Pdt. Hery Kwok
Yohanes 16:33
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya
kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita
penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."
Yohanes 17:14-15
14
Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka,
karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
15
Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi
supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Pendahuluan
Tema
hari ini “Di Dunia, Tapi Bukan dari Dunia” bersifat paradoks, seakan-akan
bertentangan tapi fakta sebenarnya tidak. Sama seperti yang ditulis oleh Rasul
Paulus pada 2 Kor 8:9 “Karena kamu telah mengenal kasih karunia
Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,
sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” Allah
yang kaya merendahkan diri , sungguh-sungguh menjadi miskin. Justru dalam
kemiskinan Dialah kita mendapat kelimpahan kasih karunia. Dialah manusia yang memiliki
sifat ilahi , tetapi sekaligus Allah yang mempunyai sifat manusia. Dia manusia
100% dan di dalam Dia sifat-sifat ilahi
nyata. Dia manusia yang memiliki sifat ilahi dan sekaligus Dialah Allah yang
memiliki sifat manusia. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Dia
sungguh-sungguh menggumuli kehidupan manusia yang berdosa. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku
telah mengalahkan dunia." Yoh 16:33b.
Sekitar tahun 2002-2003 saya bersama shi-mu menerima pelayanan di suatu tempat
dan saya berkesempatan bergabung dengan suatu jemaat. Waktu itu, kami memiliki
sebuah mobil Kijang keluaran tahun lama (generasi Kijang kedua yang kuat). Kami
membeli mobil bekas karena tidak mampu membeli mobil baru. Saya sempat ditipu
waktu membelinya (dalam perjalanan hidup kami memang banyak ditipu). Suatu kali
mobil kami itu rusak, lalu seorang jemaat meminjamkan mobilnya kepada kami. Mobil
yang dipinjamkan adalah jenis sedan Civic terbaru. Saya berusaha menolaknya
karena takut mobilnya baret. Maklum di Jakarta sulit menemukan mobil yang mulus
sehingga kalau membeli mobil, maka kita siap-siap mengalami baret. Saya
membayangkan kalau mobil Civic terkena baret berapa harga perbaikannya? Belum
lagi relasi kami menjadi tidak enak. Di samping itu timbul kekhawatiran bila
membayangkan reaksi rekan-rekan hamba Tuhan yang lain. Tapi jemaat tersebut
terus mendesak sehingga akhirnya saya meminjamnya.
Kebiasaan
saya saat mengemudi adalah bila hendak berhenti tidak mau menginjak pedal rem
dari jarak jauh, melainkan pada waktu dekat baru rem. Namun saat meminjam mobil
tersebut, dari jauh saya sudah menginjak pedal rem karena saya merasa mobilnya
bukan mobil saya sehingga saya harus ekstra hati-hati mengemudikannya. Sebagai sedan
tahun baru, mobilnya nyaman sekali saat dikendarai. Seluruh fasilitas mobil
saya nikmati. AC-nya dingin, radio tape-nya
merdu, keempukan shock-breaker dll.
Waktu menikmati mobil itu, sempat terpikir kalau tahu seperti itu saya tidak
menolaknya, karena memberi kenyamanan. Tetapi namanya pinjam, ada waktu
(durasi) nya. Saya bukan yang empunya sehingga saya tidak berhak memakai
seterusnya dan ada jangka waktu harus dikembalikan, walaupun saya menikmati seluruh
fasilitas mobil itu dengan enak. Setiap keluar dan starter mobil, saya ada di
kendaraan yang begitu nyaman. Rasa-rasanya kalau dipakai untuk ke Surabaya pun
pasti terasa nyaman karena kenyamanannya telah meninabobokan saya. Rasanya
kalau boleh mobil ini jangan dikembalikan,
tetapi yang namanya pinjam tetap harus tahu diri (bukan hak kita). Namun mobil
itu bukan hak kami sehingga harus dikembalikan. Setelah mobil kami selesai
diperbaiki, lalu mobil pinjaman tersebut saya kembalikan.
Kalau
kita bicara kita ada di dunia tetapi bukan dari dunia, maka ada 2 hal yang
dipikirkan yaitu :
1.
