Pdt. Aiter
Kis 4:36-37
36
Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas,
artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37
Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya
di depan kaki rasul-rasul.
Kis 6:1-5
1
Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah
sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap
orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam
pelayanan sehari-hari.
2
Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid
berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan
Firman Allah untuk melayani meja.
3
Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang
terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka
untuk tugas itu,
4
dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan
Firman."
5
Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih
Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus,
Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
Kis 9:36
Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita — dalam
bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi
sedekah.
Barnabas
awalnya bernama Yusuf dan kemudian diubah menjadi Barnabas, ia seorang kaya
yang menjual hartanya dan meletakkan di depan kaki rasul-rasul (Kis 4:36-37). Barnabas
adalah orang yang penuh roh , iman dan kuasa. Namun saat dilakukan pemilihan 7
orang pengurus (semacam majelis) yang bertugas untuk melayani pembagian kepada janda-janda,
ia tidak terpilih (Kis 6:1-5). Zaman sekarang kalau mau jadi majelis, biasanya
orang tersebut adalah orang yang dekat dengan gembala sidang. Yusuf sangat
dekat dengan para rasul sehingga para rasul menyebutnya Barnabas. Zaman dulu
mengubah nama seseorang memberikan otoritas pada orang yang memberinya nama
baru. Seperti anak diberi nama oleh ayah, maka ia tunduk kepada ayah. Anak
tidak bisa mengganti nama tanpa ijin sang ayah. Pemberian nama berarti
penundukan. Rasul mengubah nama Yusuf menjadi Barnabas yang berarti anak
penghiburan , hal ini menunjukkan bahwa para rasul mengkonfirmasi Barnabas sebagai
penghibur orang lain. Barnabas memenuhi syarat untuk dipilih. Ia adalah orang
Lewi dan status orang Lewi saat itu sangat dihargai. Sekarang ada hamba Tuhan yang
mengatakan bahwa “Saya termasuk golongan Lewi” dengan pengertian bahwa karena
Lewi berarti saya punya hak (wewenang) atas perpuluhan jemaat sehingga mereka menjadi
sangat kaya! Itu adalah tipuan karena tidak sesuai dengan Alkitab. Di
Perjanjian Lama bila orang Lewi salah melayani Tuhan atau sembarangan hidupnya
, maka mereka harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan dan akan dihukum! Barnabas
dekat dengan para rasul tapi tidak terpilih jadi majelis.
Ada
orang kaya yang menjadi penghasut, setelah tidak terpilih jadi majelis. Sebelum
pemilihan, ada yang melakukan kampanye. Melihat gedung gereja yang cat-nya buram,
ia menyumbang cat sehingga jemaat lainnya melihatnya. Ia juga menyumbang kursi
baru untuk mengganti kursi gereja yang sudah bolong. Piano yang sudah jelek disumbangnya
jadi grand piano. Setelah tidak terpilih, ia marah dan mengambil kembali piano
dan kursinya. Bahkan ada yang meminta kembali seluruh perpuluhannya sewaktu
tidak terpilih jadi majelis! Barnabas seharusnya bisa jadi provokator seperti
itu saat tidak terpilih, namun Barnabas tidak pernah mengeluh. Karena ia tahu bahwa
ia harus melakukan pekerjaan Tuhan (pekerjaan yang dimandatkan Tuhan). Akhirnya
Barnabas mendapatkan Paulus yang dalam sejarah gereja tercatat memiliki
pelayanan “besar”. Pada awalnya tidak ada yang percaya bahwa orang seperti Saulus
yang selama ini telah melakukan upaya untuk menangkap dan membinasakan orang
Kristen bisa bertobat. Barnabas memperhatikan Saulus dan akhirnya dari Roh Kudus
ia mengetahui Saulus bertobat sungguh-sungguh padahal rasul lain belum bisa
menerimanya. Barnabas memiliki mata yang tajam untuk melihat orang yang
berpotensi.
Demikian
pula dengan gereja seharusnya punya “mata” untuk melihat anak yang pintar dan
jangan malah disingkirkan. Ada gembala sidang yang melihat mahasiswa teologi
yang berkhotbah dengan berapi-api sehingga jemaat menyimaknya dengan penuh
perhatian, sedangkan bila gembala sidang tersebut khotbah, jemaat yang
mendengarnya malah mengantuk. Lalu setelah khotbah selesai, sang mahasiswa
berdiri di samping gembala sidang untuk menyalami para jemaat. Ada seorang ayi
(ibu) berkata, “Saya belum pernah mendengar khotbah seperti yang disampaikan.
