Pdt. Hery Kwok
Roma 1:14-15
14 Aku berhutang baik kepada orang
Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun
kepada orang tidak terpelajar.
15 Itulah sebabnya aku ingin untuk
memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.
Pendahuluan
Beberapa
waktu lalu, saya mengunjungi kantor Indovision di jl. Panjang ingin komplain
karena saya sudah berhenti berlangganan tapi uang saya masih dipotong. Saya
sudah pernah mengurus sebelumnya, namun tidak digubris. Saya ingin menekankan
agar mereka menindaklanjutinya. Saat itu ada seorang ibu juga yang ingin komplain.
Ternyata ibu tersebut sangat panjang keluh kesahnya. Ia mengatakan Indovision
penipu karena walau sudah tidak berlangganan, uangnya sudah dipotong beberapa
kali. Pihak Indovison kemudian mengeluarkan data bahwa sang ibu memang belum membayar
pada tanggal-tanggal tersebut. Sang ibu kemudian berkata, “Pokoknya saya tidak
tahu bahwa saya berhutang. Yang saya tahu kalian yang berhutang kepada saya!” Kita selalu lupa jika punya hutang pada
orang lain tetapi kita selalu ingat kalau orang lain berhutang pada kita.
Pada
Roma 1:14 Rasul Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani,
maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada
orang tidak terpelajar.” Dalam
bahasa aslinya (Yunani) dikatakan "orang-orang Yunani" diperlawankan
dengan "yang bukan Yunani" (barbaroi), maka yang dimaksudkan ialah
semua orang yang beradab, termasuk orang-orang Roma (yang sudah mengambil alih
kebudayaan Yunani). Rasul Paulus berhutang baik kepada orang barbar (tidak
berpendidikan) dan yang berpendidikan. Secara materi Rasul Paulus tidak
berhutang, tapi ia menyampaikan bahwa ia berhutang. Hal ini menunjukkan bahwa ia
punya hutang yang tidak pernah terbayarkan.
2 Konsep Hutang Rasul Paulus
1. Aku
berhutang menunjukkan bahwa ia berhutang kepada semua orang. Saat percaya kepada
Tuhan Yesus, secara otomatis kita berhutang kasih kepada sesama kita.
Rasul Paulus ingin
mengajarkan bahwa saat ia percaya Tuhan Yesus, waktu ia berjumpa denganNya di
tengah jalan menuju Damsyik (Damaskus,
Kisah 9). Waktu Allah menyatakan diriNya dan membawa pertobatan pada diri Rasul
Paulus. Rasul Paulus menyadari bahwa ia adalah orang yang jahat dan hal ini membawa
dia tunduk kepada Tuhan Yesus dan membiarkan Tuhan Yesus memimpin hidupnya. Pada
saat bersamaan Rasul Paulus mempunyai kesadaran bahwa sekarang saya berhutang
kepada sesama. Kalimat berhutang bukan berhutang kepada Allah, karena kasih
karunia Allah tidak mungkin dibayar. Kalau kita bisa membayarnya, hal itu berarti bukan kasih karunia. Kasih
Karunia Allah ialah pemberian cuma-cuma walaupun kita jahat dan tidak pernah
bisa dibayar. Rasul Paulus mengatakan, kasih karunia yang diberikanNya kepadanya
membawa kesadaran kepada dirinya bahwa sekarang ia berhutang.
Pada Mat 25:34-40 (kitab penghakiman terakhir) Kristus
memberi pelajaran bahwa nanti pada saat anak Allah datang untuk kedua kalinya, Ia akan
membangkitkan semua orang (yang baik dan jahat). Setelah dibangkitkan, maka
Allah akan menghakimi satu persatu. Waktu itu Allah berbicara ke orang-orang di
sebelah kananNya.
34 Dan Raja itu
akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang
diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak
dunia dijadikan.
35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
37 Maka
orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar adan kami
memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38 Bilamanakah
kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan,
atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39 Bilamanakah
kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40 Dan Raja itu
akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Pada Roma 1:14, Rasul Paulus
seakan-akan mengatakan,”Aku berhutang ke semua orang, Orang-orang itu adalah
saudaraku yang diberikan Allah kepadaku yang aku harus beritakan kebenaran
Injil.” Pemahaman Rasul Paulus sangat penting. Di jalan ke Damsyik, ia bertemu
dengan Tuhan saat ingin membunuh orang Kristen awal, tapi setelah bertemu tuhan
Yesus hidupnya diubahkan. Lalu ia melihat orang lain bukan sebagai musuh, tapi
orang yang harus diberikan kasih karunia Allah (bukan untuk dibinasakan).