Orientasi hidup kita bukan di sini tetapi di “sana”.
Orientasi adalah tujuan, pusat di mana
kita punya keinginan. Waktu kita berbicara orientasi hidup kita di dalam dunia,
kita bukan berorientasi di sini tetapi orientasi kita di sana. Meskipun kita di
dunia, kita bukan berasal di dunia agar kita sungguh-sungguh terjaga, agar kita
memiliki orientasi hidup yang di “sana”, bukan di sini. Kita ada di dunia yang
sungguh-sungguh menggiurkan yakni di dalam dunia yang ditawarkan oleh iblis
kepada Tuhan Yesus. Matius 5:8-9 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat
tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya, dan berkata kepada-Nya:
"Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Ada godaan yang hebat yang iblis tawarkan kepada orang-orang di dunia ini, termasuk
kepada kita sebagai orang yang tahu dan telah ditebus oleh Kristus. Kita berada
di dalam problem dan sepanjang umur dunia kita pasti mengalami percobaan. Saat
memiliki orientasi hidup bukan di sini tetapi di sana, maka kita harus
membekali diri agar jangan tergoda dengan kenikmatan dunia ini.
Waktu Allah menciptakan langit, bumi dan
isinya, Ia menempatkan Adam dan Hawa, lalu Adam dan Hawa memberontak kepada
Allah sehingga mereka diusir dari taman Firdaus. Kemudian mereka beranak-pinak.
Manusia yang berdosa kecenderungan hatinya berbuat dosa. Sehingga sampai di
pasal di mana sebelum Nuh disuruh oleh Tuhan untuk membuat bahtera, dikatakan
pada pasal 6 kecenderungan hati manusia berbuat dosa (Kejadian 6:5-6 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di
bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan
semata-mata, maka menyesallah TUHAN,
bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya).
Lalu Allah menyaring manusia yang sedemikian banyak namun hanya 8 orang yang Allah
ijinkan masuk ke dalam bahtera dan selamat yakni Nuh dan istri, ketiga orang anak
mereka dan pasangannya masing-masing.
Kitab Suci tidak berhenti sampai di sana
dan dikatakan “Lalu setelah air bah, beranak-pinaklah seluruh keturunan Nuh tetapi hati manusia tetap
berbuat dosa”. Pada pasal 12, Allah menyaring menjadi 1 keluarga yaitu keluarga
Abraham. Ia diminta untuk pergi dari sanak-keluarga, lingkungan, kaum kerabatmu
dari Us-Kasdim di Mesopotamia pergi ke suatu tempat yang akan diberikan Tuhan. Suatu
tempat yang tidak diketahui oleh Abraham. Tetapi orientasi Abraham bukan di
sini, Ur Kasdim, tetapi di sana yaitu di tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.
Waktu Abraham terus berjalan mengikuti apa yang Tuhan tuntun, ke tempat yang
akan diterima, Abraham mempunyai orientasi hidup bukan di sini tapi di sana.
Waktu Abraham meninggalkan Ur Kasdim, bukan berarti ia tidak punya kekayaan dan
kemewahan. Saat itu Ur Kasdim adalah kota yang terbesar. 4.000 tahun lalu , kota
itu sangat besar, sebuah megapolitan. Waktu saya belajar Perjanjian Lama, dosen
teologi saya yang berasal dari Jerman berkata, “Waktu zaman Abraham, rumah-rumah
mereka bagus sekali dan sudah dilengkapi dengan WC (toilet) yang baik.” Saat itu buang air besar bukan di
bawah pohon atau di gurun pasir karena pada zaman Abraham rumah-rumah sudah
dilengkapi dengan WC-WC yang baik. Bahkan ada satu rumah yang besar yang terdiri
dari ratusan kamar. Arkeolog menggali dan menemukan bahwa dunia saat itu adalah
dunia yang hebat sekali. Bahkan dalam Kitab Kejadian pada pasal 12-14 Abraham bisa
mengalahkan raja-raja yang waktu itu memusnahkan Sodom dan Gomora yaitu Raja Kedarlaomer
dengan segala kroninya. Abraham mempunyai pembantu yang sangat baik.
