Pdt. Peter Samsudin
Lukas 1:36-45
36
Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang
anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang
disebut mandul itu.
37
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke
pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40
Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
41
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di
dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
42
lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara
semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
43
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
44
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di
dalam rahimku melonjak kegirangan.
45
Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Pendahuluan
Salah
satu peristiwa dalam hidup manusia yang membuat hati gemetar, pikiran tidak
tenang, perasaan tidak menentu dan khawatir adalah proses menanti kelahiran seorang
bayi, terlebih lagi saat menanti kehadiran anak pertama. Bahkan orang tua yang
sudah mengalaminya berkali-kali juga tidak tenang apalagi bila tidak mempunyai
uang atau fasilitas kesehatan seperti BPJS. Kali ini, kita akan belajar dari respon
pasangan keluarga Zakaria dan Elisabet. Elisabet saat itu sudah mandul yang
artinya secara medis tidak mungkin mempunyai anak lagi, tetapi karena kasih
Tuhan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hal itu terjadi karena kuasa
Allah sedang dinyatakan dalam hidup Elisabet. Bagi orang mandul seperti
Elisabet tapi kemudian hamil, responnya pasti luar biasa! Di tengah kehamilan
yang sudah 6 bulan, ia menerima kabar yang luar biasa dari sanak saudaranya bahwa
Maria juga mengandung! Responnya juga luar biasa karena ia sendiri sudah hamil
dan ternyata sepupunya juga hamil!
Respon Elisabet
Terdapat 3 buah respon Elisabet terkait dengan kelahiran
Tuhan Yesus Kristus yang dapat dipelajari :
1.
Mendengar kabar
Juruselamat akan lahir, responnya penuh
dengan sukacita dan kegembiraannya tidak bisa sepenuhnya dilukiskan oleh
penulis Alkitab. Pada Lukas 1:41-42 dikatakan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,. Anak di dalam rahimnya
ikut melonjak dengan sukacita. Elisabet penuh dengan Roh Kudus artinya sukacitanya
disebabkan Roh Kudus berkarya dalam hidupnya. Itulah sukacita yang sejati.
Kalau hanya gembira saja, maka setelah anak lahir yang tersisa adalah pikiran
pusingnya untuk mencari uang guna membeli susu dan aneka keperluan bayi. Sekarang
harga susu sudah di atas Rp 200.000 ribu untuk kotak ukuran 800 gr dan habis
dikonsumsi selama seminggu. Di samping itu beraneka keperluan bayi termasuk
imunisasi. Kalau gaji sekitar 5 juta akan pusing karena biaya kebutuhan bayi
bisa lebih dari Rp 2 juta / bulan! Jadi sukacita kelahiran diikuti kepusingan.
Tetapi karena ini karya Roh Kudus , maka atas kelahiran anak pertama yang sudah
dinantikan dan didoakan, responsnya khusus. Bukan saja Elisabet dan Zakaria yang
senang, tapi juga sanak keluarga bersukacita! Respon ini berbeda pada banyak
orang yang tidak bisa melihat orang lain senang. Ada dua orang teman saya yang memperoleh
anak. Mereka bukannya sama-sama senang tapi malah saling mengkritik. Yang satu
kritik dikritik bayinya terlalu kurus dan yang satu lagi dikritik bayinya terlalu
besar. Yang satu rambutnya tidak banyak yang lain kritik kepalanya seperti
kelapa. Mendengar kritikan-kritikan tersebut, saya memarahi mereka karena
mereka tidak mensyukuri berkat Tuhan. Apapun kondisi sang bayi tetaplah
bersyukur. Walaupun mendapat bayi yang matanya sipit sekalipun, tetaplah
bersyukur! Bisa saja dengan kondisi matanya tersebut, nantinya sang anak tidak
akan kegenitan dan main mata. Karena ada seorang ibu yang suaminya tinggi besar
dan tampan. Lalu saat sang suami mengantar istrinya ke pasar, sang suami suka
melirik wanita-wanita cantik sehingga ia menabrak trotoar.Ia tidak tahu istrinya
terjatuh. Ibu ini bukan saja memarahi tetapi juga menonjok suaminya. Jadi
apapun kondisi sang anak, hati kita merasa puas, penuh sukacita dan bersyukur
kepada Tuhan! Biasa anak yang menurut pandangan manusia dianggap tidak baik,
tapi kalau kita bersukacita menerimanya maka nantinya sang anakmenjadi bagus. Sebaliknya
kalau anaknya bagus tapi kita tidak bersyukur malah bersungut maka akan
berbahaya bagi sang anak karena secara psikologis pertumbuhannya tidak sehat. Jadi
hendaknya yang punya anak dan cucu kiranya bersukacitalah sehingga mereka bisa
bertumbuh dengan baik. Yang “kurang baik” akan bertumbuh menjadi lebih baik.