Apakah kita memiliki kesadaran ini? Waktu melihat orang-orang,
apakah hati kita tergerak? Kita harus memberitakan kabar baik Tuhan. Rasul
Paulus ingin mengatakan kalau hutang yang ada padaku tidak terbayarkan, maka harus
aku lakukan terus. Itu yang harus aku kerjakan.
Ini menyadarkan kita posisi akan kita di hadapan Tuhan. Kalau kita
menyadari pengorbanan Allah dan
menyampaikan kebaikan Allah kepada orang lain, maka ada api (dorongan) yang
membuat kita bergerak untuk menggambarkan hal ini kepada orang lain.
2.
Hutang kasih semakin dibayar maka semakin dalam hutang
kita akan kebaikan Allah. Makin
dibayar semakin dalam maksudnya kalau hari ini kita berbuat baik kepada
seseorang, maka kebaikan yang diberikan tidak berkurang bahkan makin mendalam.
2 Kor 4:7-9
7 Tetapi harta
ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
8 Dalam segala
hal kami ditindas, namun
tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
9 kami dianiaya, namun tidak
ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan,
namun tidak binasa.
Apa yang Rasul Paulus
sampaikan waktu ia lakukan pemberitaan Injil ke berbagai tempat untuk membayar
hutangnya. Saat dalam kesulitan, Allah memberinya kekuatan sehingga ia makin
punya hutang atas kebaikan Allah dalam dirinya dan ia terus bercerita kepada
orang lain tentang Kristus. Semakin kita dimampukan oleh Allah, maka semakin
dalam hutang kita.
Saya pernah melayani di pedalaman Kalbar dengan jemaat independen
yang mendedikasikan dirinya melayani daerah terpencil. Ia ingin agar setahun
sekali ia melayani dan pergi ke daerah. Pelayanan di sana selama 5 hari 4 malam
dan sempat singgah di Pontianak. Di sana, ada gereja yang meminta saya melayani
mimbar di kebaktian tengah minggu. Ternyata di Kalimantan , jemaat antusias
beribadah dan punya semangat untuk datang kepada Tuhan. Bukan karena mereka
tidak sibuk melainkan karena mereka haus akan Firman Tuhan. Rencananya Pemimpin
Pujian akan mengajak pujian selama ½ jam, namun setelah selesai lagu pujian pertama selesai dinyanyikan dan pujian
kedua mulai dinyanyikan, listriknya padam. Sang pemimpin pujian terus memimpin
pujian dengan lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara”. Setelah selesai lagu
tersebut, dalam keadaan gelap gulita ia ingin menyerahkan waktu ke pembicara.
Saya berdoa dalam hati agar lampunya nyala. Karena kalau tidak ada penerangan
maka proses penyampaian khotbah dan pembacaan nats Alkitab akan terhalang (karena
akan membingungkan khotbah kepada siapa).Setelah lagu “Hatiku telah siap Tuhan”,
lalu saya berdoa agak panjang dengan harapan lampunya sudah menyala saat
selesai berdoa. Ternyata belum nyala juga. Kemudian saya ajak jemaat untuk
membuka Alkitab. Waktu saya membaca ayat demi ayat , lampu menyala! Jemaat menyambut
gembira. Hari itu saya belajar 1 kebenaran Firman Tuhan. Saya tidak mampu
menyampaikan firman Tuhan dalam gelap gulita walaupun sudah menyiapkannya. Kalau
lampu terus mati dan kondisinya gelap saya kalah. 2 Kor 4:8-9 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami
habis akal, namun tidak putus asa; kami
dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak
binasa. Rasul Paulus mengatakan bahwa Allah selalu memberi kekuatan. Saat
Allah memberi kita kekuatan , kekuatan Allah makin berlimpah dan semakin kita
mengalami kebaikan Allah yang semakin mendalam.