Saya sangat diberkati” Dalam hati gembala sidang berkata,”Kurang ajar, jadi
selama itu khotbah saya…?”. Ada juga seorang Bapak berkata,”Hari ini khotbahnya
luar biasa! Tidak seperti yang lain.” Sang gembala menganggap sang mahasiswa sebagai
ancaman terhadap dirinya. Lalu di rapat majelis, gembala sidang mengatakan
bahwa mahasiswa itu sangat bagus dan perlu diutus ke pos PI daerah terpencil untuk
mengembangkan pelayanan di sana. Seharusnya anak muda yang bagus didoakan untuk
mengembangkan gereja. Kalau tidak gereja akan kehilangan (kehabisan) orang-orang
muda berpotensi sehingga yang tersisa adalah orang tua-orang tua saja dan akhirnya
gereja mati karena tidak ada yang potensi. Hal ini sudah terjadi di AS dan Eropa
di mana gereja hanya dihadiri oleh para orang tua saja. Kalau ada jemaat yang tua
itu meninggal berarti jemaat berkurang 1, setelah semua jemaat tua meninggal
lalu gereja dijual. Oleh pembelinya dijadikan kasino atau klub malam. Ada
sebuah gereja yang gedungnya bagus di AS yang dijual ke orang India yang
kemudian menjadikannya tempat meditasi. Ada juga yang bangunannya masih berbentuk
gereja, tapi sudah menjadi night club
dan menjual bir. Ada juga gereja yang dijadikan objek peninggalan sejarah lalu
di depannya dijual patung Kwan Im dan Budha Julaihud! Gereja di sana tidak
punya harapan. Di asia gereja masih ada harapan, tapi kalau tidak punya mata
tajam maka akan terjadi seperti itu juga.
Stefanus dan Filipus
Saat
pemilihan “majelis” yang bertugas mengurus pembagian kepada janda-janda, terpilih 7 orang dan 2 orang terbaik
di antara ke tujuh orang tersebut adalah Stefanus dan Filipus. Memang biasanya
dari banyak majelis yang terpilih, hanya 1-2 orang yang bersumbangsih. Demikian juga dengan adik-adik Yesus Kristus
yan berjumlah 4 orang laki-laki dan 2 perempuan (bisa lebih). Dari adik-adiknya
itu hanya 2 orang adik laki-lakinya yang dipakai melayani yaitu Yakobus dan
Yudas (sisanya tidak dipakai). Dalam kepanitiaan juga demkian. Anggota panitia
banyak tapi yang sungguh-sungguh bekerja
hanya sedikit. Ada yang ikut rapat di akhir saja tapi pada waktu hari-H ia memakai
jas , dasi lalu berdiri menyambut tamu dan memberi salam “Syalom”.
