mereka makan seenaknya dan sepuasnya yang penting
kenyang. Apa efek dari makan ceroboh itu? Sakitnya bermacam-macam! Sejumlah
orang ceroboh dengan apa yang diminum seperti oplosan sehingga matinya
menyedihkan. Baru-baru ini ada berita orang yang mati karena minum oplosan.
Sejumlah orang ceroboh dengan pakaian. Sejumlah orang ceroboh dengan apa yang
digunakan termasuk handphone, gawai
dan harta. Ceroboh untuk urusan-urusan
duniawi dan Allah meminta pertanggungjawaban mereka. Seorang Rabi Hilel dalam
zaman Yesus berkata, “Semakin banyak makan daging, maka semakin banyak cacing.”
Orang yang banyak makan daging, di liang lahat cacingnya banyak sekali. Artinya
ada maksud dibalik pernyataan Rabi Hilal itu. Semakin banyak harta milik maka semakin
banyak rasa kuatir. Ironis sekali orang tahu apa yang dimiliki di dunia ini tidak
bisa memberi kedamaian dan kepuasan tapi ironisnya itu terus yang dikejar.
Orang tahu bahwa bukan harta itu yang menenangkan jiwanya tetapi hal itu terus
yang dikejar. Orang tahu bahwa bukan kecantikan yang membuat dia bisa menjadi
orang berkarisma, berguna dan berdampak , tapi itu yang dilakukan apalagi
sampai operasi ganti kelamin (cewe jadi cowo dan sebaliknya). Inilah urusan-urusan
dunia yang sangat mengganggu fokus kita pada Allah untuk menyerahkan seluruh
hidup ini kepadaNya.
Penutup
Saya juga punya kekuatiran. Selama seminggu ini dalam menyiapkan
khotbah Tuhan, saya diperhadapkan pada situasi yang tidak mudah. Tetapi Tuhan sedang
melatih saya tidak hanya bicara tentang “Serahkanlah Hidupmu” tetapi dimulai
dari saya untuk menghidupi Firman. Ini
yang Tuhan bentuk dari diri saya.
Ibu saya tinggal sendiri di Pematang Siantar.
Ia sakit keras dan HB-nya rendah, puji Tuhan sekarang sudah lebih baik. Beberapa
saat kemudian, papa mertua saya jatuh sehingga pecah pembuluh darah dan dia batuk
– bersin berdarah. Hal ini sempat membuat istri saya panik dan berkata,”Pa,
bisa tidak jadwal khotah di GKKK Mangga Besar diganti?” Saya terima surat dari
Ibu Lidia untuk mencari pengganti bila tidak bisa berkhotbah. Saya sempat meminta
kesediaan seorang rekan untuk menggantikannya. Teman saya berkata,”Siap!” Kemudian dua anak laki-laki saya mengalami sakit.
Dimulai dari kakaknya batuk dan flu menyerang adiknya yang masih bayi. Istri saya bersama
saya mengerjakan semua dan juga mengurus sekolah. Ada kekuatiran, tetapi saat
menyiapkan firman ini Tuhan melatih saya. Beberapa hari sebelum khotbah, istri
saya berkata, “Saya sangat takut kalau anak kedua sakit.” Karena Desember lalu lalu
anak kedua ini 3 kali masuk rumah sakit karena menderita ISPA. Saya berkata, “Ma,
saya besok minggu khotbah tentang “jangan kuatir” . Siapa yang membuat anak
kita? Bukan kamu dan saya tetapi Tuhan! Kau sudah memberikan yang terbaik dan
saya juga berusaha memberikan yang terbaik. Kita dipakai Tuhan untuk memberi
yang terbaik kepada buah hati kita. Tetapi kau ingat satu hal bahwa anak itu punya
Tuhan. Jadi tidak apa-apa. Nikmati waktu kau harus mendengar ia batuk dan
melihat ia sesak sekali nafasnya. Nikmati Tuhan dalam setiap kesesakkan anak
kita. Itu membuatmu berbeda sekali dalam memandang sakit anak kita. Penyerahan
yang total kepadaNya!”
Baru-baru ini pada seorang putri
pertama dari seorang hamba Tuhan yang kuliah kedokteran (19 tahun) ditemukan ada
tumor di kepalanya dan jumlahnya sangat banyak. Ia sudah dibawa ke Prof. Eka
dan dioperasi sebagian. Prof. Eka berkata,”Ini sangat banyak sekali.” Ternyata
bukan saja di kepala tapi juga di payudara. 3 minggu lalu tumornya sudah dioperasi
dan satu payudaranya diangkat. Waktu kami mengundangnya menyampaikan seminar
tentang “Kesatuan Mistikal antara Kristus dan Para Murid (Mystical union
between Christ and His Desciples)” saya menelponnya, “Apakah Bapak siap untuk membawa
seminar ini karena Bapak baru saja menemani anak anda operasi payudaranya?” Ia
menjawab,”Jangan khawatir. Saya tetap akan memberitakan firman! Saya sudah
siapkan anak saya. Dokter katakan anak ini tidak akan bertahan lama sekitar paling
lama 1 tahun karena sudah stadium 4 (terakhir). Kalau dokter sudah bisa menyatakan
bahwa nyawa anak saya tinggal 6 bulan sampai setahun lagi saya berkata
kepadanya,’Jangan-jangan bapaknya duluan atau dokter duluan yang meninggal’.
Sel kanker dijinkan Tuhan untuk menggerogoti tubuh siapa pun termasuk anak
Tuhan dan anak saya. Tetapi saya pegang firman Tuhan 1 Tes 5:9 bahwa Bapa kita
tidak pernah memurkai anak-anakNya walaupun sel kanker itu menggerogoti putri
saya. Saya sudah siapkan dia, kalau
sampai dia dipanggil Tuhan sekalipun Dia harus siap. Demikian juga dengan saya,
istri dan anak saya yang kedua harus siap.” Mengapa ada orang yang begitu
tenangnya dalam menghadapi apa yang sedang terjadi? Saya percaya di prinsip
yang pertama tadi yaitu Allah yang memelihara dia , digenggamnya dan dipegang
selalu. Putrinya yang menderita kanker menulis di buku diari-nya , “Kalau saya
tidak sanggup menggenggam Allah, maka saya percaya Allah yang menggenggamku.” Apa
yang menjadi kekuatiran kita saat ini? Saya tidak akan katakan untuk menikmati
kekuatiran itu. Saya ingin mengajak jemaat untuk sekarang memandang kepadaNya
dan kembali kepada Allah Pencipta dan Juruselamat kita di dalam Yesus. Tidak
ada jawaban selain memandang kepadaNya. Dekat dengan Dia dan berikan hati dan
tubuh kita untuk dikuasaiNya. Maka di sana kita akan melihat betapa Dia hebat untuk
memelihara hidup kita dari kebutuhan yang kecil-sederhana sampai kepada kebutuhan
kekal sekalipun Dia berikan kepada kita. Amin
No comments:
Post a Comment