Sebagai
majelis, pengurus, singer, anggota
paduan suara (waktu bisa melayani), itu kebaikan Allah yang membuat kita bisa
melakukannya. Sesungguhnya kita berhutang kebaikan Allah saat melakukan itu. Kita
bisa melayani karena kita berhutang. Rasul Paulus yang mendatangi orang-orang dari
desa ke desa dan dari kota ke kota punya pemahaman seperti ini “Aku punya
hutang yang harus aku bayar”. Mari
pikirkan dalam memasuki perayaan natal, “Apakah kita merasa makin dalam
merasakan kebaikan Allah dalam kita melakukan pelayanan dan melakukan apa yang
Tuhan minta?”
Penutup
Pertanyaan
untuk diri kita : Apakah kita
benar-benar memahami, menyadari, dan mengakui bahwa kita telah menerima anugrah
Tuhan Yesus yang telah menebus dosa kita? Apakah kesadaran itu membuat kita
melihat sesama menjadi bagian dalam hidup kita untuk melayaninya? Pada akhir
pekan biasanya orang pergi ke Puncak atau Bandung. Saat saya ke sana, ada
jemaat yang memberitahu restoran Mak Oneng, mie kocok di Pasir Kaliki dan
tempat belanja pakaian (FO). Dia sangat tahu dan dengan semengat memberitahu tentang
keberadaan restoran dan FO tersebut bahkan sampai ingat waktu bukanya yang
notabene kita tidak punya utang piutang dengannya. Kita adalah umat yang sudah
ditebus, tapi tidak punya semanagat dan antusias untuk memberitakannya bahwa
kita sudah ditebus! Mau orang terpelajar atau bukan, kita berhutang. Jangan
jadi orang Kristen selfie (orang
Kristen untuk diri sendiri. Kita harus menjadi orang Kristen yang keluar dan
bergerak kepada orang lain. Karena kita berhutang kepada Allah.
Kalau
kita berhutang , kita harus membayar. Tidak ada kata lain untuk orang yang
berhutang kecuali harus membayar hutang tersebut. Orang yang tidak
membayar, kita sebut sebagai orang jahat karena tidak mau melakukan kewajiban. Kita
akan menyebut mereka orang yang tidak tahu diri dan tidak mau membalas budi.
Kalau ucapan itu ditujukan ke kita, kita tidak menerimanya, tapi itu yang kita
lakukan. Oleh sebab itu kita harus membayar hutang. Sebenarnya walau kita tidak
menginjili, orang lain tetap bisa mendengar firman Tuhan karena Tuhan akan
menggunakan berbagai cara. Dr. Rachmiati Tanudjaja mengatakan ada seorang pemuda asal Afghanistan. Ia marah
dengan orang Kristen dan ingin menghancurkannya. Salah satu pusat orang Kristen
ada di Amerika sehingga ia pergi ke Amerika dan kemudian ia masuk ke
universitas. Ia ingin masuk ke dunia orang Kristen untuk merancang kejahatan.
Lalu ia dengan semangat belajar apa yang dipercaya oleh orang Kristen. Ia
merasa orang Kristen adalah orang bodoh yang Allahnya tiga (Allah Tritunggal).
Ini adalah pemahaman yang sulit. Karena merasa
buntu dengan pikiran yang tidak masuk akal tentang Allah Tritunggal, maka dia ingin
mengotak-atiknya. Kemudian ia digerakkan untuk belajar Alkitab dan mencoba mempelajarinya.
Suatu saat firman Allah berbicara kepadanya dan ia bertobat. Waktu bertobat, ia
berkata, “Allah orang Kristen yang dia tentang, sekarang saya pahami setelah
saya percaya. Waktu saya tidak percaya saya tidak bisa memahami.” Jadi hal yang
tidak masuk akal bisa masuk akal setelah kita percaya. Akhirnya ia menjadi
orang yang bersemangat melayani orang lain. Orang itu percaya melalui Roh Kudus
yang memberi hati untuk menyelidiki Firman Allah. Jadi Allah bisa memakai apa
saja. Rasul Paulus mengatakan Allah mau memakai saya, itu sudah “kam-sia”
(terima kasih). Allah membawa kita dalam rencana, dan hal itu harus disadari.
Waktu membayar hutang, kita berysukur karena Allah memberi kemampuan
melakukannya.
Proyek
tahun ini adalah mendoakan orang yang akan dibawa kepada Tuhan. Ini adalah
momentum dan diharapkan kesempatan perayaan natal menjadi penggerak untuk
membawa mereka dan kemudian menjadi kebangunan gereja. Setelah natal, kita
tetap mendoakan dan membawa mereka. Jangan lupa kita berhutang dan harus
membayarnya!
No comments:
Post a Comment