Ev. Jimmy Lukas
Lukas 19:1-10
1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan
terus melintasi kota itu.
2 Di situ ada seorang bernama Zakheus,
kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus
itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara
untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
5
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata:
"Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di
rumahmu."
6
Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya:
"Ia menumpang di rumah orang berdosa."
8
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah
dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang
kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
9
Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada
rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
10
Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang."
Pendahuluan
Kejadian belakangan ini membuat kita seharusnya lebih menghargai
kesempatan untuk beribadah dan waktu kita untuk bersama dengan saudara seiman.
Mungkin di masa mendatang, bisa beribadah menjadi anugerah khusus, karena kita
akan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan iman. Saat-saat ini merupakan
masa genting dan kita perlu banyak berdoa. Ketika peristiwa demo yang lalu terjadi
dan kata-kata makian keras muncul di media sosial, saya mulai mengkaji apa yang
menyebabkan orang-orang tertentu ingin mendirikan negara agama dan hal itu
berpotensi menyebabkan orang-orang Kristen dan orang-orang keturunan Tionghoa menjadi
korban. Dengan mempelajari sejarah dapat diketahui bahwa sejak tahun 1800 ,
setiap terjadi perubahan politik maka orang-orang keturunan Tionghoa dan orang-orang
Kristen telah menjadi korban. Mengapa? Kita dengan mudah bisa dibuang dan disisihkan
karena kehadirannya tidak berdampak di tengah masyarakat (tidak bisa dirasakan
di masyarakat). Kita lebih mirip Jailangkung daripada Tuhan Yesus. Jailangkung
datang tidak diundang dan pulang tidak diantar. Mungkin kuntilanak lebih berpengaruh
daripada orang Kristen karena kehadirannya bisa membuat orang menjerit-jerit,
sedang kehadiran orang Kristen tidak berdampak. Padahal Alkitab memberikan kita
teladan bagaimana orang Kristen seharusnya hidup di tengah bangsa ini dan hidup di tengah-tengah orang yang membencinya.
Alkitab memberi teladan Zakheus.
Zakheus Bertobat dan Berubah!
Zakheus yang bertubuh pendek
tidak bisa diremehkan karena ia adalah seorang pemungut cukai (pajak) yang posisinya
cukup tinggi, gajinya cukup besar dan memiliki banyak harta. Tetapi dengan mempelajari
latar belakangnya ternyata diketahui bahwa bukan saja seorang pemimpin di penarik
pajak tapi ia juga melakukan korupsi sehingga teramat kaya. Mengapa orang
seperti Zakheus yang pendek dan secara fisik tidak signifikan di tengah
masyarakat, mau mengejar karir
sedemikian rupa sehingga mengalahkan keterbatasannya dan berada di posisi yang
cukup tinggi? Mengapa ia menjadi begitu beringas untuk mengumpulkan harta yang
begitu banyak? Saya pikir, ia mati-matian mengumpulkan harta karena hidupnya berorientasi
pada dirinya sendiri. Tubuhnya kecil dan pendek, mungkin tidak sampai semeter.
Tingginya tidak signifikan sehingga ia sering diremehkan dan dilecehkan, sehingga
mungkin membuatnya marah dan memanipulasi orang lain melalui pajak. Zakheus
orang yang berorientasi pada dirinya sendiri (yang penting elu tidak bisa bully
gua, yang penting gua kaya dan senang dll). Dalam lubuk hatinya yang paling dalam,
ia tetap manusia biasa yang merindukan kebenaran.
