(Semuanya Itu
tentang Kasih Tuhan)
Sdri. Junia Purnomo
Ulangan 10:12-22
12 "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang
dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN,
Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia,
beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu,
13 berpegang
pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini,
supaya baik keadaanmu.
14
Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang
mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya;
15 tetapi hanya
oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan
keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti
sekarang ini.
16 Sebab itu
sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.
17 Sebab TUHAN,
Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat
dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;
18 yang membela
hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan
memberikan kepadanya makanan dan pakaian.
19 Sebab itu
haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamupun dahulu
adalah orang asing di tanah Mesir.
20 Engkau harus
takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut,
dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
21 Dialah pokok
puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu
perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu
sendiri.
22 Dengan tujuh
puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang ini TUHAN, Allahmu,
telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit."
Ada seorang jemaat
yang sangat mengagungkan dan mengasihi Tuhan. Sejak berjumpa Tuhan Yesus saat usianya sekitar 13 tahun, ia begitu mengasihi
dan menggebu-gebu melayaniNya. Ia bukanlah seorang yang kaya raya dan bukan
dari keluarga percaya. Menariknya, ia bisa menyisihkan uang jajannya untuk
membeli Alkitab. Ternyata Alkitab itu dibeli dan dibagikan kepada orang-orang
yang belum mengenal Tuhan. Sejak saat itu sampai usianya saat ini (40 tahun),
sudah banyak Alkitab yang dibagikan. Yang lebih menarik, ia divonis menderita
kanker stadium 4. Mengalami hal seperti itu, membuat banyak di antara kita
menjadi marah kepada Tuhan dan berkata,”Aku sudah melayani Engkau membagikan
Injil kemana-mana tetapi kenapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi?” Di usianya saat
ini, kanker menggerogoti tubuhnya sampai tulang belakang, sehingga beratnya
hanya 35 kg! Tubuhnya jadi bungkuk dan tidak dapat menopangnya. Ia bersyukur
memiliki suami yang setia yang metuntunnya untuk berjalan. Ia tidak duduk dan tidur saja di rumah tetapi
terus berjalan keliling dunia dan memberitakan Injil bagi Tuhan dan memberikan
kesaksian bagaimana ia berjumpa Kristus kepada semua orang. Saat ditanya
darimana punya kekuatan demikian, ia mengatakan, “Jangan pernah menyerah karena
kasih Tuhan lebih daripada cukup.” Hanya orang yang sadar akan kasih anugerah
Tuhan yang melimpah dan memberikan kesalamatan dalam hidupnya yang membuat ia
terus melayani. Kesadaran akan kasih anugerah Tuhan seharusnya menjadi dasar
bagi orang percaya. Tuhan hanya menginginkan , kita taat dalam melakukan
kehendakNya.
Seluruh kitab
Ulangan berbicara tentang relasi antara umat Israel dengan Allah. Ini berlaku
sampai saat ini dimana Abraham dan keturunannya menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa. Mengapa Tuhan memanggil Israel menjadi umat pilihan? Apakah
karena mereka sangat baik, hidup kudus tak bercela di hadapan Tuhan, atau
karena mereka pintar dan banyak jumlahnya? Sama sekali tidak. Ketika belajar
firman Tuhan sepanjang sejarah, bangsa Israel selalu murtad. Meskipun Tuhan mencintai
dan memanggil mereka menjadi umat pilihanNya, tetapi akhirnya mereka berpaling.
Apakah kasih Tuhan menjauh dari mereka? Tidak. Ayat 14-15. Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah
yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan
segala isinya; tetapi hanya oleh nenek
moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan
merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang
ini. Hal ini jelas menunjukkan pemilihan Israel semata-mata karena anugearh
Tuhan saja. Kembali ke ayat 12. Maka
sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN,
Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang
ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu. Kata “maka sekarang” menunjukkan
konsekuensi “oleh sebab ini maka”. Maknanya? Inilah yang dikatakan Tuhan
menginginkan ketaatan untuk melakukan kehendakNya. Kita harus melakukannya
karena apa? Ayat 20-21. Dialah pokok
puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu
perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu
sendiri. Dengan tujuh puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang
ini TUHAN, Allahmu, telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di
langit."
Kalau diperhatikan
21b, “perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu
sendiri”, hal ini berbicara tegas kepada bangsa Israel, dimana Tuhan sendiri menuntun
mereka keluar dari perbudakan. Allah telah membebaskan mereka. Di Perjanjian Baru,
Kristus telah datang untuk menebus dosa kita. Anugerah keselamatan yang
ditujukan Allah yang menjadi dasar kita taat kepada Tuhan. Namun kita
seringkali taat kepada Tuhan karena kita takut kepada Tuhan dan tidak mau dihukum
Tuhan. Ada juga yang berkata,”saya taat karena saya mengasihi Tuhan.” Benarkah?
