Pdt Heri Kristiawan
Fil 2:5-8
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Kita sering menyatakan diri sebagai hamba Tuhan berarti kita mengakui Tuhan sebagai tuan dan kita sebagai hamba. Tapi dalam kenyataannya saat menjalankan hidup sehari-hari , kita tidak menempatkan diri sebagai seorang hamba. Kita seolah-olah sebagai tuan dan Tuhan sebagai hamba. Kita mau mengatur Tuhan untuk melakukan segala sesuatu yang kita kehendaki.
Pada Fil 2:7 kata hamba dalam bahasa Yunani Doulos yang punya 2 pengertian. :
1. Pelayan. Status pelayan bukanlah status yang terhormat. Status pelayan bisa jadi terhormat saat melayani kaisar misalnya. Kata doulos dipakai untuk pelayan kaisar. Pelayan ini berbeda dengan budak pada umumnya. Pelayan ini punya hak untuk mengatur diri (tugas)nya, masa depannya, punya bawahan dan berhak mengatur apa yang harus dilakukannya (mengatur tugas para bawahannya).
2. Budak (hamba). Hamba berstatus sosial paling rendah / hina. Budak adalah orang yang hidupnya secara totalitas (sepenuhnya) menjadi milik orang lain (tuannya). Ia tidak berhak mengatur dirinya dan masa depan dirinya sendiri. Allah yang mulia menempatkan diri pada status yang paling hina yakni budak. Dia yang Maha Mulia dan Maha Tinggi sekarang menjadi hamba (budak) yang melayani manusia berdosa. Ia yang memiliki segala sesuatu, seolah-olah Dia tidak punya hak. Ia rela menempatkan diriNya sebagai budak melayani orang berdosa supaya dibebaskan dari hukuman.
Sebagai budak ada beberapa yang perlu diperhatikan :
1.
Budak terikat
dengan tuannya dengan ikatan yang begitu kuat yang tidak dapat dipisahkan
kecuali dengan maut. Itu artinya seorang budak harus melayani dengan tuntas
sampai ia mengakhiri hidupnya. Ia hanya melayani tuannya saja. Tuhan Yesus
menuntaskan pelayananNya sampai mati di kayu salib. Banyak hal yang menyulitkan
dalam hidupNya dalam melayani kehendak BapaNya. Ia tahu apa yang harus dialami.
Tapi tidak sedikitpun Dia berhenti melayani manusia yang berdosa. Itulah
kehendak / misi dari BapaNya yang harus diselesaikan sampai mati di kayu salib.
Ia tidak pernah berhenti di tengah jalan , walau terlalu berat pelayanan
ini. Ia terikat kehendak BapaNya untuk
mendatangkan keselamatan bagi manusia. Mengacu kepada pelayanan Yesus , kita
bertanya sampai kapankah kita melayani Dia? Ada yang bilang, saya melayani
sampai tahun ini saja ya.., tahun depan mau cuti pelayanan. Kalau Tuhan cuti memelihara hidup kita, satu
bagian tubuh kita saja, apa yang terjadi? Tuhan Yesus sudah memberi contoh sebagai
hamba yang terikat tuanNya seumur hidup, taat sampai mati. Sebagai hamba, kita
harus punya komitmen melayani Dia seumur hidup! Jangan merasa pelayanan kita kecil,
besar, sederhana atau sepele, di mata Tuhan tidak ada pelayanan yang
sepele. Itu menjadi komitmen kita
melayani Tuhan seumur hidupMu.
2.