Agustinus berkata, “Di dalam
hati manusia ada sumur yang sangat dalam yang tidak bisa diisi oleh apapun juga
kecuali oleh Allah. Kita bisa mengisi dengan kekayaan, reputasi dan cita. Tapi
relung hati hanya bisa diisi oleh Allah, ia diciptakan khusus oleh Allah. Sehingga
Zakheus walaupun egois (selfish) tapi ia merindukan kebenaran. Begitu
mendengar Tuhan Yesus datang, ia pun berlari-lari mendahului massa, tapi karena
tubuhnya kecil dan terdapat banyak orang maka ia tidak bisa menembus kerumuman
tersebut. Ia kemudian naik ke pohon ara dan menunggu Tuhan Yesus. Tuhan Yesus
yang berjalan melaluinya melihat Zakehus lalu berkata, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di
rumahmu." (Lukas 19:5). Ini
sebuah undangan, seruan, proklamasi bahwa Yesus yang dielu-elukan orang banyak
menerima Zakheus apa adanya. LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menerjemahkannya
secara tepat dari bahasa aslinya. Yesus tidak mengatakan, “Aku mau menumpang di
rumah mu. Boleh tidak?” Tetapi ” "Zakheus,
segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Dalam
perkataan ini, ada semacam desakan dari Yesus. Ini tidak biasa. Yang punya
rumah adalah Zakheus sedangkan yang mau menumpang adalah Yesus. Di mana-mana orang
yang mau menumpang bertanya dulu (bukan maksa). Misal ,”Bro, boleh tidak
menumpang?” Tetapi Tuhan Yesus tidak begitu. Zakheus pemungut cukai yang bekerja
di bawah kekaisaran Roma yang menjajah Yahudi waktu itu. Orang Yahudi punya
kebanggaan atas kewargaaannya (mereka warga negara utama). Kita orang Tionghoa
tidak dianggap. Tiba-tiba mereka dijajah oleh kekaisaran Roma. Perasaan mereka
benci luar bisa pada orang yang menduduki negera mereka. Dan Zakheus adalah orang
yang keturunan Abraham tetapi bekerja pada penjajah dan menjajah bangsanya
sendiri. Sehingga ia benar-benar dibenci oleh orang-orang sebangsanya. Walau ia
kaya dan hebat, tetapi jadi tidak hebat karena Zakheus mengkhianati bangsanya
sendiri.
Bila menghadapi Zakheus ada
orang yang benci dan hal ini tidak bisa ditutupi. Karena kalau pun ditutupi
maka suatu kali akan terbuka juga. Kebencian terhadap Zakheus diekspresikan. Di
mata orang sebangsanya, ia bukan siapa-siapa. Tapi ketika berkata seperti itu (Aku harus menumpang di rumahmu), Tuhan Yesus
menerima Zakheus (Aku menerimamu apa adanya dan aku mau berjamu denganmu)
Sementara orang lain meremehkan , Tuhan Yesus meninggikan. Orang lain menolak,
Yesus menerima. Orang lain menilai Zakheus secara negatif, Tuhan Yesus tetap melihat
esensi dari Zakheus. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus mengubah hidup Zakheus menjadi
orang baru. Kesediaan Yesus makan di rumahnya bukan saja penerimaan Yesus tetapi
juga pengakuan bahwa ia keturunan Abraham seperti orang Yahudi lainnya. Ia
percaya dan mempercayakan dirinya pada Yesus. Iman berarti mempercayai Yesus dan mempercayakan
diri pada Yesus. Ini yang dilakukan Zakheus. Ia mempercayakan diri pada Tuhan Yesus.
Zakheus pecaya dan melepaskan berhala dan kekayaannya , lalu berbalik kepada
Yesus tempatnya bersandar. Sehingga ia berkata"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin
dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat
kali lipat." (Lukas 9:8). Kalau
ia tipe bully menggunakan jabatan untuk diri sendiri, maka betapa kayanya
Zakheus. Namun ia menerima Tuhan Yesus, bertobat dan melepaskan kekayaannya dan
memeluk Yesus. Setengah dari kekayaan diberikan ke orang miskin. Sisanya tinggal
setengah. Bila sisanya misalnya ½ nya dari orang yang dipalak dikembalikan
empat kali lipat maka sisanya praktis tidak ada. Ketika seseorang berjumpa dengan
Tuhan Yesus, pilihannya ada dua yakni menerima atau menolak Yesus. Menerima Yesus
berarti mempercayakan diri pada Yesus dan Yesus akan memeliharanya. Hal-hal
lain menjadi tidak penting seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap
rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. Orang yang mengalami
Yesus dan mempercayakan diri pada Yesus akan menganggap hal lain selain Yesus
tidak berarti.
Kita bisa melihat ilustrasi
dengan mengangkat 1 jari kita dan fokus pada jari tersebut. Apa yang dilihat
pada sekeliling jari tersebut? Sekeliling jari menjadi blur. Ketika kita fokus
pada sesuatu , maka hal-hal lain di luar fokus menjadi buram dan tidak penting
(signifikan). Ketika mata kita terarah pada Yesus, maka segala sesuatu di luar
Yesus menjadi buram. Ketika percaya Yesus maka hidup kita benar-benar mengalami
perubahan. Pertobatan bukan saja perubahan internal dari kebiasaan lama menjadi
baru. Seringkali Ini yang ditekankan. Misalnya : dahulu merokok dan makan sembarangan
sekarang tidak lagi. Dulu suka main tangan terhadap istri sekarang tidak. Tetapi
pertobatan berbicara mengenai perubahan menyeluruh dari segala aspek kehidupan.