Ketika permasalahan hidup mengguncang keluarganya, apakah ia masih datang ke
gereja? Apabila usaha kita mengalami kegagalan
dan kebangkrutan, apakah kita masih memuji namaNya? Apabila, anak atau menantu membuat hidup susah, apakah kita tetap datang ke gereja dan
mengatakan, “Aku mengasihi Tuhan”? Bukankah lebih sering kita taat karena punya
motivasi lain? Kita menunggu berkat Tuhan. Kalau Tuhan tidak memberikan
kekayaan, aku tidak akan pernah menginjakkan kembali kakiku ke gereja. Tanpa
sadar, kasih anugerah yang dirasakan seakan-akan tidak ada artinya. Kita jauh lebih menginginkan berkat jasmani
daripada rohani yaitu Yesus Kristus sendiri. Tetapi firman Tuhan mengatakan,
dasar dari ketaatan yang Tuhan inginkan, menyadari kasih anugerah yang begitu
luar biasa membuat kita taat sungguh-sungguh kepadaNya. Dengan demikian, bila
ada banyak peristiwa yang dialami kita tetap dapat mengatakan, “Tuhan memang
baik”. Ketika menyadari Tuhan tidak pernah melepaskan tangan kita, sekalipun
keluarga kita mengalami musibah , kita
akan setia melayani Tuhan. Karena dasar ketaatan kita, kasih Tuhan. Seringkali
saat berhubungan dengan Tuhan, tanpa sadar kita lupa identitas kita.
Di ayat 14 tertulis
bahwa Tuhan adalah Allah empunya segala, siapakah kita di hadapanNya? Bukankah
kita ciptaanNya? Tapi seringkali kita berlaku seakan-akan kita pencipta.
Seringkali kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan aku ingin Engkau melakukan apa
yang menjadi keinginanku. Aku jauh lebih tahu apa yang lebih baik padaku.”
Bukankah saat berkata demikian, kita menjadi sang pencipta? Seakan-akan Tuhan
itu suruhan kita. Sangat memprihatikan,
kalau kita datang ke gereja, bukan karena memiliki hati yang rela memuji dan
menyembahNya. Tetapi ada begitu banyak agenda pribadi dan motivasi lain namun
seakan-akan ibadah kita berkenan di hadapanNya. Tetapi yang Tuhan lihat adalah
sikap hati kita. Walaupun banyak kegiatan di gereja, melakukan banyak hal, tetapi
kalau motivasi kita tidak sungguh menyembah Dia, Tuhan tidak akan pernah
berkenan. Biarlah kita menyadari ada berkat yang jauh lebih besar dari Tuhan
yakni keselamatan dan kehidupan kekal. Kasih anugerah , keselamatan yang Tuhan
berikan, hidup kekal tidak bisa dibeli dengan uang. Walau kita punya banyak
kekayaan, saat meninggal semuanya tidak bisa dibawa. Kalaupun bisa dibawa, kita
juga tidak bisa masuk ke rumah Tuhan dengan membayarnya.
Di ayat 16. Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi
kamu tegar tengkuk. Hal ini berbicara tentang sunat rohani bukan lahiriah.
Maksudnya, kita harus menyangkal diri dan mengekang keinginan daging kita. Kita
harus menundukkan keinginan hati kita di bawah Tuhan. Seperti Yesus Kristus menjadi
teladan dalam melakukan kehendak Bapak, walaupun tahu jalan yang ditempuhNya begitu
sulit dan menyakitkan. Karena Ia harus mati menebus manusia yang berdosa, walau
manusia menghargainya. Tetapi meskipun manusia tidak menghiraukan dan menghargaiNya,
tetapi Yesus Kristus tetap naik ke kayu salib menebus kita. Kalau Dia mengikuti
keinginan dagingNya, mungkin Dia tidak mau. Tetapi karena Dia mengasihi kita,
maka Dia ingin kita mengalahkan keinginan kita sendiri di bawah kehendakNya.
Ada sepasang suami
istri yang telah menikah selama 5 tahun. Suatu hari sang suami dipindah ke luar
kota, sehingga 3 bulan sekali ia baru kembali. Ia sibuk dan hanya bisa menelpon
istrinya seminggu sekali. Sang istri yang kesepian karena ditinggal suaminya,
mendapatkan perhatian yang begitu luar biasa dari pria lain dan membuatnya jatuh dalam perselingkuhan. Padahal ia orang
Kristen, seorang aktifis dan membaca firman Tuhan. Namun keinginan daging
begitu luar biasa, sehingga karena tidak hati-hati ia jatuh. Walau diingatkan
berkali-kali oleh orang tuanya, ia merasa sulit sekali lepas. Tapi bersyukur, saat
berjalan ke bandara menjemput suaminya, Tuhan menyapa hatinya. Melalui sebuah
lagu, Roh Kudus melawatnya. Selidiki
hatiku, lihat hatiku, apakahku mengasihiMu Yesus. Kau yang maha tahu dan
menilai hidupku, tak ada yang tersembunyi bagiMu. Mungkin suaminya tidak
pernah tahu perselingkuhannya, tapi Tuhan tahu. Tuhan tidak pernah membiarkan
anak-anaknya berkubang dosa dan terus jatuh. Ia menginginkan kesetiaan kita, keluar
dari keinginan daging. Bukan karena Dia jahat, tidak tahu kita sulit melepas
keinginan daging , tetapi semata untuk kebaikan kita. Ayat 13, Kita harus berpegang pada
ketetapan-ketetapanNya supaya baik keadaanmu. Inilah perintah Tuhan.
