Pdt. Hendra G Mulia
Lukas 10:25-37
25
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus,
katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?"
26
Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa
yang kaubaca di sana?"
27
Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal
budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
28
Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka
engkau akan hidup."
29
Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus:
"Dan siapakah sesamaku manusia?"
30
Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho;
ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah
mati.
31
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang
itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
32
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang
itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
33
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat
itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
34
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya
dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai
tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
35
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,
katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali.
36
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama
manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
37
Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan
kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah
demikian!"
Pendahuluan
Pada
kitab Kejadian dicatat bahwa saat jatuh ke dalam dosa dan mendapatkan diri
telanjang, Adam dan Hawa langsung mengambil daun pohon ara, menyambung-nyambung
(menyemat) nya untuk menutupi diri
karena mereka telanjang (Kej 3:7). Kejadian pasal 3 merupakan sikap manusia
dalam relasinya dengan Tuhan : setelah jatuh dalam dosa , apa yang harus
diperbuat untuk memperoleh hidup kekal dan mengatasi dosa yang dilakukan?
Mereka melanggar firman Tuhan dengan memakan pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat, sehingga mereka jatuh dalam dosa (Kej 3:6). Apa yang harus
dilakukan supaya aku peroleh hidup kekal dan mengatasi persoalan dosa? Tetapi
usaha manusia tidak akan pernah berhasil. Waktu Tuhan Allah datang, mereka
sembunyi sehingga daun pohon ara tidak bisa menutupi dosa dan rasa malu mereka
. Pada akhir Kejadian 3, Tuhan kemudian memakaikan jubah dari kulit binatang
(Kej 3:21). Itu melambangkan Kristus yaitu kita diselamatkan tidak berdasarkan
perbuatan kita, tetapi karena pekerjaan Tuhan. Pada Kejadian 3, Tuhan memberikan
jubah kulit binatang. Binatang yang kulitnya diambil untuk jubah, harus
disembelih (mati dulu) baru kulitnya dipakai. Demikian juga dengan Tuhan Yesus.
Kematian Yesus Kristus dipakai untuk memperoleh hidup kekal. Pergumulan manusia dari dulu sampai sekarang selalu
sama , “Apa yang harus diperbuat untuk mendapat hidup kekal?” Sehingga tidak mengherankan,
ahli Taurat bertanya, "Guru, apa
yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"(Lukas 10:25).
Apa yang Diperbuat Setelah Selamat
(Percaya) ?
Sebagai
orang yang sudah percaya, saat meninggal kita akan masuk sorga. Namun sebelum masuk
sorga, dari sekarang sampai nanti meninggal, apa yang harus diperbuat?
Kelemahan kaum Injili, kita mendapat sesuatu yang sudah tepat : dengan percaya Tuhan Yesus, maka kamu akan
diselamatkan (Yoh 3:16 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal). Jadi
yang harus diperbuat untuk hidup kekal adalah “percaya kepadaNya!”. Setelah
percaya, kita punya “karcis” ke surga. Dari sekarang sampai masuk surga, apa
yang dilakukan? Orang Injili berkata, “Trust ini Jesus”. Tetapi setelah
selamat? Kita kembali ke pertanyaan, “Apa yang saya perbuat?” 2 minggu lalu,
saya memimpin retreat guru Sekolah Minggu ada lagu “Baca Kitab Suci” yang
liriknya :
Baca kitab suci, Doa tiap hari 3x
Baca kitab suci,Doa tiap hari, Kalau mau tumbuh
Kalau mau tumbuh
2x Glory Haleluya
Baca kitab suci, Doa tiap hari, Kalau mau tumbuh
Kalau tidak baca kitab suci, tidak bertumbuh. Inti berbagai
khotbah adalah 5 hal yaitu : baca kitab suci, berdoa tiap hari, jangan malas ke
gereja tiap minggu, ikut pelayanan dan memberi persembahan. Kelimanya apa yang kita lakukan. Untuk bertemu
Tuhan Yesus, kita lakukan apa? Kita sibuk berdoa, melakukan pelayanan, pergi ke
gereja, melakukan persembahan, penginjilan, misi dan lain-lain. Kerja dan kerja
terus. Orang yang baru datang diminta untuk melakukan ini dan itu. Sekarang hal ini tidak mudah dilakukan. Dulu
doa pagi dilakukan pk 6-7 karena berangkat dari gereja pk 7 sampai di kantor pk
7.45. Sekarang, kalau berangkat pk 6, maka lalu lintas sudah macet. Anak didik
saya tinggal di Alam Sutera kerja di Sudirman. Berangkat pk 6 sampai di kantor
pk 8.30 sehingga ia berangkat pk 5.30 dan sampai di kantor pk 6.30.