Tugas sebagai orang tua atau kakek-nenek, kalau Tuhan karuniakan anak atau cucu,
maka kita harus optimis dan sukacita telah diberikan yang baik.
2.
Berseru dengan
suara nyaring. Pada Lukas
1:42b dikatakan- lalu (Elisabet) berseru
dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu. “Berseru dengan suara nyaring” merupakan
ungkapan kepuasan dan kebahagiaan, bangga dan haru. Ayat 43 (Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang
mengunjungi aku?) merupakan ekspresi Elisabet yang begitu bangga dan puas. Ada
seorang anak kecil bernama Karisa Madeline (Pang En Mei). Anak ini sangat
mendatangkan kebahagian bagi kedua orang tuanya dan kakek-nenek dari kedua
belah pihak. Neneknya sampai agak berlebihan dalam mengungkapkan kebahagiaannya.
Ia berkata, “Waktu saya sibuk di dapur, saya berkata ke cucu saya (yang baru 4
bulan), ‘Kamu anteng-anteng ya’ dan anak itu menurut!” Padahal kalau kita
analisa, anak itu menjadi tenang karena mungkin sudah makan cukup atau tidur
enak, jadi bukan karena ia mengerti bahasa neneknya. Si nenek juga bercerita, “Kamu
tahu tidak cucu saya? Waktu saya mandikan cucu saya dan merasa sedikit
kedinginan, cucunya berkata, ‘Aduh…! Aduh…! Dingin!” Tidak masuk akal
pernyataan sang nenek? Bisa ya bisa juga tidak karena nenek ini bisa menafsir
bahasa bayi. Yang lebih dahsyat lagi, ada orang tua yang gara-gara punya bayi
lalu menjadi ‘setengah gila’. Saking
puas dan gembiranya, orang tua itu menggunakan gaya bahasa hiperbol
(melebih-lebihkan), dan sering bertanya ke bayinya,“Kamu anak siapa?” padahal
anaknya sendiri. Orang tua (juga saya dan mama saya) lupa ingatan karena saking
gembiranya. Elisabet saat itu juga senang luar biasa. Karena ia sendiri
mengandung, lalu sanaknya Maria juga mengandung anak yang begitu spesial. Ia
begitu bahagia, puas dan bangga!
3.
Berbahagia.
Pada ayat 45 dikatakan “Dan berbahagialah
ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan
terlaksana." Ini pernyataan iman yang luar biasa. Dalam bahasa Yunani
digunakan kata makarios yang bermakna betul-betul bahagia dan
diberkati (karena percaya) sekaligus. Hal ini berlaku untuk kita semua. Kita
percaya firman dan janji Tuhan. JanjiNya melebihi janji Jokowi-A Hok. Kita
percaya Jakarta akan lebih baik, maka kita menjadi berbahagia. Allah kita
adalah Allah Perjanjian yaitu bila Dia sudah berjanji Dia tidak akan menyangkal!
Pada Mat 6:33 dikatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Dengan
perkataan lain, kita percaya dengan firman Tuhan maka semua kebutuhan akan
dipenuhi, terkecuali satu yaitu tidak boleh punya istri / suami lebih dari satu!
Tuhan sudah tahu kebutuhan kita. Saat usia kita sudah bertambah, penyertaan
Tuhan tetap sama, hanya dibantu control. Kalau olah raga banyak maka makan
boleh banyak namun tetap dibatasi. Waktu saya umur 35 tahun, saya makan sate
kambing 5 tusuk dan menengking dalam nama Yesus, namun setelah makan telinga saya
membengkak! Untuk yang berusia di atas kepala 6, harus lebih berhati-hati. Ada
pendeta yang umurnya 60 tahun dan suka makan kambing. Tiap kali makan ia menengking
dalam nama Yesus, akhirnya stroke dan mati. Ada yang komplain, “Mengapa Tuhan Yesus
tidak mendengar karena penyakitnya sudah ditengking dalam nama Yesus?” Mungkin istilah
sehari-hari untuk jawabannya, “Saat kamu makan enak, tidak ingat saya. Tapi
kalau bermasalah baru mencari saya”. Jadi kita boleh bersukacita , beriman tapi
harus berhikmat. Bila suatu hari kita menghadapi orang kerasukan yang bila melompat
bisa 2 meter, maka kita jangan menutup
mata untuk menghadapinya. Karena bisa-bisa kita ditendang dan di”sikat”nya. Kita harus buka
mata! Kalau dilempar dengan besi dan kayu maka kita harus menghindar. Jadi kita
harus berhikmat!
Penutup
Respon
kelahiran Yesus Kristus dari Elisabet adalah penuh sukacita, puas dan iman.
Itulah yang harus dipelajari hari ini. Kasih natal melingkupi kita sehingga
kita penuh sukacita apapun yang terjadi.
No comments:
Post a Comment