7
orang terpilih untuk melayani janda-janda yang sebenarnya dapat dilayani orang
biasa karena kebutuhan para janda seputar
sembako, sakit sehingga perlu didoakan (lutut rematik) dll. Namun saat itu
ditetapkan syarat untk melayani janda adalah penuh iman, roh dan kuasa. Jadi jangan dikira untuk
melayani janda-janda bisa dengan waktu yang kosong karena harus punya iman yang
kuat, Iman pelayan Tuhan harus kokoh. Kalau syaratnya itu, banyak yang bisa
tidak terpilih menjadi majelis. Ada yang disuruh mencari kitab Obaja saja tidak
tahu lalu senggol istri bertanya, “Memang ada kitab Obaja?” Setelah jadi
majelis harusnya rendah hati, tugasnya melayani. Seorang majelis seharusnya
punya kuasa, iman dan roh. Uraian tugas ke-7 majelis tersebut jelas yaitu untuk
melayani janda-janda. Sewaktu saya menggembalakan jemaat dan ada majelis yang
bertanya apa uraian tugasnya, saya kesal. Karena kalau sudah dikasih uraian
tugasnya seharusnya majelis melayani dengan baik. Bila ada 12 poin uraian
tugasnya, maka setelah melayani ke-12 poin tersebut dikatakan bagus. Bandingkan
dengan ke-7 orang yang terpilih hanya melayani janda-janda, maka mereka akan menjadi
pengangguran. Karena setelah Stefanus dilempari batu sampai meninggal muncul
penganiayaan besar-besaran dan para jemaat (termasuk janda-janda) pun melarikan
diri. Dengan demikian kalau tugasnya hanya melayani janda-janda, maka tidak ada
tugas majelis lagi. Kalau benar tugas majelis melayani janda-janda maka
seharusnya majelis mencari janda-janda itu, mengetok pintu-pintu rumah dan bila
ada janda-janda maka majelis melayani mereka. Tetapi 2 di antara 7 majelis itu
melayani bukan hanya janda, mereka mati sahid untuk Tuhan dan terkenal sebagai
pemberita Injil dan hal itu diluar uraian tugas mereka. Ada mahasiswa praktek di
gereja, melihat semua jadwal pelayanan di gereja tersebut sudah terisi nama
para petugasnya, lalu bertanya ke Pdt Stephen Tong tentang tugasnya. Pdt. Tong kemudian
menjawab, “Kamu keluar gereja untuk penginjilan dan mencari jiwa!” Itu
tubasnya. Itu di luar uraian tugasnya karena ada tugas lain yang lebih besar. Stefanus
diincar iblis dan akhirnya dimatikan. Ia yang terbaik di antara 7 orang majelis
itu. Strategi setan selalu mengincar orang terbaik. Di gereja Tuhan , gembala
sidang adalah orang yang diincar iblis. Jadi Stefanus diincar. Ia majelis yang menghafal
isi kitab Perjanjian Lama dan menyimpulkannya. Ia bisa bercerita dari Abraham, Ishak
, Yakub lalu loncat ke Yosua dan berhenti di kisah Salomo. Ia menguasai Alkitab
tanpa membaca. Sedangkan zaman sekarang ada majelis saat ditanya tentang
Alkitab baru mencari Alkitabnya yang ternyata sudah hilang 3 bulan sebelumnya. Stefanus dikenal sebagai pemberita Injil,
bukan pelayan janda-janda.
Yang
kedua terbaik adalah Filipus. Ia sungguh-sungguh luar biasa. Pelayanannya menakjubkan
di tanah Samaria. Tanah ini pernah diinjili oleh Tuhan Yesus (Yoh 4:7-42). Tuhan
Yesus menginjili perempuan yang kemudian membawa banyak orang samaria. Mereka berkata kepada perempuan itu:
"Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami
sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat
dunia." (Yoh 4:42).
Orang-orang Samaria percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melayani pada umur
30-33,5 tahun. Diasumsikan pada waktu masuk tanah Samaria, Ia berusia 31 tahun
dan 2,5 tahun kemudian Yesus Kristus mati di kayu salib. Setelah itu masuk peristiwa
Pentakosta, lalu masuk peristiwa Filipus yang memberitakan Injil di Samaria
(Kis 8:5-13). Sejak Tuhan Yesus masuk tanah Samaria, 5 tahun kemudian orang Samaria
mengagumi Simon si tukang sihir. Mungkin mereka yang dulu bertemu Tuhan Yesus sudah
mati atau hanya sekedar menerima bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat. Itu tidak cukup! Karena sekali
menyimpan injil, Setan berusaha merebutnya. Satu per satu direbut setan
sehingga tanah Samaria dikuasai tukang
sihir. Lalu Filipus dikirim dan terjadi pertobatan besar-besaran. Termasuk Simon
si tukang sihir minta dibaptis. Tapi Filipus tidak punya kepekaan bahwa Simon bukanlah
petobat asli. Demikian juga sekarang ini banyak yang mau atestasi atau dibaptis
hanya untuk keperluan menikah, setelah itu hilang tidak pernah datang lagi di
gereja. Nantinya baru bertemu lagi setelah meninggal. Di dalam Perjanjian Baru,
sewaktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, banyak orang Farisi dan Saduki bertobat
dan dibaptis, tapi Yohanes Pembaptis berkata "Hai
kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu
dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” (Mat 3:7b) . Ketika
rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman
Allah, mereka mengutus Rasul Petrus dan Rasul Yohanes yang kemudian
menumpangkan tangan di atas mereka. Ketika Simon si tukang sihir melihat bahwa
Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia
menawarkan uang kepada mereka. Namun Rasul Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama
dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia
Allah dengan uang” (Kis 8:20).
