Ev. Susan Kwok
Mat 13:1-23
1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu
dan duduk di tepi danau.
2 Maka datanglah orang banyak
berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk
di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam
perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk
menabur.
4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu
jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,
yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya
tipis.
6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia
dan menjadi kering karena tidak berakar.
7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri,
lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu
berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat.
9 Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!"
10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya
kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam
perumpamaan?"
11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia
untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan
diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun
juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam
perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan
sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang
berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan
melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan
telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan
hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat
dan telingamu karena mendengar.
17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak
melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak
mendengarnya.
18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan
penabur itu.
19 Kepada setiap orang yang mendengar firman
tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan
merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di
pinggir jalan.
20 Benih yang ditaburkan di tanah yang
berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya
dengan gembira.
21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar
saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang
itupun segera murtad.
22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah
orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya
kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah
orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada
yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh
kali lipat."
Pendahuluan
Agar mudah mengingat firman
Tuhan yang tercantum pada Mat 13:1-23 (perikop paralel Markus 4:1-20 dan Lukas
8:4-15), kita dapat menyanyikan lagu Kisah Seorang Penabur.
Ada tanah yang keras di
pinggir jalan. Ada tanah berbatu-batu.
Ada tanah yang penuh
belukar duri. Hingga benih tak dapat tumbuh
O Tuhan jadikanlah hatiku
lembut. Sperti tanah yang baik dan subur
Agar benih FirmanMu.
Dapat bertumbuh – berbunga dan berbuah lebat
Perumpamaan tentang penabur adalah satu di antara sejumlah perumpamaan yang
dicatat dalam ketiga Injil sinoptik [Matius, Markus dan Lukas]. Benih yang
ditaburkan adalah “firman tentang Kerajaan” (Matius13:19), “firman” (Markus
4:14) atau “firman Allah” (Lukas 8:11).
Saat berdoa saya menyampaikan
hal yang merupakan isi hati saya,”Selama menjadi orang percaya, saya mungkin
sudah mendengarkan kisah ini lebih dari 20 kali. Saat membacanya, saya sering bertanya
dalam hati, ‘Apalagi yang Tuhan mau ajarkan kepada saya? Kalau Tuhan mau mengajar
20 kali, bagaimana respon hati saya?’” Ada empat respon yang mungkin diambil yakni
: 1. Mendengar-lupa; 2. Mendengar -
bertumbuh sebentar - lalu lupa; 3. Mendengar
– ingat - melakukan tetapi saat mengalami kesusahan, dikatakan bahwa firman ini
tidak cocok untuk saya; 4. Saya terus berjuang untuk melakukan firman ini.
Mungkin saya bisa berdiri di antara semak belukar atau bertumbuh di semak duri
karena di ladang gandum juga ada lalang.
Ataukah saya akan setia sampai mati? Ketika membaca firman Tuhan, apa yang kita
mengerti tentang firman Tuhan? Sebelum Tuhan Yesus memberikan perumpamaan
tentang penabur , pada Mat 13:2a dikatakan Maka
datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Berarti
pada saat itu banyak orang yang mengerumuni, mencari dan bertanya pada Dia. Apa
motivasi mereka? Orang yang mengikut Tuhan Yesus banyak sekali. Di pasal-pasal
sebelumnya dicatat Tuhan Yesus sudah membuat begitu banyak mujizat dan perkara
ajaib di mana orang yang buta menjadi celik, yang lumpuh berjalan, yang terikat
kuasa gelap dilepaskan. Semua orang senang melihatnya dan tidak ada orang yang
mau melihat hal-hal yang tidak baik. Itu sebabnya semua orang yang melihatnya
kemudian mengikuti dan mengerumuni Yesus. Alasannya hanya satu yaitu mereka
ingin terus melihat mujizat-mujizat dan mengalami hal-hal yang baik dan
mengherankan dari Tuhan. Di antara orang – orang yang berbondong-bondong itu
ada yang sedang sakit atau bermasalah. Mereka ingin agar mereka ditolong oleh
Tuhan. Hal tersebut tidak ada salahnya. Yang salah kalau motivasi ikut Tuhan
berhenti sampai di sana. Itu sebabnya Tuhan Yesus memberi banyak perumpamaan.
Mereka kemudian berharap Tuhan memberikan mujizat yang lain karena yang
sebelumnya tidak cukup. Sehingga Tuhan marah dan menegur mereka,”Kamu ini
angkatan dan generasi yang jahat. Kamu sudah melihat tapi hatimu tidak percaya.