Pertobatan itu bersifat general dan
overall (semua). Sehingga Yohanes pembaptis berkata, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8).
Kalau bertobat harus berbuah yang sesuai. George Horace Gallup (1901 –1984) (dalam majalah Leadership) berkata,”Ada perbedaan kecil di dalam
tingkah laku etis antara orang yang pergi dan tidak pergi ke gereja. Ada banyak
kebohongan dan ketidakjujuran di antara orang yang pergi ke gereja sama seperti
di antara orang yang tidak pergi ke gereja. Semua orang berkata bahwa agama itu
penting sayang tidak mengubah hidup. Orang mengatakan agama penting untuk mengalahkan
depresi tapi tidak berdampak pada perubahan perilaku. Singkatnya, berdasarkan
survei hidup orang Kristen di gereja dengan orang non Kristen di luar gereja
tidak berbeda. Ini ironi yang sangat menyedihkan. Orang Kristen percaya bahwa
dalam pertobatan terjadi sesuatu yang bersifat supranatural sekaligus natural. Pertobatan
bukan saja keputusan akal budi. Teologi kekristenan mengajarkan bahwa pertobatan
bersifat supra natural (adi kodrati) dan pertobatan menghasilkan lahir baru dan
mengalami perubahan diri. Roh Kudus bekerja dalam diri saya sehingga perilaku
saya secara otomatis mengalami perubahan. Perubahannya adalah kesepakatan bahwa dosa adalah dosa dan bahwa
saya harus hidup sesuai kehendak Allah (saya menunjukkan perubahan). Di lain pihak pertobatan adalah
karya Allah dalam diri saya sehingga saya harus menunjukkan perubahan yang
signifikan.
Agama lain tidak melibatkan Allah dalam bentuk pertobatan (saya sadar untuk
berubah dalam hidup kita, semoga amal ibadah diterima Tuhan). Itu bukan ajaran
Tuhan. Seharusnya orang Kristen punya hidup yang betul-betul berbeda dari
orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Namun hasil survei menyatakan bahwa ternyata
tidak ada perbedaan yang signifkan antara orang Kristen dan non Krristen. Ini
berarti celaka! Tanda tanya besar! Jadi apakah sudah pada lahir baru? Datang ke
gereja puluhan tahun , tapi tidak lahir baru maka tidak masuk surga. Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah." Percaya kepada Yesus tidak menyelamatkan
tapi lahir baru yang menyelamatkan. Orang lahir baru karena ia percaya Kristus.
Orang yang berkata bahwa ia percaya belum tentu lahir baru. Kalau kita lahir
baru mengapa gaya hidup kita tidak berbeda? Rodney "Gipsy" Smith MBE
(1860 –1947) suatu malam di Afrika Selatan berkhotbah dan didengar oleh seorang
pemuda Belanda dan kemudian menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Setelah pemuda itu bertobat, ia mendatangi seorang Belanda lainnya. Ia bertanya,”Apa
engkau mengenal jam ini?” Yang dijawab,”Oh ini jam tangan saya. Ada inisial
nama saya. Jam ini sudah hilang berpuluh tahun lalu. Kamu temu di mana?” Pemuda
itu berkata, “Saya mencurinya.” Pemiliknya
bertanya,”Lalu apa yang menyebabkan engkau mau mengembalikannya kepada saya?” Pemuda
ini menjawab,”Semalam saya bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Jadi
saya mengembalikan apa yang telah saya curi pada hari ini.”
Apa beda kita dengan Zakheus? Mungkin
kita tinggi dia pendek. Tapi kita manusia yang sama. Allah mengasihi Zakheus
dan kita. Apa yang Allah lakukan untuk Zakheus juga untuk ktia. Dia ingin
mengubah hidup kita. Kalau ia sanggup mengubah Zakheus Ia juga sanggup mengubah
hidup kita. Zakheus bertobat dengan memberikan harta ke orang lain, kita juga bisa.
Pertobatan kita seharusnya menunjukkan perubahan yang nyata , berdampak dan secara
sosial bisa dilihat.
Setelah bertobat, menangis itu
biasa. Apalagi pembawa khotbahnya pandai membawa suasana sehingga bisa membuat
orang menangis dengan mudah. Tetapi setelah itu apa? Setelah menangis apa?