Pembantunya terlatih perang sehingga waktu dia mendengar Lot, keponakannya,
ditangkap maka ia dengan pasukannya (pembantu-pembantunya) menyerang para
penangkap Lot.
Artinya Abraham adalah orang yang disuruh
keluar dari tempat kenikmatan dan tempat yang begitu gemerlap luar biasa,
tempat di mana orang menikmati dosa yang luar biasa. Di sana penuh dengan
segala berhala. Di sanalah Allah memanggil Abraham. Di sanalah Abraham diajar konsep
bahwa orientasi hidupmu bukan di sini tapi di sana. Ternyata Abraham tidak
selesai sampai di sini. Waktu ia menjadi kaya raya , Tuhan memberikan keturunan
,Ishak, yang dijanjikan darinya akan berkembang banyak raja-raja. Waktu Ishak
mau dinikahkan, Abraham menyuruh bujangnya untuk mencarikan calon istri tapi bujangnya
tidak boleh membawa Ishak ke tempat asalnya, Ur Kasdim. Abraham sekali lagi tidak
mau memikirkan sesuatu yang di sini tetapi orientasinya di sana. Ia berkata
kepada bujangnya, “kamu tidak boleh membawa Ishak ke Ur-Kasdim karena waktu
Ishak kembali ke Ur-Kasdim, maka Ishak akan terjebak dengan segala godaan Ur
Kasdim. Pemahaman yang kuat yang lahir dari kesadaran bahwa saat Allah
memanggil , “Engkau ada di sini, tetapi orientasimu di sana”.
Waktu Musa membawa orang Israel keluar
dari Mesir, ditemukan catatan bahwa bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa,
“Musa, mengapa kamu membawa kami ke tempat yang sulit? Sementara saat berada di
Mesir, kami bisa makan dengan enak. Bahkan kami bisa mati di dalam kelimpahan
makanan.” Dengan kata lain Mesir jauh lebih enak dari apa yang Musa bawa. Waktu
Allah membawa orang Israel dari Mesir setelah mereka dijajah Mesir selama 420
tahun, kita melihat bagaimana berhala-berhala itu sangat melekat dalam diri orang
Isreal. Umat pilihan Tuhan sudah tercemar sedemikian rupa sehingga melalui
Musa, Allah mengangkat mereka dari akar penyembahan berhala supaya orientasi
mereka jangan di Mesir tapi di sana. Orang-orang yang tidak memahami , mereka
tetap marah-marah ke Musa,”Musa, kami lebih senang Mesir”. Artinya walaupun orang-orang
Israel adalah umat Tuhan namun ternyata sebagian dari mereka masih punya
pikiran dan orientasi hidup “di sini bukan di sana”.
Perjanjian Baru memberikan kepada kita pemahaman
yang hebat waktu Rasul Paulus menulis surat ke Jemaat Kolose. Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama
dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di
sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara
yang di atas, bukan yang di bumi. (Kolose 3:1-2). Waktu menulis surat itu, Rasul
Paulus ingin mengatakakan bahwa orientasi orang percaya memang bukan di sini
tetapi di sana. Walau berada di sini, tetapi pikiran kita berada di sana.
Kita hidup dan ada di dunia, dan belum
dipanggil Tuhan , apakah kita masih benar-benar menikmati dunia sebagai sesuatu
yang sangat disenangi (mencari kenikmatan dunia) atau kita mulai memikirkan
bahwa kita harus melihat ke sana. Kita di dunia tetapi kalau hidup seperti
dunia, berarti orientasi kita dalah dunia (di sini). Kalau kita mengejar apa
yang ditawarkan dunia atau kita terikat dengan dunia ini, maka orientasi kita ada
di sini walau mungkin namanya orang Kristen. Itu bukan orang Kristen yang lahir
baru. Kristen yang lahir baru adalah orang Kristen yang menyadari bahwa Allah
tempatkan kita di dunia tetapi kita bukan berasal dari dunia.