Kamu hanya sekedar melihat, kamu tidak bertumbuh dari orang yang biasa saja
menjadi orang yang militan bagi Tuhan.” Sehingga Tuhan berkata, “Kepada mereka
hanya diberikan tanda Yunus.” Nabi Yunus yang membangkang dihajar oleh Tuhan
melalui ciptaan-ciptaan yang lain. Dengan demikian kita melihat bahwa
perumpamaan tentang penabur ini adalah cerita yang Tuhan Yesus sampaikan untuk
mengeritik , mengorek, menegur hati mereka sekaligus untuk menguatkan hati
orang-orang yang sudah percaya. Tuhan mengajak kita untuk mengintrospeksi diri.
Hatimu seperti apa saat mendengar firman Tuhan? Setiap minggu kita datang ke
gereja dan menanyakan hal yang sama, sesudah mendengar firman untuk apa dan sesudah
mendengarnya lalu apa? Lebih bertumbuh, berhikmat dan lebih mencintai Tuhan?
1.
Menabur benih yang jatuh
di pinggir jalan
Mari melihat kisah ini pada Matius 13:3-4. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada
mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu
ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung
dan memakannya sampai habis. Pada ayat 18-19, Yesus memberi pengertian
bahwa benih yang jatuh di pinggir jalan adalah orang yang mendengar firman,
tapi tidak bertumbuh dan iblis dengan mudah mengambilnya dan benihnyapun mati.
Benih itu tidak sempat tumbuh karena firman Tuhan betul-betul tidak mendapat
tempat di dalam hatinya sehingga firman Tuhan tidak masuk dan berakar. Sebagai orang
Kristen, kapan firman tidak mendapat tempat dalam diri kita? Ketika kita
berkata, “Khotbah itu bukan untuk diri saya tapi untuk orang lain. Itu tidak
relevan untuk saya tapi untuk dia.” atau “Hamba Tuhan-nya terlalu sombong rohani
sehingga tidak cocok untuk saya. Firman nya tidak cocok untuk saya sehingga
tidak mendapat tempat dalam hati saya.” Kalau tidak merasa cocok, bagaimana
mungkin membaca firman Tuhan, melakukan
saat teduh dan mempelajarinya? Bagaimana keluarga bisa mencintai Tuhan? Bagaimana
mungkin sebagai pekerja di kantor mau menceritakan tentang Tuhan? Seharusnya
hidupnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai orang yang percaya Tuhan. Kalau
firman tidak tumbuh maka ia akan mati.
2. Menabur benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu.
Matius 13:5-6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,
yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya
tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena
tidak berakar. Benih itu jatuh di tanah yang berbatu-batu yang permukaan
tanahnya tipis sehingga benih itu cepat bertumbuh. Dia tidak perlu berjuang
keras untuk menembus tanah karena tanahnya tipis. Tetapi ketika matahari mulai
terbit dan terik (pk 11-12) karena akarnya tidak kuat, maka membuat dia tidak tahan
sehingga menjadi layu dan mati. Tuhan Yesus memberitahu arti benih yang jatuh
ke tanah berbatu-batu. Mat 13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar
saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang
itupun segera murtad. Orang yang menerima
firman Tuhan dengan gemibira tetapi mereka tidak mengerti ada harga yang harus
dibayar untuk pertumbuhan yang baik. Setelah menerima firman, ia menganggap
sudah selesai. Easy-going terhadap
hal-hal yang bersifat rohani. Dia bertumbuh sebentar lalu mati. Rasul Pualus
berkata, “Ketika gereja harus mencari seorang penatua, majelis atau pelayan
jangan mencari orang yang baru betobat.” Apakah Rasul Paulus menganggap bahwa orang
yang baru bertobat tidak rohani? Rasul Paulus ingin agar orang yang baru
bertobat menjadi matang dan dewasa terlebih dahulu. Saat betobat, sukacitanya
luar biasa. Saat mendengar firman Tuhan,
ia berkonsentrasi penuh dan cepat menangkap maksudnya. Kalau tidak paham,
langsung mencari hamba Tuhan dan bertanya apa maksudnya. Keitka hamba Tuhan memberinya
buku rohani , langsung dibaca karena ingin tahu. Pertobatan hanyalah awal
perjalanan karena masih harus menjalani proses pembentukan. Mengapa ada orang yang
baru 2 tahun dibaptis lalu pindah kepercayaan? Rasul Paulus tidak bermaksud mengecilkan
orang yang bertobat. Itu bagus tapi harus dimatangkan. Tanah yang berbatu-batu
tetap punya potesi untuk tumbuh. Masalahnya harus dibarengi dengan menggali
firman Tuhan . Ibarat benih di tanah berbatu-batu, tanah hatinya tidak mau
digarap, tidak mau repot untuk menginvestasikan hal-hal yan bersifat rohani.
