Ev Susan Maqdalena (Kwok)
Daniel 3 : 16-23, 27
16
Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar:
"Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
17
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan
melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu,
ya raja;
18
tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa
kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu."
19 Maka meluaplah kegeraman
Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu
diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.
20
Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya
untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam
perapian yang menyala-nyala itu.
21
Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan
pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang
menyala-nyala.
22
Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar
biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat
Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.
23
Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke
dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
27
Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja
datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh
api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah
apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.
Pendahuluan
Dunia
tidak akan membenci kita bila kita mengikuti cara-cara dunia. Namun setiap
orang percaya akan merasakan pertentangan yang mengganggu dan “menakutkan”, saat
ingin melakukan kebenaran firman Tuhan. Karena ada banyak cara dunia membuat
kita beralih dari iman percaya kepada Tuhan Yesus. Suatu kali di kantor imigrasi
saya bertemu dan berbicang-bincang dengan seorang Kristen yang mempunyai 2 KTP.
Dalam KTP yang satu agamanya tertulis Kristen sedangkan yang lain non Kristen. Hal
ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman, dia ditolak saat melamar pekerjaan
karena beragama Kristen. Sehingga teman-temannya memberi nasehat agar bila
pergi ke tempat yang berlatar non Kristen, ia mengeluarkan KTP yang beragama non
Kristen dan sebaliknya. Dia akhirnya bisa sukses dengan cara tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa selama mengikuti cara dunia, maka ia akan sukses. Sudah
menjadi rahasia umum bahwa pekerjaan dan jabatan tertentu dikhususkan untuk warga
yang non Kristen. Hal ini membuat orang Kristen tergoda untuk membuat 2 KTP
atau lebih. Karena bila tidak demikian, maka dia sepertinya tidak akan punya
karir dan uang untuk membiayai keluarganya. Bukankah kebencian dunia mengakibatkan
kita yang ingin hidup dalam kebenaran menjadi “takut”? Ketakutan ini membuat
kita tidak tahu bagaimana harus berbuat saat menghadapi kebutuhan hidup. Contoh
: ketika anak harus membayar uang kuliah (sekolah) dan kita tidak punya uang , membuat kita
takut.
Jangan Takut bila Dunia Membencimu,
Tetaplah Setia Mengikuti Tuhan Yesus
Sadrakh
Mesakh dan Abedengo menghadapi tantangan antara hidup dan mati saat hidup dalam
pembuangan di kerajaan Babel yang dipimpin oleh Raja Nebukadnezar, Hal ini
disebabkan oleh keinginan raja untuk mengokohkan pemerintahannya dengan membangun
patung dirinya yang tinggi besar dan mengharuskan setiap penduduk menyembah
patung tersebut. Barang siapa tidak mau menyembahnya, maka orang itu akan
dibunuh. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dimasukkan ke perapian karena mereka tidak mau sujud
menyembah patung tersebut. Bahkan dalam kemarahan, raja membuat perapian itu
tujuh kali lebih panas dari biasa. Apa yang harus diperbuat kalau kita
menghadapi kondisi seperti itu?
Ada
video di dunia maya tentang seorang anggota Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) yang memengggal
wartawan Amerika James Foley pada bulan Agustus 2014 dengan luar biasa
sadisnya. Ada banyak orang yang dihadapkan pada keputusan antara hidup dan mati
(dengan pedang ditodong ke leher bila tidak melakukan hal yang dikehendaki sang
pengancam). Bila kita yang menghadapinya, mungkin kita berpikir tidak ingin
mati (dipenggal) karena ada anak, cucu dan keluarga yang tergantung pada kita. Sebagai
orang yang tidak menghadapi kondisi tersebut secara langsung, mungkin kita
berkata, tidak akan mengikuti kehendak sang pengancam untuk mengubah
kepercayaan kita. Ternyata wartawan Amerika itu setelah mengikuti kehendak sang
pengancam agar tetap hidup, akhirnya tetap dibunuh. Itulah kebencian dunia yang bisa membuat kita
kadangkala tidak kuat.
Alkitab
mengajarkan kita untuk tetap setia setia kepada Tuhan saat dihadapi hukuman
mati, Pada ayat 16-17 dikatakan, Sadrakh,
Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: " Jika Allah kami yang
kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian
yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja.” Dalam keadaan nyaman
kita bisa mengucapkan kalimat seperti ini, tetapi saat terpuruk (menghadapi
kematian, penyakit menahun) apakah kita masih sanggup mengatakannya? Mereka
percaya Allah sanggup melepaskan mereka, karena mereka punya pemahaman yang
jelas tentang Allah melalui penyelidikan Kitab Suci dan pengenalan kepada
Allah. Firman Tuhan menguatkan hati mereka dan memunculkan iman bahwa Allah
pasti sanggup menolong mereka.