Kewarganegaraan kita bukan dari dunia,
berarti seluruh orientasi kita tetap harus tetap ada di sana (bukan di dunia).
Kalau kita terlalu menyederhanakan dalam pemahaman bahwa “percaya Yesus lalu selamat
tapi hidup tidak berubah” maka itu pemahaman sederhana yang kacau. Karena setelah
diselamatkan Kristus, maka kita akan kembali ke rumahNya. Waktu kita berada di
rumahNya (di sorga) maka seluruh fasilitas dan aturan main di surga harus menjadi
kesukaan kita. Kalau orientasi kita masih di dunia maka kita akan sulit untuk mengikuti
apa yang di sana karena orientasi kita tetap di dunia. Maka tidak mungkin dan
tidak akan bisa kita berada di sorga waktu orientasi kita ada di sini. Sehingga
Rasul Paulus berkata,”Pikirkanlah yang di atas, yang Allah kehendaki.” Allah
menghendaki kita sebagai apa? Allah menghendaki apa dalam keluarga? Allah menghendaki engkau sebagai apa? Orang
yang melayaniNya! Orang menghendaki engkau sebagai apa? Hamba-hamba Tuhan!
Waktu pikiran Allah itu terus menguasai kita, maka kita akan tetap di dunia
tetapi orientasi kita ada di sana.
2.
Jangan pernah menyerah meskipun hidup susah.
Yohanes 17:15
Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi
supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Hal yang sama bahwa waktu kita di dunia tetapi bukan
berasal dari dunia, melahirkan pemahaman kita jangan pernah menyerah meskipun
hidup yang kita jalani di dunia itu susah. Karena Kitab Suci dengan jujur
mengatakan kita berada di dunia yang membenci kita. Walau kita mau berbuat
sebaik-baiknya, kita tetap dibenci oleh dunia disebabkan oleh kita berbeda
dengan dunia (kita bukan dari dunia). Karena bukan dari dunia (berbeda dari
dunia) maka otomatis dunia tidak akan pernah mau menerima kita seutuhnya. Ia
akan tetap mencari kelemahan dan kesalahan kita. Maka Kitab Suci mengatakan
bahwa orang-orang yang percaya pada Kristus, adalah orang-orang yang harus siap
memikul salib karena dunia memang membenci kita.
Pdt. Stephen Tong memberi ilustrasi yang
bagus. Jepang mengekspor ikan-ikan yang berkualitas bagus. Rupanya orang Jepang
menghasilkan ikan yang bagus dan diimpor ke Eropa. Perjalanan dari Jepang ke
Eropa bisa memakan waktu 15 jam, melewati kota Moscow, Siberia dan lainnya.
Waktu ikan-ikan berada ada di atas, ikan-ikan itu baik-baik saja. Waktu dibawa
sampai di Eropa, dan dibuka ternyata ikan pada mati. Bingunglah orang Jepang
karena kalau ikan mati maka mereka akan menderita kerugian. Mereka punya akal
bagus. Waktu mengirim lagi , mereka taruh kepiting yang kemudian mengejar-ejar
ikan. Karena ikan menghindari kepiting maka mereka berenang dengan luar biasa.
Selama 15 jam kepiting mencoba menangkap ikan dan ikan terus bergerak sehingga ketika
sampai Eropa ikan itu masih hidup.
Allah taruh kita di dunia, bukan tanpa maksud.
Tetapi Ia punya maksud yang hebat yaitu kita warga negara sorga yang ditaruh di
dunia. Di sana kita akan mengalami tantangan, hambatan, himpitan, kesulitan
hidup. Waktu kesulitan hidup menerpa kita, justru kesulitan itu membuat kita
tetap hidup di dalamnya. Ini sesuatu yang paradoks. Dengan mengalami kesusahan,
justru kita hidup, kalau tenang justru kita mati seperti ikan-ikan di atas.
Waktu kita punya tetap orientasi hidup, bukan di sini tetapi di sana. Kita
berada dalam sebuah kondisi, jangan pernah menyerah karena kita sungguh-sungguh
dipercayakan Tuhan sementara di dunia ini karena kita akan kembali ke sana.