Apakah kita menunjukkan perubahan secara hidup signifikan dan berdampak bagi
orang lain? Zakehus bertobat, kelihatan perubahannya (sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan
empat kali lipat) dan pertobatannya berdampak sosial. Kalau tidak berdampak
sosial, maka kita mudah dibuang. Zakheus , awalnya orang yang berorientasi pada
diri sendiri dan memakmurkan diri sendiri dengan satu dan lain cara. Apa beda
kita dengan Zakheus kalau kita bertobat tapi tidak berdampak? Kadang saya
pikir, orang Kristen tidak beda dengan upil. Saya membandingkan bahwa upil itu
dikilik enak, ditarik basah. Dipelintir enak dan dibuang jadi sampah. Asal upil
dari sel darah putih (leukosit) yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh dan dari
debu. Sel darah putih mempertahankan diri kita. Ia menjadi “jenazah” setelah
mempertahankan diri manusia dari penyakit. Awalnya ia berguna. Saat tidak
dibutuhkan lagi ia dibuang. Orang Kristen jadi upil, kalau tidak dibutuhkan
maka diberangus (dibuang). Hal ini berbeda bila kita menjadi tangan kanan. Tidak
ada yang membuangnya. Ibarat kita membuat tato naga di tangan saat kurus. Namun
setelah bertambah gemuk, gambar naga-nya menjadi seperti cacing tapi tangannya tidak
dibuang. Kalau kita bermain pasir dengan anak lalu tangan kita menjadi kotor,
maka tangan tersebut tidak diamputasi. Tangan tertoreh paku karatan dan bernanah tidak diamputasi tapi dicari alternatif penyembuhan,
karena tangan itu penting.
"Kamu
adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13). Wajar dibuang karena tidak ada gunanya
selain diberangus, dibredel dan dipotong walau sepertinya kejam. Ini
konsekuensi logis. Kehadiran kita memang tidak berdampak. Kadang kentut busuk
lebih bagus daripada orang Kristen yang tidak berdampak. Sebagai orang Kristen
tidak bisa seperti itu (ada bagus, tidak ada tidak apa-apa), entah minoritas
atau mayoritas. Kita harus tunjukkan hidup kita dengan penuh dampak pada orang
lain. Caranya mudah. Kalau sudah terima Tuhan Yesus, maka sudah saatnya mempercayakan
diri pada Yesus. Ketika mempercayakan diri pada Yesus, maka kita mempercayakan
bisinis, pekerjaan, keluarga pada Yesus. Mempercayakan semua aspek pada Yesus
tidak berarti lepas tangan. Kita akan mengalami perubahan oreintasi. Sebelumnya
hidup kita berusaha dengan kekuatan sendiri, sekarang hidup untuk kemuliaan
Yesus. Dulu bisnis untuk mengejar keuntungan. Sekarang keuntungan Tuhan yang
atur tapi tugas dan tanggung jawab kita adalah mengerjakan yang terbaik.
Setelah mempercayakan hidup pada Yesus, kita ubah orientasi : dulu kejar karier
demi keuntungan dan kepuasan pribadi, sekarang diubah menjadi demi kemuliaan
Allah. Charles Haddon Spurgeon (pangeran pengkhotbah, 1834-1892) berkata, “Apa
tujuan akhir manusia? Tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah untuk
memuliakan Allah dan menikmati Allah selama-lamanya.” Sekarang untuk memuliakan
dulu. Dulu memperkaya diri sekarang berdampak untuk orang lain.
Menjadi berdampak.
Mungkin saat ini adalah Yesus adalah benteng kita satu-satunya. Berita hari
ini sekjen FPI berkata, “Bila sampai ada yang melarang mereka demo dan salat di
jalan akan dibunuh, polisi sekalipun.” Kalau sampai ekstrim maka akan terjadi
perang dengan polisi bila polisi juga keras. Gajah bertarung melawan gajah,pelanduk
di tengah mati terjepit. Kita yang berada di tengah yang akan mati terjepit.
Siapa benar dan siapa salah, itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan? Yang
kita permasalahkan, konsekuensi logis semuanya apa? Belajar dari sejarah, siapa
menang atau kalah , kita tetap diberangus. Kita harus membeli diri. Alkitab
tidak melarang kita membela diri. Kita membeli diri tanpa kehilangan tujuan
hidup di hadapan Allah. Kita tidak mengangkat senjata. Cara kita harus membela
diri dengan signifikan dan cerdas. Bagaimana caranya? Jadikan kehadiranmu dan
saudara seimanmu penting sehingga saudara seimanmu dan dirimu tidak bisa
dibuang.
