Ev. Susana Heng
Wahyu 2:1-7
1
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari
Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di
antara ketujuh kaki dian emas itu.
2
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku
tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau
telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau
tidak mengenal lelah.
4
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula.
5
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan
datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau
engkau tidak bertobat.
6
Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan
pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon
kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
1 Kor 13:1-3
1
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa
malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing.
2
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui
segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama sekali tidak berguna.
3
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
Pendahuluan
Sewaktu
SMA, tepat di depan saya duduk seorang anak laki-laki. Sepanjang pelajaran kepalanya
dimiringkan dan ia seringkali menoleh ke belakang. Karena berada di belakangnya
, tingkah lakunya mengganggu saya. Ternyata hal tersebut dilakukan karena ada
teman sekelas yang ditaksirnya. Hal tersebut dilakukan dari hari ke hari, walau
akhirnya ia tidak melakukannya lagi. Saat jatuh cinta, orang akan melakukan
hal-hal yang memerlukan pengorbanan dan dengan rela melakukannya. Ada pemuda yang
baru lewat di depan rumah pemudi yang
ditaksirnya, hatinya sudah gemetaran. Padahal ia belum mengetuk pintu, bertemu
bahkan belum berbicara dengan sang pemudi, tapi hatinya sudah gemetar. Saat
manusia jatuh cinta, ia merasakan adanya getaran seperti arus listrik (magnit)
untuk terus bisa berada bersama kekasihnya. Itulah perasaan yang manusia
rasakan saat jatuh cinta dengan orang lain dan juga kepada Tuhan!
Tuhan Melihat Hati
Saat
pertama kali mengenal dan percaya, orang tidak pernah bosan berada dekat dengan
Tuhan. Ada yang membaca seluruh bagian Alkitab dalam waktu beberapa bulan saja.
Karena di dalam hatinya ada Kristus. Pada Wahyu 2:2-3 ada pujian kepada jemaat
di Efesus yang dibangun oleh Rasul Paulus yang kemudian mengembangkan
penginjilan di sana. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih
payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya
rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati
mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar
dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Jemaat
ini dipuji di ayat 2 sebagai jemaat yang tekun, tidak mengenal lelah , tidak
sabar terhadap orang jahat dan pendusta, sabar menderita karena nama Tuhan. Berbeda
dengan kondisi kita saat ini. Sedikit
dari kita yang menderita karena nama Tuhan. Kita bebas datang ke gereja. Tapi pada
ayat 4 dikatakan, Tuhan mencela mereka. Walaupun jemat Efesus giat melayani Tuhan
dan rela menderita karena nama Tuhan tapi mereka dicela Tuhan karena telah
meninggalkan kasih yang semula! Jadi walaupun mereka rela mengorbankan semuanya
termasuk tubuh, namun semuanya sia-sia. Tuhan melihat hati. Berbeda dengan kita
yang melihat keaktifan (kegiatan) dan menganggap apa yang dilakukan sama dengan
apa yang ada di hati.
Banyak
di antara kita sudah menikah. Pada awal pernikahan, ada suami yang saat bangun
pagi memberi kecupan kepada istrinya , pulang kerja dan kembali ke rumah tepat
waktu dan terus melakukannya bertahun-tahun kemudian. Namun suatu kali sang
istri menemukan buku harian sang suami yang mengatakan bahwa dia bosan setiap
hari melakukan kegiatan rutin seperti itu dan sudah merasa hambar dalam
hubungannya dengan sang istri. Dulu saat menyentuh tangan istri seperti ada
getaran, tapi setelah bertahun-tahun sang suami melakukannya karena rutinitas
dan takut kalau tidak melakukannya, sang istri akan mengajukan keberatan. Jadi sang
suami merasa terpaksa melakukannya. Setelah sang istri membacanya, dia mungkin bertanya-tanya
dalam hatinya apakah dia sudah kurang cantik sehingga tidak ada setruman lagi.
Bila suami tidak sayang setelah bertahun-tahun, apakah akan dibiarkan saja? Sebagai
istri, kita tentu ingin cinta suami sampai maut memisahkan. Kalau tidak seperti
itu, kita akan merasa sedih dan akan terus berdoa agar suami tetap mengasihi kita.
Tuhan melihat hati. Tuhan bukan sekedar melihat apakah setiap minggu kita datang ke gereja, duduk di tempat
yang sama di gereja, terus menyanyi walau suaranya sudah serak, rutin mengikuti
jadwal besuk dll. Tapi kalau Tuhan melihat hal-hal tersebut sebagai suatu
kegiatan dan tidak ada kasih , maka Tuhan akan mencela seperti yang disampaikannya
kepada jemaat di Efesus. Tuhan tidak mau kita melayani karena tidak enak dengan
pendeta, atau datang ke gereja supaya tidak dibesuk dll. Tuhan tidak menghendaki
hal seperti itu. Tuhan tidak melihat kegiatan di gereja tapi melayani dengan
hati yang tertuju kepadaNya karena Allah adalah kasih.