Hal ini berbeda dari hal yang pertama. Pada
hal yang pertama, kita benar-benar dininabobokan oleh tipu daya dunia sehingga
kita jatuh dan ternyata benar-benar banyak orang Kirsten jatuh. Karena seorang
teolog mengatakan bahwa kita diciptakan di antara dua yaitu Allah dan iblis.
Iblis mau kita taat dan tunduk kepadanya. Kita berada di antaranya dan bisa tergoda.
Sehingga kita harus menanamkan orientasi hidup kita di sana. Yang kedua adalah
kita harus mempersiapakan mental kalau ikut Tuhan maka kita harus siap untuk diuji.
Waktu kemarin rapat PGI di Cisarua, selama
4 hari 3 malam rasanya seperti setahun. Karena tiap hari rapat dari pagi,
begitu makan lalu rapat lagi. Tempat yang bisa membuat kita terhibur adalah
tempat makan karena di sana kita tidak rapat. Di mana kita bisa keliling tempat
makan. Mau makan apa saja terserah untuk melepas kepenatan. Yang penting di
ruang makan bukan di ruang rapat. Karena kalau rapat dengan mereka sampai tidak
mandi. Waktu saya mengikuti seksi dokumen keesaan gereja, yang kumpul seperti
ahli-ahli Taurat di mana kalimat bahkan kata seperti “dan”, “koma”
dipermasalahkan sehingga akhirnya waktu rapat tidak ada yang mandi. Tetapi karena
tempat rapatnya dengan kamar saya, maka saya tetap mandi. Waktu selesai mandi ternyata
rapat belum selesai. Selama mengikuti sidang dari pagi sampai malam, banyak hal
yang saya dapati meskipun lelah. Ada beberapa pemikiran tentang kehadiran
gereja di dunia ini yang penuh dengan dinamikanya, yang penuh tantangan di
dunia, permasalahan dan pergumulannya. Itulah dunia ini. Kita ada di kondisi di
mana kita dibenci oleh dunia. Jangan dunia membuat kita menjadi tawar hati dan
patah hati. Poin pertama jangan dunia mengaburkan pandangan (tidak melihat) akan
apa yang harus di capai.
Kesimpulan
Pesan
firman Tuhan dalam minggu ini : Yesus telah mengalahkan dunia. Yohanes 16:33 Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu
menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan
dunia." Ini bahasa yang sangat luar biasa, bahasa yang sungguh-sungguh
melegakan hati kita. Karena kita bisa keluar dari godaan si jahat yang hebat
dan sekaligus kita tetap bisa bertahan untuk tetap hidup di dunia. Yesus telah
mengalahkan dunia, sehingga kita bisa menjadi wakil Allah yang ada di dunia.
Kita ditaruh oleh Tuhan di dunia sebagai wakil. Istilah wakil bukan dari kata
kerja tetapi termasuk kata benda. Di dalam kata benda dan kita tidak melakukan,
maka kita memiliki keberadaan seperti itu. Dalam diri kita sebagai manusia harus
keluar apa yang ada sebagai manusia. Waktu kita wakil Allah, Allah ingin agar apa
yang menjadi dari keberadaan yang telah Allah tebus, itu keluar. Salah satu tugas
PGI kemarin, gereja harus menyuarakan keadilan, kebenaran, bagaimana HAM dan
tuntutan-tuntutan yang sebenarnya dunia sedang teriakan. Itulah yang Alkitab
ajarkan pada kita. Kita memang bukan dari dunia mari jangan pikir bahwa dunia
ini tempat kita selamanya. Jangan pernah kita berkutat di dunia sehingga habis dengan
dunia ini. Kita boleh kerja tetapi pekerjaan jangan menyita kita dengan dunia
ini. Kita boleh menikmati jalan-jalan tetapi jangan sampai jalan-jalan itu menghabiskan
seluruh hidup kita. Kita boleh menikmati apa yang Tuhan berikan tetapi jangan sampai
kenikmatan dunia menutup kita sampai kita kehilangan orientasi. Kiranya Firman
Tuhan menuntun kita dengan belas kasihan.
No comments:
Post a Comment