Orang yang
melayani tuannya dengan mengabaikan kepentingannya sendiri. Ia harus
mengutamakan kepentingan tuannya. Ayat
6-7 : Tuhan rela menjadi hamba , rela
jadi manusia. Allah yang Maha Kudus menjadi manusia bukanlah sesuatu yang
mudah. Seusai banjir Januari 2013 lalu menyisakan banyak lumpur. Kalau kita
memakain sepatu bersih, tentu tidak nyaman kita menginjak sesuatu yang kotor. Demikian
pula kalau Allah Maha Kudus harus tinggal dengan manusia berdosa. Namun Yesus,
dulu dan sekarang tetap Allah sekaligus manusia yang sempurna. Itu menegaskan
Allah dan sekaligus manusia 100%. Ia mengosongkan diri. Ia rela menjadi manusia
yang tidak kehilangan sifat ilahinya. God’s man (manusia Allah). Dua sifat
melekat pada diriNya. Dia Allah sepenuhnya dan juga manusia sepenuhnya. Ia tahu
misi BapaNya mengasihi manusia berdosa agar mendatangkan keselamatan. Ia
mengutamakan kepentingan BapaNya menyelamatkan manusia. Sebagai hamba, siapa
yang kita utamakan dalam hidup kita? Kita dihadapkan dalam pilihan hidup, yang
mana yang kita utamakan. Anak bimbingan saya bekerja di suatu perusahaan milik
orang Singapore. Dia bekerja dengan prestasi yang baik. Maka pimpinannya akan
memindahkannya ke Singapore dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Ia
mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan. Salah satunya pelayanan di
gereja yang sangat terbatas SDM-nya. Ia
tahu dia masih dibutuhkan di situ, ia perlu membimbing agar orang lain bisa
mengerjakan pelayanannya. Kalau ditinggalkan, pelayanan itu tidak bisa
dikerjakan dengan baik. Ia bergumul di hadapan Tuhan. Ia butuh penghasilan
besar yang membuat hidupnya nyaman, namun di sisi lain ia ingin melayani di
gerejanya. Akhirnya ia mengatakan “tidak” kepada atasannya. Ketika ia
mengatakan tidak, pimpinannya menghargai dia. Tuhan membuka jalan lain untuk
menambah penghasilannya. Seorang temannya menawarkan dia untuk bergabung dan
mebuka toko yang menjual telpon seluler dan asesorisnya di mal. Tuhan memberkati perusahaan dan melipatkan
hasilnya bersama temannya. Sewaktu kita mengutamakan Tuhan, Tuhan akan membuka
jalan. Melalui firman Tuhan kita belajar mengutamakan Tuhan.
3.
Budak adalah
orang yang kehendaknya terhisap oleh kehendak tuannya. Budak hanya menginginkan
apa yang dikehendaki tuannya. Apa yang yang diinginkan tuannya , itu yang
dilakukannya, dikerjakan dalam hidupnya. Sedari semula Kristus ditentukan
sebagai korban tebusan bagi dosa manusia. Bapa yang menetapkan. Tidak ada pilihan
lain selain mati di kayu salib. Ia taat sampai mati bahkan di kayu salib. Mati
di kayu salib sangat hina. Mati di kayu salib adalah hukuman untuk orang jahat.
Adakah cara lain yang lebih mudah? Seandainya ada cari lain yang lebih
mudah akan ditempuh. Tuhan Yesus belajar
tunduk kepada kehendak BapaNya. Apa yang dikehendaki BapaNya yang dijalani. Pada
Mat 26:39, saat Tuhan Yesus bergumul di taman Getsemani, Dia berdoa demikian "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Dia tunduk kepada kehendak
BapaNya. Apa yang diatur, diputuskan BapaNya, itu yang Dia lakukan. Apakah kita
mempersilahkan Tuhan mengatur hidup kita? Hari demi hari kita jalankan dengan
tunduk kepada pengaturanNya? Seorang misionaris, Corrie ten Boom, saat PD II dimasukkan dalam camp konsentrasi.
Ia dan anggota keluarganya mengalami penyiksaan Tetapi ia tetap setia melayani
Tuhan walau pun dalam kondisi yang sangat terbatas. Setelah selesai PDII, ia dibebaskan
dari camp. Ia melayani Tuhan sampai tua. Di hari tuanya , ia mengalami sakit
yang sangat parah. Malaikat Tuhan datang melalui mimpi kepadanya dan berpesan, “Kamu
sudah setia melayani dan Tuhan sangat menghargai. Kamu sekarang boleh memilih
kembali kepada Bapa hari ini, menikmati persekutuan dengan Bapak, bebas dari
penderitaan. Tetapi ada pilihan kedua, yaitu hidup 5 tahun di dunia ini tetapi
dengan penderitaan dan kesakitan.” Ia bertanya kepada malaikat, “Mana yang
lebih memuliakan Tuhan?” Malaikat menjawab,”Yang kedua.” Corrie tahu itu harus
dilakukannya supaya Bapa ditinggikan. Dia hidup 5 tahun lagi, tetap menderita
dan sakit parah. Ia menjadi berkat, orang lain diteguhkan imannya, yang belum
percaya menjadi percaya. Tuhan Yesus memberikan teladan sampai dengan kematianNya
untuk memuliakan BapaNya. Ketika kita memperingati Jumat Agung ini, kita
kembali menghayati apa yang diberikan Tuhan Yesus dengan menjadi serupa seorang
hamba. Yang tidak hanya diucapkan tetapi dijalankan sampai hidupnya berakhir.
Kita bangun komitmen kembali menjadi hamba dan melayani Tuhan seumur hidup
kita. Dalam begitu banyak pilihan hidup , kita belajar mengutamakan Tuhan.
Dalam sekian banyak keinginan kita belajar menundukkan keinginan kita pada
kehendak Tuhan. Kita tunduk kepada pengaturan Tuhan sehingga mengalami anugerah
demi anugerah.
No comments:
Post a Comment