Pentingnya Kasih
Tuhan
menegur jemaat di Efesus bukan karena tidak rajin melayani tapi karena
kehilangan kasih yang semula. Kasih (semula) itu sangat penting. Kebanyakan yang
dibicarakan orang sekarang adalah kepentingan pribadi. Bagaimana saya berhasil
walau membuat orang lain menderita? Bagaimana saya tetap baik dan membiarkan
orang lain menderita? Bagaimana saya berkuasa walau menginjak orang lain? Kita
melihat hal seperti ini di mana-mana. Allah mengatakan Allah adalah kasih,
supaya kita mengasihi Tuhan dengan sunguh-sungguh dan kasih itu dipancarkan ke dunia karena
dunia sudah kehilangan kasih. Hari Jumat lalu, kita melihat para politikus yang
hanya memikirkan kepentingan mereka. Dunia mementingkan kuasa, sehingga harus
kembali kepada kasih mula-mula. Di antara kita , mungkin ada yang telah mendengar
firman Tuhan ribuan kali dan bahkan sudah hapal. Tetapi apakah kasih itu masih
ada dalam hati kita dan membara dalam hidup kita? Tanpa kasih, saat datang ke
gereja , hanya duduk saja, banyak mencela dan merasa tidak diperhatikan. Tetapi
jikalau kita mengasihi Tuhan, maka kita akan berpikir tentang apa yang akan
saya berikan kepada Tuhan.
Saat
saya dulu melayani di komisi remaja GKKK Madu, setiap 2 tahun sekali diadakan retreat.
Berbeda dengan retreat orang tua yang diwarnai dengan keluhan seperti kamar
tidak cocok, makanan tidak enak, susah naik-turun tangga dll. Anehnya dulu
waktu retreat remaja setiap kali kekurangan dana, para anak muda mencari dana sendiri. Suatu kali ada 1 dari 2 bus yang
ditumpangi saat retreat mogok di Puncak Pass, saat itu saya sudah sampai di
lokasi. Komunikasi saat itu juga belum secanggih sekarang. Anak-anak muda di
bus yang mogok perlu diberi makan. Setelah bus yang tidak bermasalah sampai di
lokasi retreat dan pengemudinya diminta untuk menjemput penumpang bus yang
mogok, ia tidak bersedia. Akhirnya setelah diberi uang, barulah ia mau
menjemput. Akhirnya pk 20 penumpang bus yang mogok baru sampai. Mereka turun
dari bus dan mengangkat barang-barang berat sendiri. Tidak ada satu pun yang mengeluh.
Mereka melayani Tuhan dengan tulus. Ssaya merasakan persekutuan remaja itu sebagai rumah saya. Ada sukacita saat
melihat anak muda melayani dengan tulus. Hati saya tersentuh. Mereka tidak
mencela walau banyak kekurangan. Menghadapi masalah dan kesulitan, kita berdoa
bersama. Tidak ada yang komplain bahwa panitia mencari bus yang murahan. Saat
itu, peserta memakan apa yang disediakan begitu saja tanpa protes, karena mereka
dengan sukacita dan tulus hati melayani Tuhan. Bila hati merasa tidak ada kasih
di gereja, kita harus introspeksi apakah kita sendiri memiliki kasih. Kalau ada
kasih, kita akan menangis dan berdoa untuk tempat ini. Walaupun gereja kecil
dan punya masalah , maka kita akan berdoa karena ada kasih Tuhan dan kasih
persaudaraan di gereja. Jemaat tidak hanya datang ke gereja, mendengar khotbah lalu
pulang dan merasa tanggungjawab sebagai orang Kristen sudah selesai. Kita
mendengar firman Tuhan bukan dengan otak saja tapi dengan hati yang siap
menerimanya. Mungkin pembicara yang berkhotbah bukan orang yang fasih lidah,
tetapi setiap firman bisa berbicara. Kita sudah mendoakan dan mengerjakan
bersama-sama , karena kita mengasihi gereja Tuhan di tempat ini. Bukan gedung
gereja besar yang membuat kita bersuka cita. Ada yang pindah gereja, karena
merasa kurang, padahal di gereja lain juga akan mengalami masalah. Kalau kita
mengasihi gereja kita, kita adakan berdoa di dalam doa pribadi kita. Itu yang Tuhan
inginkan dalam gereja. Bukan banyak acara (program) di gereja yang membuat kita
bersukacita. Acara itu seperti casing
telepon seluler. Kalau hanya casing saja
maka tidak bisa digunakan untuk menelepon. Perkataan bahwa “Tuhan melihat kamu
baik karena orang lain yang mengatakan” hanyalah casing
saja. Tuhan bilang baik kalau ada kasih di dalamnya. Hari ini Tuhan tidak minta
macam-macam dari kita. Jemaat Efesus yang rela menderita memiliki satu kesalahan
yakni meninggalkan kasih yang mula-mula
dan Tuhan menegurnya keras sekali dan menyuruhnya bertobat. Tuhan mau agar ada
kasih dalam hati dan membuat kita merasa nyaman di gereja. Saat melayani
persekutuan remaja di tempat ini, setiap minggu tanpa weker saya bisa bangun,
karena ingin bertemu dengan para remaja dan ingin melayani bersama-sama. Walau
kekurangan dana, tapi ada kasih yang ingin melayani Tuhan. Saat saya sharing tentang kesulitan yang dihadapi,
semua mendukung. Itu yang Tuhan mau di antara kita. Kita bersatu di dalam kasih,
baru bisa mengorbankan kasih yang mula-mula.
Penutup
Pada
1 Yoh 4:10 dikatakan Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Tuhan yang terlebih dahulu
mengasihi kita sehingga wajar bila kita mengasihi Tuhan. Kita telah melihat
kasih Tuhan yang rela berkorban dan mati bagi kita, sehingga kita juga mengasihi
gereja dan jemaatNya. Dia berkata, “kembalilah
kepada kasih semula”. Kita perlu kembali kepada kasih semula. Tanpa kasih ,semua
yang kita lakukan sia-sia. Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu (Mat 22:37). Kita
datang beribadah bukan karena hal yang lain, kita duduk di gereja karena kita
mengasihi Tuhan!