Di
kampung saya , ada orang tua yang mau masuk atestasi menjadi anggota gereja. Alasannya,
“Karena nanti kalau mati tidak ada yang mengurusnya.” Logika pemikirannya gereja
hanya menyiapkan kuburan untuk anggotanya saja, maka ia atestasi masuk menjadi
anggota gereja supaya kalau mati aman karena akan ada tempat kuburan! Ada juga yang
ingin sekolah ke luar negeri tapi tidak bisa karena belum cukup umur sehingga
minta surat dari gereja. Setelah diberi surat atestasi lalu orang itu tidak
pernah ke gereja di luar negeri. Ada
juga yang ke gereja karena mencari pacar. Saya pernah bertemu dengan jemaat
yang berprofesi dokter ada di gereja tempat saya berkhotbah lalu saya bertanya,
mengapa ada di sana? Ia menjawab, “Saya datang ke persekutuan pemuda di gereja tidak
ada yang cocok. Jadi sekarang saya pindah gereja dan ternyata ada yang cocok
sehingga saya pindah ke sini” Jadi selama ini saat di gereja, matanya berkeliling
mencari calon istri. Setelah dapat ia pindah gereja. Bagaimana nanti kalau
putus? Jadi untuk pindah gereja harus
evaluasi motivasinya.
Setelah
memberitakan Injil di Samaria dan banyak orang dibaptis, Filipus seharusnya mendirikan
gereja di sana karena pasti banyak yang mendukungnya. Tapi Roh Kudus bekerja
dengan cari lain. Karena bila Filipus terus di Samaria, ia akan didewakan di
sana. Jemaat akan menyerahkan tanah dan rumah mereka. Tetapi Tuhan tidak mengijinkan
orang didewakan. Demikian pula dengan Yesus, setelah dikenal di satu tempat,
Yesus pindah ke kota lain. Yesus tidak ingin didewakan. Filipus dipindahkan ke
tempat yang sunyi luar biasa. Padahal sekali khotbah ia bisa menobatkan Samaria. Ia kemudian
diuji melayani sida-sida Etiopia. Zaman sekarang, ada hamba Tuhan yang berkata ,”Kalau
tidak ada 2.000 orang , saya tidak mau melayani.” Hal ini berarti menghina
orang. Karena bisa saja di antara 5 orang ada orang seperti Paulus.
Filipus
diutus ke tempat yang tidak dikenal untuk melayani sida-sida. Sida-sida itu sedang
membaca kitab suci dalam perjalanan dari Etopia ke Yerusalem . Hal ini
mengagumkan. Bandingkan dengan kondisi saat ini, ada jemaat yang sudah lupa apa
yang baru saja dikhotbahkan, ada juga ynag hanya mengingatnya tapi 2-3 hari
kemudian lupa atau paling tidak sampai sebulan kemudian sudah lupa. Ia membawa
kitab dan beribadah, lalu keluar gereja tidak tahu isi khotbahnya. Tapi
sida-sida itu dari Etiopia ke Yerusalem, bisa membaca. Dulu orang yang dianggap
kafir dan orang kulit hitam dilarang pergi ke gereja. Sida-sida ini tidak
diterima masuk karena sudah dikebiri. Ia tidak boleh masuk ke gereja, tapi
tetap membaca Alkitab. Ia membaca kitab nabi Yesaya, “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba
yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka
mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan
menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Sida-sida ini
tidak ada yang melayaninya, karena orang yang dikebiri dan hitam dianggap
sampah masyarakat. Filipus datang dan menjawab pertanyaannya. Sida-sida itu hatinya
dibukakan, minta dibaptis dan percaya kepada Yesus. Setelah bertemu dengan
sida-sida, Filipus dipindah ke tempat yang lebih sunyi lagi. Ia tidak diijinkan
pergi ke Etiopia karena bisa disambut dengan baik mengingat sida-sida itu punya
jabatan penting dan rumah besar, sehingga ia akan mendukung Filipus. Tuhan
tidak ijinkan. Kemudian sida-sida balik ke Etiopia dan mendirikan gereja. Setelah
Pentakosta, wakil diutus ke Etiopia. Filipus
diutus ke daerah-daerah terpencil. Ia tidak berkata tidak bisa karena ada istri
dan 4 anak. Ia tetap taat dan pergi. Jadi kalau Tuhan sudah gerakkan, maka
harus pergi. Tidak bisa dihalangi urusan lain seperti urusan kantor. Siapa sangka
orang yang ditemukan bisa menjadi hamba Tuhan. Atau orang-orang yang dilayani
berpuluh tahun kemudian menjadi orang penting.