Zaman sekarang kita diperhadapkan pada semangat untuk berinvestasi fisik lebih
tinggi dibanding memikirkan hal-hal yang bersifat rohani.
3.
Menabur benih yang jatuh
di pinggir jalan
Matius 13:7
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu
dan menghimpitnya sampai mati. Benih jatuh di tanah yang bersemak belukar.
Tanahnya cukup baik, tetapi benih tidak dapat bersaing dengan semak belukar sehingga
mati. Pada Matius 13:18-19, Tuhan Yesus memberi arti bahwa orang ini mendengar firman
Tuhan tapi tidak berbuah. Penderitaan dan kekecewaan menghimpit proses
pertumbuhannya. Saya suka menanam di ladang yang kecil. Tiap malam tumbuh
tanaman yang tidak saya tanam. Mungkin berasal dari ada benih tanaman lain yang
tertiup angin. Sehingga saya selalu memperhatikan tanaman yang merusak saya cabut,
supaya tanaman yang saya tanam tidak mati. Ketika firman Tuhan ditaburkan di
tanah, memang tidak selalu tanahnya bebas dari semak duri dan belukar. Benihnya
bisa bertumbuh, tetapi semak itu bisa mengalahkan benih yang baik. Tantangan
dari dalam bisa menjadi ‘semak belukar’ dan menghimpit pertumbuhan iman
seseorang. Eka Darmaputera (1942-2005), seorang pendeta yang sangat dihargai di
lingkungan gereja di Indonesia (di GKI benar-benar diakui), merupakan seorang
hamba Tuhan yang semasa hidupnya mengamati hal-hal terkait politik di negara
kita. Saya pernah bertemu dengannya di suatu kebaktian penghiburan. Ia seorang
yang pintar namun ketika itu ia tengah menderita kanker stadium 4. Walau tidak
kenal baik, saya senang membaca bukunya. Ketika malam itu berjumpa saya
bertanya, “Pak, bangaimana kesehatannya?” Kepada orang yang tidak benar-benar
beriman, belum tentu saya berani bertanya, “Ada kemungkinan sembuh?” Dia
menjawab, “Secara logika tidak mungkin sembuh.” Saya bertanya lagi,”Lalu apa
kegiatan setelah menjalani kemoterapi?” Dia lalu berkata, “Yang mungkin saya bisa
hadapi akan saya hadapi. Tetapi puji Tuhan sampai hari ini saya tetap berjuang
dan berhasil menerima kondisi saya dan tetap berkarya dan pergi pelayanan.”
Sebulan kemudian ia meninggal. Hidup itu penuh belukar dan semak duri yang selalu
ada di sekitarnya. Kadang kebencian terhadap orang lain bisa menjadi semak duri
dan belukar itu. Semura orang melakukannya, padahal itu tidak sesuai dengan
firman Tuhan. Bisa jadi eksklusifme (yang paling penting diri sendiri). Menurut
Pak Eka, “Justru tantangan dari diri sendiri hanya pikirkan diri sendiri. Itu
jauh lebih berbahaya.”
4.
Menabur benih yang jatuh
di tanah yang baik.
Matius 13: 28 8
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus
kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Benih jatuh di tanah
yang baik akan bertumbuh dengan subur dan berbuah berlipat-lipat. Tanah yang
baik dan bertumbuh adalah orang yang mendengar firman , belajar mengerti firman
(mungkin tidak semua dia mengerti) dan melaksanakannya. Ketiganya sepertinya
mudah dan ada di proses pertumbuhannya. Saat kita tidak mengerti , kita mau
menggali dan bertanya. Kita tidak menjadi jemaat yang acuh saja. Jangan
berpikiran, “Untuk apa buang waktu supaya mengerti dan mau melakukannya?”
Apakah selalu kita harus melakukannya? Itu bukan bagian saya (saya tidak
termasuk). Saya merasa tidak bisa untuk membuka diri untuk melakukannya. Karena
dengan membuka diri berarti ada hal yang harus dibayar dan dikorbankan. Hasilnya
tidak mengarah ke hal yang bersifat materi. Kalau hati kita tanah, maka tanah
hati kita seperti apa? Apa serta merta tanah menjadi lebih baik? Tidak. Kalau
tanah ialah tanah di pinggir batu maka kita selalu mengalah pada dunia. Terkadang
dengan mengalah kita mengorbankan hal-hal yang benar.
