Pdt. Albert Sutanto
Kis 16:8,9
8
Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas.
9
Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang
Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah
ke mari dan tolonglah kami!"
Kis 20:17-21
17 Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus
ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus.
18 Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada
mereka: "Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama
aku tiba di Asia ini:
19 dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan.
Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami
pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.
20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah
melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada
kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;
21 aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang
Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya
kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
Pendahuluan
Pada Kis 16:9 Rasul
Paulus mendapat suatu penglihatan ada seorang Makedonia yang berseru kepadanya
: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”. Pada Kis 20 kita melihat
bagaimana Rasul Paulus meresponi panggilan tersebut sehingga dia menjadi hamba
Tuhan yang berhasil dalam pelayanan.
Menyeberanglah ke mari dan
tolonglah kami!
Kalau kita merenungkan kalimat “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”
secara mendalam ,maka kita bisa menemukan artinya :
1.
Seruan ini berasal dari orang-orang yang
membutuhkan pertolongan dengan segera.
Karena itu mereka berseru kepada Rasul Paulus untuk
menyeberang dan menolong mereka. Demikianlah dalam kehidupan di dunia ini,
sebetulnya banyak orang yang berseru seperti itu. Tetapi mereka tidak berseru
dengan membuka suara, namun suara hati mereka berseru seperti itu. Ini seruan
orang-orang yang belum diselamatkan. Orang-orang yang belum diselamatkan adalah
orang-orang yang menanggung beban berat sekali. Mereka menanggung kesulitan
yang luar biasa, sehingga mereka tidak tahu jalan keluarnya dan bagaimana
mereka bisa mengatasi kesulitannya.
Banyak kita melihat orang seperti itu di dunia. Siapa yang harus
menolong mereka? Kita yang sudah
diselamatkan! Segeralah melakukannya, karena mereka benar-benar membutuhkan
pertolongan. Orang Kristen jangan menunda-nunda.
2.
Seruan itu juga berarti kisa harus
meresponinya dengan serius. Kita baik gereja maupun orang Kristen tahu bahwa
banyak orang yang hidup di luar keselamatan sangat menderita . Mereka
membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Mereka ingin terlepas dari ikatan dosa dan
mereka tidak memiliki shalom (damai).
Mereka butuh shalom, karena shalom hanya datang dari Tuhan Yesus. Sehingga
siapa pun di dunia ini, berapa banyak hartanya atau tinggi jabatannya yang dia
raih, tetapi kalau hidupnya tidak di dalam Tuhan, maka ia saja bisa tertawa
tapi itu hanya kulit luarnya saja. Dia hadir tapi tidak bahagia. Karena dalam
hatinya tidak ada Yesus. Di situ hanya ada teriakan, dan tangisan. Maka seruan “Menyeberanglah
kemari dan tolong kami” harus ditanggapi dengan serius oleh gereja dan
orang-orang percaya.
Saya sudah 40 tahun melayani Tuhan Yesus dari Sabang
sampai Merauke. 3 benua sudah saya kelilingi. Selama 40 tahun saya terus
memberitakan Inji sehingga saya sering berpergian. Hidup manusia terbatas dan waktu
kita juga terbatas. Kalau kita tidak bekerja sekarang dan kalau ada orang yang “terlambat”
percaya , siapa yang bertanggung jawab? Sejak kapan kita melayani Tuhan? Kalau
saudara bertanya kepada saya, maka jawabannya adalah sejak saya tahu Tuhan
Yesus saya sudah melayaniNya. Yang saya ingat , waktu masih TK saya sudah ikut
paduan suara anak-anak kecil. Jadi sejak TK, saya sudah melayani Tuhan. Waktu
SD, saya sudah memimpin paduan suara anak SM. Sehingga papa membuatkan saya
kursi kayu dan saat memimpin teman-teman bernyanyi, saya harus naik kursi
dulu. Kalau tidak begitu, teman-teman yang
lain tidak bisa melihat saya. SMP saya sudah masuk remaja. SMA saya sudah
melayani pemuda dan remaja. Tahun 1971 saya masuk SAAT dan tamat 1976. Sejak
itu saya terus melayani. Saya tidak tahu kapan saya tidak melayani Tuhan. Pada
waktu saya sudah emeritus dan kesehatan sangat terganggu, seharusnya saya sudah
beristirahat. Tetapi saya tahu, banyak orang berteriak minta tolong seperti
panggilan di atas. Maka walau di kursi roda pun saya keliling Indonesia. Saya
naik mimbar dengan kursi roda. Walau tangan saya belum bisa bergerak separuh,
saya sudah berkhotbah kemana-mana. Padahal penyakit saya super berat. Pembuluh
darah di kepala ada 4 yang pecah. Kepala saya tidak bisa dibuka, karena penuh
darah. Tetapi puji Tuhan, Tuhan menolong saya. Walau saya masih tidak bisa berjalan
dengan sempurna, saya tetap bersyukur. Maka orang bertanya, “Pak Albert selama 46 tahun Pak Albert sehat. Bagaimana sekarang
persasaannya? Karena kalau sakit , makanan kan harus di atur!” Saya katakan, “Puji
Tuhan. Sekarang umur saya 65 tahun. Puji Tahun 60 tahun saya makan enak, 5
tahun tidak makan enak tidak apa-apa. 60 tahun saya bisa berjalan kemana-mana,
baru 6 tahun tidak bisa berjalan enak, tapi tidak apa-apa.” Seruan Makedonia
harus ditangani dengan serius. Jangan berhenti! Gereja jangan tidak serius
untuk menanggapi panggilan Makedonia. Orang Kristen titdak boleh tidak serius
mendengarnya. Kalau kita menanggapinya, kita harus punya hati untuk berhasil.