Ahli
Taurat bertanya apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?"(Lukas 10:25). Yesus menjawab, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?
Apa yang kaubaca di sana?" (Luk 10:26). Ahli Taurat pun menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan
dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri." (Luk 10:27). Dari sebanyak 600 lebih peraturan hukum Taurat
lalu diringkas menjadi 2 yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu manusia. Agustinus
mengatakan Love God dan do what you like (Kasihi
Tuhan dan lakukan apa yang kau sukai – karena dengan mengasihi Tuhan maka kamu akan
melakukan apa saja yang Tuhan kehendaki). Kalau sudah mengasihi Tuhan, tidak
mungkin kita ke nite club karena yang
akan dilakukannya “the law of love”
(Mat 22:37-39). Yang paling penting dalam hidup: cinta Tuhan dan sesama. Dasar
semuanya : cinta Tuhan. Ahli Taurat mengetahui hal ini dengan tepat. Dia hapal
ayat-ayat kitab Taurat. Ia mengetahui hukum kasih. Tapi waktu datang ke Tuhan
Yesus, ia bertanya, “Apa yang harus kuperbuat?” dan dijawab Tuhan Yesus dengan
tepat. Namun setelah itu untuk membenarkan dirinya, dia bertanya lagi, “Siapakah
sesamaku manusia?” karena dia ingin menjelaskan hukum yang kedua dengan
terminology dari kacamata orang Yahudi. Sebab ia tahu bahwa Tuhan Yesus bergaul
dengan pemungut cukai, pelacur dll yang menurut ahli Taurat dan imam, mereka
adalah orang-orang najis. Dalam benaknya Tuhan menciptakan surga dan neraka dan
Tuhan menciptakan surga untuk orang
Yahudi sedangkan orang non Yahudi masuk neraka. Bagi ahli Taurat semua orang di
luar Yahudi adalah orang kafir dan menjadi bahan bakar neraka. Mereka (bangsa
Israel) adalah bangsa yang diselamatkan, sedangkan lainnya menjadi penghuni
neraka. Sehingga dalam pandangan mereka Tuhan hanya mengasihi orang Yahudi saja.
Tapi Tuhan Yesus menjawabnya dengan bercerita bahwa ada seorang Yahudi turun dari Yerusalem ke Yerikho
yang berjarak sekitar 27 km. Dengan kecepatan jalan normal 5 km/jam, maka dalam waktu hampir 6 jam orang tersebut
akan sampai ke Yerikho. Jalanannya menurun karena Yerusalem terletak di daratan tinggi (800 m di
atas permukaan laut) sedangkan Yerikho di
daerah rendah (400 m di bawah permukaan laut), dengan perbedaan sekitar 1.200 m.
Dalam perjalanan banyak gurun dan rampok, Orang tersebut dirampok, dipukul dan
tergeletak di jalan. Lalu pada ayat 31, dikatakan kebetulan ada seorang imam
turun. Begitu korban tersebut melihat ada imam, maka hal tersebut baginya bukan
kebetulan karena berarti Tuhan menolong. Lalu ia berteriak minta tolong. Namun
digambarkan bahwa si imam ini berjalan di seberang jalan karena sang imam sengaja
menjauhkan diri dari si korban. Padahal imam itu dalam masyarakat saat itu,
adalah orang suci. Yang kedua adalah orang Lewi yang membantu di bait Allah. Ternyata
sama dengan sang imam, orang Lewi melakukan hal yang sama yaitu menyeberang
jalan. Kedua orang yang dianggap orang suci, tidak menolong! Setelah itu datang
orang Samaria. Pada Yoh 4:9 dikatakan orang Yahudi tidak bergaul dengan orang
Samaria. Hal ini sudah berlangsung selama ratusan tahun (dari zaman nabi Ezra
dan nabi Yeremia). Tahun 721 SM Israel ditahlukkan Asyur lalu semuanya diangkut
ke Asyur untuk dijadikan budak, sedangkan yang lemah , bodoh dan cacat ditinggalkan.