Tetapi
di dalam ayat 18 dikatakan, “tetapi
seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan
memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan
itu." Kalimat yang diikuti dengan kata “tetapi” menunjukkan prasyarat
yang tidak dipenuhi sehingga akhirnya apa yang ingin dilakukan batal. Namun
kata “tetapi” yang dimaksud oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak seperti
itu malah yang dimaksud mereka memperkuat keyakinan mereka bahwa Allah sanggup
tapi Allah tidak harus mengerjakannya. Hal ini seperti kalimat “Allah sanggup menyembuhkan
penyakit saya tetapi tidak harus menyembuhkan” karena Allah mempunyai otoritas,
Allah sanggup melepaskan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari dapur api tetapi
tidak harus melakukannya. Ini pemahaman yang luar biasa yang harus dimiliki
dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Allah yang punya hak, bukan saya. Allah
bukan pembantu kita, melainkan kita yang derajatnya lebih rendah. Sehingg
segala sesuatu terserah Allah. Itu sebabnya mereka sanggup mengucapkan kalimat bahwa
mereka tidak akan menyembah patung sang raja walau harus mati terbakar di dapur
api. Apa yang menjadi dapur api kita? Mungkin kesehatan, ekonomi atau anak kita. Tetapi saat menghadapi dapur api,
kita percaya Allah sanggup menolong walau belum jelas pertolongan Tuhan. Sadrakh,
Mesakh dan Abednego dengan kerendahan hati mengatakan, “Walaupun Tuhan tidak
menolong, engkaulah tetap Allah yang saya percaya.” Yang sering terjadi dalam
kehidupan kita seringkali sebaliknya. Allah itu dijadikan seperti pembantu kita
walau dengan “cara halus”. Misalnya dalam doa berkata, “Tuhan, tolong saya. Kalau
tidak minggu depan saya tidak mau ke gereja lagi (atau tidak mau memberi perpuluhan.,
tidak mau melayani lagi). Sadrakh, Mesakh dan Abednego justru sebaliknya. “Kalau
pun Allah tidak mau melepaskan, saya akan tetap percaya, melayani Dia dan tidak
mau sujud menyembah kepada patung”. Inilah keteguhan iman. Keteguhan iman akan
menghasilkan sikap rela menanggung kesusahan. Iman akan menjadi teguh saat
menghadapi kesulitan, itu sebabnya orang yang diproses Tuhan, akan rela memikul
kesulitan.
Allah
ingin kita konsisten (stabil) dalam mengikuti Dia. Mungkin ada pasang surut dan
jatuh bangun tetapi tetap di dalam Dia. Sadrakh, Mesakh dan Abednego percaya Tuhan dan melayani Tuhan dari kecil
sampai dewasa dan selamanya. Dari orang yang tidak punya apa-apa sampai punya
semuanya tetap percaya kepada Tuhan. Itulah konsisten. Sadrakh, Mesakh dan
Abednego dipersulit dalam ibadah, tetapi tetap mau beribadah. Kita yang bebas
beribadah, seringkali sulit beribadah. Ada 1001 alasan yang kita kemukakan
untuk tidak beribadah. Mereka mengalami kesulitan namun di tengah kesulitan
mereka tetap melayani. Kita yang bebas beribadah namun tidak mau melayani,
perlu mengevaluasi diri kita.
Penutup
Apa
kebencian dunia yang membuat kita sebagai orang Kristen takut? Ketika ingin melakukan usaha dengan jujur, dunia
bisa membenci kita. Kita harus berhati-hati , tetapi jangan takut. Karena
kesuksesan dan keberhasilan adalah berkat yang diberikan Tuhan kepada
anak-anakNya sesuai takaran masing-masing. Ada orang muda yang takut karena tidak
punya teman hidup setelah lama mencari sehingga sembarangan memilih. Seharusnya
setiap orang muda berhati-hati dan jangan takut. Setiap orang dipanggil dengan
cara berbeda-beda. Ada orang yang
dipanggil untuk menikah dan ada juga yang tidak. Sebagai karyawan di perusahaan
(kantor) , kita juga harus berhati-hati, tetapi jangan takut. Selama kita
menunjukkan suatu pekerjaan yang baik, dan setia, percayalah Tuhan akan
menyertai. Ada artikel singkat tentang belajar dari semut. Amsal 30:25 semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan
makanannya di musim panas,. Semut mempersiapkan hari depannya dengan
mencari makanan, sehingga ketika musim dingin tiba mereka siap menyambutnya.
Bagaimana dengan kita? Ketika musim kesusahan tiba, apakah kita siap?
Seharusnya kita belajar seperti semut. Berusaha dengan tidak mengenal lelah
untuk mencari kekayaan dan kebenaran rohani. (yang sudah Allah sediakan di
dalam firman). Hidup tidak selalu rata dan terkadang kita terpuruk ke dalamnya,
itulah hari kesusahan. Apakah kita siap menghadapinya?
No comments:
Post a Comment