Contoh praktis : Ketika
anak seorang aktifis gereja masuk kuliah saya bertanya,”Mengapa kamu ingin menyekolahkan
anakmu di sana?” Ia terdiam. Ia punya tujuan untuk memberikan sekolah yang
bagus untuk anaknya. Ia menjawab,”Supaya anak saya bisa bertemu dengan
siswa-siswi yang berlatar belakang keluarga yang berada, keren dan beken sehingga
mungkin diangkat jadi menantu”. Bagaimana kalau ada aktifis menjawab seperti
tadi? Mengikuti aktivitas gerejawi tidak pernah menjamin kerohanian seorang
aktifis. Kita jangan lagi tertipu untuk mengikuti aktivitas rohani. Kita harus ingat
bahwa Tuhan tidak bisa ditipu dengan mengucapkan 1.001 macam alasan. Ia tidak
bisa ditipu dan disogok. Ketika Tuhan Yesus memberikan perumpamaan ini mereka
bertanya, “Guru mengapa Engkau memberikan perumpamaan?” Orang sekarang ada yang
mendengar khotbah merasa berat sekali dan bisa jatuh tertidur. Apalagi, kalau
dengar firman tidak masuk ke dalam hati. Ia hanya menangkap sekedar kesaksian
tentang hidup. Hati-hati dengan spirit ini. Suatu hari kita bisa tertipu. Lalu Tuhan
Yesus mengatakan, “Begini muridku. Dari zaman dulu, mereka sudah dikasih tahu. Namun
mereka masih tidak mau menerima. Buktinya walau Tuhan Yesus sudah membuat banyak
mujizat mereka masih tidak percaya dan hatinya tertutup. Maka “hanya orang yang
mau belajar mengerti dan bersedia diajar yang dapat menerima firman” Jangan
sampai orang yang mendengar tidak bisa mengerti. Cahaya yang sudah diberikan
itu mereka tutup sehingga sinarnya tidak kelihatan.
Kisah seorang penabur
ini sebenarnya menggambarkan hati kita. Bagaimana kita harus berespon sepanjang
hidup? Saat jatuh harus berdiri lagi dan berbicara pada Tuhan. Ada seorang penulis
Kristen yang digantung oleh Adolf Hiler (1889-1945). Ia menulis, “Orang Kristen
merasakan anugerah. Anugerah Kristus dalam hidup bukan murahan. Tetapi yang
berharga adalah menciptakan orang Kristen yang tidak manja/cengeng/tidak berani
berjuang dan murah hati. Seringkali kita membuat diri kita menjadi orang Kristen
yang murahan. Pdt Eka Darmaputera, “Mungkin dalam banyak hal kita tidak bisa
mengalahkan dunia dan merasa kecil bila
dibandingkan orang lain. Minimal untuk diri sendiri harus sehat. Kita harus
tahu apa spirit dunia ini supaya hati terus digarap oleh Dia.”
Kesimpulan
Kisah Seorang Penabur merupakan perumpamaan yang menceritakan tentang
seorang penabur benih yang menaburkan benihnya. Yesus sendiri yang menjelaskan
tentang perumpamaan ini kepada murid-muridNya saja. Penabur yang menaburkan
benih adalah orang yang menaburkan Firman Tuhan. Benih yang jatuh ke tanah
adalah "firman tentang Kerajaan Sorga" yang masuk ke hati manusia. Benih
yang ditaburkan jatuh ke empat jenis tanah (melambangkan jenis hati manusia):
1. pinggir jalan. Benih yang
jatuh di sini diinjak orang (Injil Lukas) dan dimakan habis oleh burung. Hal
ini melambangkan hati orang yang tidak mengerti firman yang dikabarkan dan datanglah
si jahat (iblis) yang merampas firman tersebut dari hatinya, "supaya
mereka jangan percaya dan diselamatkan" (Injil Lukas)
2. tanah yang berbatu-batu.
Benihnya bertumbuh dengan cepat tetapi segera layu dan kering karena tidak
berakar (Injil Matius dan Markus) dan tidak mendapat air (Injil Lukas). Hal ini
melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut dan menerimanya, namun
ia tidak tahan pencobaan, dan apabila datang penindasan atau penganiayaan
karena firman itu, orang itupun segera murtad.
3. semak duri. benih di
tengah semak duri terhimpit hingga mati dan tidak berbuah (Injil Markus). Hal
ini melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut tetapi terbuai oleh
hal-hal duniawi (kekuatiran dunia ini, tipu daya kekayaan, kenikmatan hidup) menghimpit
firman itu sehingga tidak berbuah.
4. tanah yang baik. benih di tanah
yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali
lipat (Injil Matius dan Markus), ada yang tiga puluh kali lipat (Injil Matius
dan Markus). Hal ini melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut dan
mengerti (Injil Matius) atau menyambut (Injil Markus) firman tersebut dan
menyimpannya dalam hati (Injil Lukas) dan mengeluarkan buah.
No comments:
Post a Comment