Dulu ada seorang guru kungfu cukup terkenal di Lokasari. Anaknya adalah teman
saya. Dia tidak mau mengajarkan kungfunya ke sesama orang Tionghoa. Saat minum
kopi bersama, saya bilang kepada teman saya,”Hal ini perlu kalau belajar dari
sejarah”. Dia bilang kalau ada kerusuhan orang bisa melarikan diri ke luar
negeri. Saya berkata,”Bisa. Tapi kalau dari Mangga Besar ke bandara berapa jauh?
Kalau di tengah jalan dipegat bagaimana? Kamu jago. Kalau melawan 10 orang
masih bisa menang tapi kalau lawan 100 orang bagaimana?” Yang kaya bisa beli
tiket pesawat, begitu ada kerusuhan lari ke luar negeri, lalu mau bekerja apa di
sana. Setelah itu balik ke Indonesia. Sama saja bukan? Hidup kita harus berdampak.
Kalau tidak , maka tidak ada gunanya. Beda kalau kita memberdayakan 100 pemuda untuk
diajarkan 25% dari ilmu dia, maka bisa menjadi satu pasukan. Maka orang tidak
bisa sembarangan. Kalau orang Kristen menjadi kekuatan sosial, maka gereja
tidak gampang diobok dan dibuang. Jadikan hidup berdampak. Buat apa jabatan dan
kekayaan ? Tidak ada artinya. Bila tidak ada apa-apa di dunia dan kita bisa
hidup aman, tentram, sentosa, tetapi setelah meninggal siapa yang akan mengingat diri kita? Yang
ingat hanyalah orang yang hidupnya pernah dipengaruhi dengan keberadaan kita.
Dia akan menceritakan kisahmu pada cucunya. Kau mati tapi hidup dalam benak
orang yang ditolong. Betapa rentan kekayaan dan kekuatan, kita membutuhkan
komunitas Kristen yang berdampak.
Pada Mei 98 saya sedang berada di
Malang praktek di sebuah gereja yang sudah tua dan tidak besar di kawasan China
Town Surabaya. Ukuran gerejanya sebalkon dari gedung gereja GKKK Mangga
Besar. Jemaat yang datang duduk berdempetan. Gereja ini sudah lama berdiri. Sehingga
jemaatnya yang dulunya anak Sekolah Minggu beranjak remaja , menjadi pemuda, lalu
menikah dan menjadi kaya. Walhasil jemaat pemuda yang jadi orang kaya, datang
ke gereja. Dulu naik sepeda sekarang naik mobil, maka jalan di depan gereja
macet. Pada tahun 1997 gembala mengumumkan agar jemaat tidak memarkir kendaraan
di depan gereja tetapi bisa memarkir di hotel atau restoran yang jaraknya sekitar
100 meter dari gereja. Dulu biasa naik sepeda, sekarang setelah biasa naik
mobil maka kalau berjalan ngos-ngosan sehingga ada yang komplain. Pendeta
bilang tidak boleh, karena mengganggu jalan dan menjadi batu sandungan.
Akhirnya jemaat parkir di hotel dan restoran. Jalan 100 meter tidak jauh tapi
karena tidak mau jalan lalu naik beca dan kasih ke tukang becaknya ada yang Rp 20,000,
Rp 30.000, Rp 50.000 untuk jarak dekat sehingga tukang beca ramai. Beca selalu
habis. Pulang pergi jemaat naik becak. Saya pikir pada Mei 1998 gereja ini akan
dibakar. Saat tempat lain dijarah, ternyata gereja ini tidak ada yang senggol karena
becanya dibawa ke depan gereja dan gereja dibarikade oleh tukang beca yang
asalnya dari Madura. Mereka berkata, “Kalau berani gereja dibakar, gua bacok
dan matiin kamu.” Karena kehadiran gereja dan jemaat berdampak positip bagi tukang
beca. Ada hubungan simbiosis mutualisme dan penuh kasih antara jemaat dengan
tukang gereja. Mereka memahami orang Kristen dan merasakan orang Kristen penting.
Sehingga tukang beca pasang badan. Jumlahnya kecil tapi uangnya banyak.