Dorkas
Kita
sudah melihat Barnabas, Stefanus dan Filipus , lalu dimunculkan 1 orang wanita
yang paling cocok di kalangan majelis karena melayani janda. Ia sendiri tidak terpilih
menjadi majelis, namanya Dorkas. Berbeda dengan banyak orang yang setelah
melayani hebohnya luar biasa (seolah-olah sudah banyak yang dikerjakan), Dorkas
pelayanannya diam-diam yakni dengan menjahit baju. Dulu kalau saya pesan baju
baru untuk digunakan saat imlek, harus dipesan 3 bulan sebelumnya. Waktu diukur
badannya dilebihkan sedikit karena khawatir berat bertambah. Sedangkan pada
waktu zaman Dorkas, menjahit baju pasti lebih lama. Siang dan malam Dorkas
terus menjahit. Berhari-hari, berbulan-bulan ia terus menjahit baju. Setelah selesai,
kondisi Dorkas menurun, lalu sakit parah. Ia tidak pernah melapor bahwa ia
sakit sehingga tidak dibesuk oleh rasul dan majelis. Tiba-tiba ia meninggal. Berbeda
dengan sekarang, bila jemaat tidak dibesuk , marah-marah. Juga kalau rumah
kebanjiran perlu diteleponi. Namun ada juga yang tidak mau diteleponi. Susahnya
menjadi hamba Tuhan kalau demikian. Padahal
waktu pendetanya sakit tidak membesuk. Namun ada juga yang terlalu berlebihan
perhatiannya. Baru sedikit pilek atau lesu langsung jemaat membawa arak obat
sampai-sampai sang pendeta “kelebihan gizi”. Seharusnya waktu kebanjiran bila
tidak dibesuk , coba evaluasi apakah pernah membesuk orang yang kebanjiran.
Dulu
waktu khotbah di Surabaya , saya bertanya ke supir yang mengantar saya yang
sepertinya berasal dari NTT. Rupanya ia berasal dari Waingapu dan bergereja
asal di GKS. Saya baru dari sana. Jadi supir itu melayani di gereja saya, sedangkan
saya melayani di gerejanya. Saya berkata, “Tidak sangka saya dikirim untuk
melayani kampung bapak.” Kalau hanya pikirkan denominasi, maka Tuhan akan membuang
saya. Pdt Stephen Tong ditanya, “Untuk pelayanan, Bapak terus berpergian. Bagaimana dengan keluarga Bapak?”
Pdt Tong menjawab,”Kalau saya perhatikan keluarga Tuhan, masa Tuhan tidak
memperhatikan keluarga saya? Tuhan akan mengirim orang untuk memperhatikannya” Dulu
waktu saya memimpin KKR di Kalbar , anak perempuan saya terkena sakit Kawasaki
yang belum ada obat dan diketahui penyebabnya.
Saya diberi kabar, “Anak Bapak di rumah sakit lalu dikirim fotonya. Tinggal minta persetujuan untuk pasang peralatan
dan akan disuntik 8 botol obat dengan biaya Rp 25 juta”. Saya berpikir untuk pulang
atau tidak. Saya bisa saja pulang dan minta diganti dengan pembicara lain. Tapi
saya percaya, Tuhan akan menjaga anak saya sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas saya. Akhirnya saya setuju dan istri saya menanda-tangani formulir
persetujuan dari rumah sakit. Setelah khotbah anak saya baru disuntik botol ke-7
dan sampai sekarang anak itu tidak apa-apa. Anak saya yang ke-2 dan ke-3
kembar. Waktu istri saya mau melahirkan anak kembar itu, saya sedang pelayanan
di Dumai. Istri saya mengalami pendarahan. Saya bergumul dan berdoa,”Tuhan
kirimlah orang yang mengurusnya.” Dan ternyata ada jemaat yang datang untuk
mengurusnya ke rumah sakit. Dokternya datang malam hari. Walau dokter datangnya
lambat, istri saya tetap harus menanti sampai gilirannya tiba padahal ia sedang
mengalami pendarahan! Saya menyampaikan khotbah sambil dibayangi kekhawatiran
apakah istri saya masih hdiup. Sekarang anak kembar saya sudah berusia 8 tahun.