Gereja mau melayani Tuhan harus berhasil. Untuk mau berhasil kita harus
belajar. Ada banyak hamba Tuhan yang berhasil yang kita bisa contoh. Contoh :
Rasul Paulus. Kalau kita melihat Rasul Paulus, ia punya semangat yang luar
biasa. Dia punya sikap melayani yang patut diteladani.
Apa
semangat dari Rasul Paulus? Bagiamana hidup Paulus dalam melayani tuhan ?
1. Ayat 18,
"Kamu tahu, bagaimana aku hidup di
antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini.
Rasul Paulus adalah seorang yang terbuka. Hidupnya bisa
dilihat orang. Sejak hari pertama datang ke Asia, sampai sekarang bisa dilihat.
Orang Kristen kehidupannya harus bisa dilihat orang, baik atau tidak. Baik
punya etika yang bagus, sopan santun, punya moral dan iman yang baik. Rasul Paulus
berkata, “Aku seperti surat terbuka.” Kita harus punya kehidupan seperti ini.
2. Ayat 19a.
dengan segala rendah hati aku melayani
Tuhan.
Orang yang melayani Tuhan dengan baik, punya motivasi yang
benar. Bayak orang bekerja untuk Tuhan tetapi tidak melayani Tuhan. Karena
orang melayani Tuhan harus punya motivasi yang benar. Motivasi yang benar
adalah melayani Tuhan bukan dirinya. Kalau melayani diri, mau dirinya enak. Ini
bukan melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri. Ataupun kita melayani
organisasi. Orang melayani Tuhan dan organisasi tidak benar motivasinya.
Marilah kita meneladani Rasul Paulus. Melayani Tuhan dan memiliki motivasi yang
benar. Orang yang melayani Tuhan akan sabar dan tidak kecewa dalam menghadapi
tantangan. Orang yang tidak melayani dengan benar, akan cepat kecewa. Kita bisa
melihat sikap Rasul Paulus dalam melayani Tuhan, ia punya pergumulan yang
dalam.
3. Ayat 19b
Dalam
pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan
dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.
Rasul Paulus orang yang tegas. Tetapi seringkali ia
mencucurkan air mata. Demi pekerjaan Tuhan dan demi jiwa-jiwa yang akan
diselamatkan, ia tidak menangisi dirinya tetapi orang yang akan diselamatkan.
Orang yang punya motivasi yang benar, lebih tidak memperhatikan dirinya. Hari
ini kita bisa berada di gereja ini, karena perjuangan mereka yang terdahulu.
Saya sudah lama mengenal Pdt. Paulus Sung. Sung mu shi dan Sung shi mu berdua
merintis gereja ini. Waktu saya masih mengajar di sekolah, saya tahu mereka membangun
gedung ini. Mereka banyak berkorban. Namun demikian saya tidak pernah melihat
mereka menangis di depan umum. Tapi saya percaya, di belakang itu mereka banyak
mengalirkan air mata agar gedung ini bisa dibangun. Saya banyak melihat hamba
Tuhan yang hari tuanya, mereka bisa punya banyak harta, namun tidak demikian
dengan Pdt. Paulus Sung. Saya banyak melihat dari keluarga Pdt. Paulus Sung dan
sekarang ia sudah berbahagia di ‘sana’.
Saya kadang berpikir, bila Pdt Paulus Sung dan ibu hanya
melayani diri sendiri, maka mereka bisa hidup enak. Tetapi mereka biasa-biasa
saja di hari tua. Hal ini berarti sudah puluhan tahun mereka melayani dengan
motivasi yang benar. Bukan enak-enakan. Rasul
Paulus dalam melayani juga mempertaruhkan namanya. Maka banyak orang mau membunuh
dia namun ia tetap melayani walau banyak kesulitan. Ini semangat Rasul Paulus
di dalam meresponi pangilan Makedonia. Kalau Rasul Paulus bisa mengapa kita
tidak bisa? Ingat teriakan Makedonia masih ada di mana-mana! Masih banyak yang
berteriak minta tolong.