Bila kita masih
dikendalikan hawa nafsu atau bergumul saat datang beribadah dengan motivasi
yang salah, kita boleh belajar bahwa kasih anugerah Tuhan selalu cukup buat
kita. Kasih itu pula yang akan menopang kita untuk melakukan kehendak Tuhan
mengatasi keinginan daging kita. Melalui firman Tuhan, kehidupan rohani yang
Tuhan inginkan adalah ketaatan dalam mengasihi sesama. Seringkali kita punya momen-momen
tertentu, misalnya berbagi kasih di momen valentine atau di hari ayah dan ibu.
Kita menunjukkan kasih kita yang begitu luar biasa, baik dalam bentuk hadiah
dan bunga atau kata-kata, saat itu kita boleh belajar untuk mengatakan hal yang
sama atau memberikan hadiah, bagi orang lain yang bahkan mungkin tidak kita
kenal.
Ayat 17-19 Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah
dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak
memandang bulu ataupun menerima suap;
yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada
orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian. Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu
kepada orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir. Siapakah
sesama kita, apakah yang dikasihi hanya keluarga kita? Tuhan menginginkan kita
mengasihi sesama tanpa memandang bulu. Sekalipun mungkin kita tidak suka dengan
orang itu. Atau bahkan kita menyimpan kepahitan. 1 Yoh 4:20-21 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya. Dan
perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga
mengasihi saudaranya. Mana yang lebih mudah mengasihi Tuhan atau sesama?
Ada yang bilang pastilah manusia karena
kelihatan. Tetapi apakah kita bisa mengasihi orang yang misalnya telah merebut
suami kita, menantu kita yang membuat kita susah, anak yang tidak peduli dengan
hidup kita, orang yang tidak kita kenal? Seorang perempuan bernama Toi, miskin
dan dicampakkan suaminya. Tetapi ia bisa memelihara dan mengasihi anak-anak
jalanan. Padahal ia sendiri menderita sakit kanker! Ia bukan orang percaya
tetapi secara jujur, kasihnya jauh lebih besar dari kebanyakan kita. Seringkali
kita terpaku pada kekayaan yang kita miliki dan tidak mau membagi berkat dengan
orang lain. Ketika kita dipanggil oleh Tuhan, diselamatkan dan diberikan hidup
yang kekal, bukan semata-mata berhenti di situ tetapi menjadi berkat bagi orang
lain. Sejak awal Abraham dan keturunannya dipanggil untuk menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa. Kita yang telah merasakan kasih TUhan, kita menjadi duta untuk
mengasihi sesama. Marilah kita merenungkan firman TUhan, menenangkan diri ,
menilik hati kita., apakah kita sungguh mengasihi Tuhan dan orang lain. Ketika
mengatakan,”TUhan aku mengasihMu”, sungguhkah? Ketika mengatakan ,”Aku
mengasihi engkau” sungguhkah kita
mengasihi? Ataukah di dalam hati kita menyimpan banyak kebencian? Tuhan
mengasihi kita dan tidak ada sesuatu di dunia yang jauh lebih berharga daripada
yang telah diberikan Yesus Kristus pada kita. Kasih anugerahNya menebus kita.
Tanpa sadar, kita mengabaikan begitu saja. Bahkan tidak menghargainya, dan ketika
datang , hanya menuntut berkat dari Tuhan. Datang dengan motivasi yang tidak
benar. Padahal apa yang tidak kita berikan, sudah diberikanNya di kayu salib.
Jika hari ini, saat kita menyelidiki hati kita, sesungguhnya kita tidak
benar-benar mengasihi Tuhan, kita lebih suka menuruti hawa nafsu kita,
menyenangkan diri kita sendiri, maka marilah kita sama-sama mohon ampun. Biarlah kasih
anugerah Tuhan menolong kita untuk lepas dari dosa yang terus kita pegang. Bila
kita mengatakan aku mengasihi Tuhan tetapi membenci orang lain, sesungguhnya
kita tidak mengasihiNya. Kalau hari ini ada begitu banyak pergumulan, mungkin
kita benci menantu, suami yang terus selingkuh, kita jadi sakit hati karena
anak tidak pedulikan kita, biarlah kasih anugerah Tuhan, memungkinkan kita
mengampuninya dan mengasihi mereka kembali.
No comments:
Post a Comment