Jadi kalau kita perhatikan rumah Tuhan, maka Tuhan akan memperhatikan rumah
Tuhan. Demikian juga dengan Dorkas yang memperhatikan Tuhan sehingga waktu ia meninggal, Tuhan mengirim Rasul Petrus untuk
membangkitkannya. Sungguh luar biasa, Dorkas yang tidak terkenal tapi Tuhan
utus rasul terbaiknya saat itu!.
Penutup
Tuhan
mengerjakan bagian Tuhan dan kita mengerjakan bagian kita. Sebelum
benar-benar bertobat Petrus berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau;
jadi apakah yang akan kami peroleh?" (Mat 19:27). Yesus pernah menegur Petrus "Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia." (Mat 16:23). Petrus juga pernah berkata kepada Yesus : "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak." (Matius 26:33) dan "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan
menyangkal Engkau." (Matius 26:35). Namun pada saat Yesus ditangkap
dan diadili, Petrus menyangkal saat dikatakan ia bersama-sama Yesus, "Aku
tidak kenal orang itu." (Mat 26:69-74).
Setelah Petrus menyangkal tiga kali, Yesus menengok ke Petrus dan Petrus pun
menangis dengan sedihnya. Setelah ia bertobat sungguh-sungguh , saat pentakosta
ia berkhotbah dan 3.000 orang bertobat (Kis 2:41) dan sewaktu ada pengemis yang
lumpuh meminta sedekah, Petrus menjawab, "Emas
dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi
nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"(Kis 3:6).
Di
dunia cukup banyak pendeta yang korupsi. Ada pendeta di Surabaya yang
disinyalir mengambil uang sebesar Rp 4,5 triliun! Demikian juga dengan di
Singapore dan Korea Selaatan. Semuanya mengutip ayat-ayat Alkitab. Ada juga
pendeta yang berkata, “Kami sudah melayani, di mana uang bensin dan uang makannya?”
Sedangkan saat kami melayani ke daerah pedalaman tidak pernah mendapat honor,
malah harus mengeluarkan uang sendiri. Bandingkan dengan Petrus yang berkata
bahwa ia tidak punya emas dan perak dan ia memberitakan tentang Yesus! Seharusnya
pendeta yang tidak layak menjadi pilar gereja harus dibuang. Bandingkan dengan
Petrus yang menjadi pilar karena memiliki iman yang kuat sehingga menjadi pelayan
Tuhan yang luar biasa. Gembala Sidang yang kuat menghasilkan majelis yang kuat.
Majelis yang kuat menghasilkan aktivis yang kuat. Aktivis yang kuat
menghasilkan jemaat yang kuat.
Petrus
mempunyai Yesus Kristus dan itu yang ia berikan dan beritakan. Majelis juga harus
memberitakan Yesus. Yesus telah memberikan nyawaNya kepada kita, apa yang kita
berikan kepadaNya? Dalam Alkitab ada prinsip, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak
dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih
banyak lagi dituntut."(Lukas 12:48). Setelah terima keselamatan yang merupakan anugerah terbesar, melayani adalah kewajiban
dan kita harus ambil bagian. Kalau sudah mendapat anugerah terbesar, maka gereja
Tuhan tidak bisa santai tapi harus memberitakan Injil. Pdt Stephen Tong ditanya,
“Sudah umur segini kenapa tidak beristirahat?” Pdt Tong menjawab,”Saya sekarang
akan lebih giat lagi karena kelak saya akan tidur selama-lamanya. Untuk apa
saya tidur banyak-banyak karena nanti saya akan tidur selama-lamanya.” Jadi jangan kita sekarang banyak tidur . Sudah tidur 8 jam ditambah 2
jam lagi. Tuhan pakai hidup kita, dan kelak kita akan tidur selama-lamanya. Bekerjalah
selama hari masih siang! (Yoh 9:4)