Kemudian datang orang Arab, lalu terjadi kawin-mengawin sehingga muncul orang
Samaria yang merupakan campuran antara orang Yahudi dan non Yahudi. Waktu orang
Yahudi menyalibkan Yesus tahun 30, karena mereka tidak bertobat akhirnya di
buang. Mereka berdosanya lebih lagi sehingga dibuang 1.800 tahun (hampir 2.000
tahun dibuang) baru kembali lagi. Merupakan keajaiban bahwa mereka bisa
kembali.
Setelah
tanah Israel kosong, orang Arab masuk. Inilah orang Palestina. Mereka sudah
ribuan tahun menetap di sana. Lalu orang Israel balik waktu zaman zionisme.
Tahun 1948 akhirnya Israel menjadi Negara merdeka. Orang Palestina dan Israel
tidak bisa cocok, seperti orang Israel dan Samaria. Imam dan Lewi mengambil
sikap untuk jauh-jauh dari orang Samaria. Lalu datanglah orang Samaria. Orang
yang menjadi korban kejahatan tidak berharap orang Samaria menolong. Tapi
justru orang Samaria ini turun, diminyaki untuk menghentikan pendarahan. Lalu
disiram anggur sebagai disinfektan. (Lukas 10:34-35 Ia pergi kepadanya lalu
membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur.
Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu
membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar
kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan
lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali). Yesus bertanya,”
Siapa yang sesamamu manusia dari 3 orang itu?”. Saking tetap bencinya ahli
Taurat itu tidak menjawab. Ahli Taurat tetap tidak mau ngomong bahwa jawabannya
orang Samaria yang baik hati itu. Ahli Taurat hanya mengatakan Orang yang telah menunjukkan belas kasihan
kepadanya (Luk 10:37). Yesus kemudiaan berkata, “Pergilah dan berbuatlah
kebaikan”. Inti ceritanya? Apakah bisa kita menjadi orang Samaria? Setelah jadi
orang Kristen bisa jadi orang Samaria? Kita tolong korban bencana biasanya
dengan memberi pakaian bekas, mengirim supermie lalu “pajang” bahwa kita sudah baik hati. Itu namanya main
sinterklas-sinterklasan. Bagi-bagi pakaian bekas yang memang kita mau buang karena
jijik dan bagi supermie, apakah kita telah menjadi orang Samaria. Orang
samaria, begitu melihat orang itu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Kalau
menolong hanya untuk menunjukkan kamu hebat, itu hanya sinterklas-sinterklasan.
Tergerak hati oleh belas kasihan. Untuk bisa tergerak , hanya bisa kalau hanya
mengasihi Tuhan. Setelah mengasihi Tuhan baru bisa berbelas kasihan karena
punya hati Tuhan Yesus.
Kesimpulan
Setelah
percaya, bukan apa yang kita perbuat yang penting. Berbuat , membaca kitab suci
dan berdoa setiap hari hanya menjadikan kita “imam” dan “orang Lewi” yang tidak
punya hati. Yang penting adalah cinta Tuhan (love God). Kalau cinta Tuhan ,
maka kamu pasti akan berdoa. Bukan seperti dalam mulut berkata “sayang anak”, tapi
bisa tidak saling berbicara selama sebulan (katanya sayang anak tapi bisa tidak
komunikasi). Kalau bilang “cinta Tuhan” tetapi tidak baca Alkitab, itu tidak
benar. Apalagi kalau tidak berdoa. Kalau cinta Tuhan, maka Tuhan akan bentuk
kita menjadi “orang Samaria”. Intinya : cinta Tuhan. Hanya dengan cinta Tuhan,
maka bisa jadi orang Samaria yang baik hati.
Menjadi orang Samaria yang baik hati, tidak bisa melalui mendengar
khotbah sebanyak 1.000 kali. Apakah engkau mengasihi Tuhan dengan segenap hati,
jiwa, akal budi dan kekuatanmu? Kalau sunguh-sungguh mengasihi Tuhan , kamu
bisa jadi orang Samaria yang baik hati.