Ada seorang preman yang berkata,”Ada orang yang parkir sembarangan dan tidak
kasih orang lewat karena mobilnya takut dibaret.” Preman itu bilang, “Duit elu bisa tahan tapi
nyawa elu berapa lama?” Uang mu bisa menahan hidupmu bertahan lama? Kalau uang
disimpan didompet, uangmu membuat engkau mati. Kalau tidak mati karena
kerusuhan tapi mati karena kolesterol. Tapi bila gunakan uang untuk sosial,
uangmu akan memperpajang nyawa. Mei 98 saya berkhotbah,”Jangan takut Allah akan
melindungi kita.” Setelah turun mimbar menyampaikan khotbah pendeta senior berkata,
“Orang Kristen di Jakarta ada yang menjadi korban. Di mana Tuhan?” Tuhan
menolong dengan berbagai cara.
Pada suatu hari terjadi banjir besar di suatu desa. Para warga mulai
mengungsi dan ada juga yang menghindari banjir itu ketempat yang lebih tinggi
sambil menyelamatkan barang – barang yg ada. Di desa tersebut terdapat seorang
warga yang sangat rajin beribadah dan sangat fanatik terhadap ajaran agamanya
dan kita sebut saja namanya Pak Tebe. Akibat banjir tersebut dia kemudian naik
ke atas atap rumah sambil terus berdoa minta keselamatan pada Sang Pencipta
sambil melihat tinggi air yang sekarang sudah hampir mendekati atap tempat dia
duduk. Kemudian datang seorang warga yang menggunakan perahu kecil ke rumah Pak
Tebe dan berkata, “Pak, ayo cepat ngungsi nanti tenggelam lho. Mari naik
kemari” Tapi jawab Pak Tebe; ” Tenang Tuhan pasti menolong saya..” maka warga
tadi pun berlalu meninggalkan Pak Tebe yang masih diatas atap dan terus berdoa.
Besoknya, Sebuah rakit penduduk pun menghampiri Pak Tebe dan berkata; ” Ayo
pak, ikut dengan kami kalau tidak nanti bapak tenggelam lho!”
Tapi Pak
Tebe tetap menjawab; “Tenang Tuhan pasti akan memberi pertolongan pada saya.
Silahkan kalian pergi..” Maka pergilah rakit itu meninggalkan Pak Tebe yang
sudah kedinginan dan lemas akibat hujan yang belum reda dan akibat sejak
kemarin perutnya belum diisi. Tak lama datanglah sebuah boat penyelamat yang
melihat ada orang yg masih belum mengungsi yaitu Pak Tebe tadi. Si regu
penyelamat berkata; “Ayo pak naik, nanti bapak tenggelam lho!!” tapi lagi lagi
Pak Tebe menolaknya dengan menjawab; “Sudahlah, saya tidak mau ikut, saya yakin
Tuhan akan menolong saya. pergilah kalian” Maka menjauhlah boat itu sambil
membawa pengungsi lain ke tempat yang aman. Hingga Pada detik – detik terakhir
datanglah helikopter dan menjulurkan tali ke bawah untuk mengangkat pak Tebe
sambil berkata: ” Cepat pegang talinya pak, agar kami bisa menarik anda ke
atas” Namun Pak Tebe malah memotong tali itu dan berteriak; ” AKU AKAN DITOLONG
TUHAN, tinggalkan saja saya”. Singkat cerita Akhirnya Pak Tebe tenggelam dan
mati. Setelah mati, Pak Tebe pun menghadap pada Tuhan. Tapi Pak Tebe marah pada
Tuhan dan berkata: ” Tuhan mengapa Kau tidak adil? Engkau biarkan saya mati
padahal saya percaya padaMu dan akan menolongku!!” Sambil senyum Tuhan pun
menjawab: “Hei manusia…, kalau Saya
tidak menolongmu lantas untuk apa ada bantuan rakit, boat dan helikopter yang Saya
kirimkan kepadamu. Salahmu sendiri tidak menggunakan fasilitas tersebut untuk
menyelamatkan diri.” Mendengar Jawaban Tuhan, Pak Tebe pun sadar akan
kekhilafannya. Dia terlalu mengharap datangnya mukjizat seperti malaikat datang
dari langit dan mengangkat dia, ternyata perkiraannya salah besar.
Dalam perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Lukas 16:1-13), Tuhan
Yesus berkata, belajarlah dari bendahara ini tetapi bukan korupsinya melainkan ia tahu bagiamana menggunakan
mamon untuk membangun persahabatan. Dan
Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang
tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di
dalam kemah abadi." (Lukas 16:9). Tuhan memberkati supaya kita
menolong orang lain dan berdampak. Kalau sungguh mengalami pertobatan, walau tidak
punya uang, pastikan hidup kita berdampak bagi orang lain!