Ev. Susana Heng
Matius 13:22 Yang ditaburkan di tengah
semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan
tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Kejadian 37:3-4
3
Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf
itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang
maha indah bagi dia.
4
Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi
Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau
menyapanya dengan ramah.
Dunia yang menghimpit
Hal-hal apa saja yang bisa menghimpit
orang-orang percaya?
Bersyukur hari ini kita bisa bertemu dan saat tiba di
gereja, saya melihat seragam anggota paduan suara berwarna merah. Imlek
adalah suatu hari yang spesial, semuanya
bisa berkumpul bersama dan makan bersama dengan keluarga. Hidup ini memang
tidak selalu baik. Terkadang ada hal-hal yang tidak baik. Namun dalam suasana
imlek bagi orang Tionghoa, suasana baik atau tidak baik tetap harus baik.
Berkumpul saja sudah baik karena kita diberkati Tuhan dan masih bisa berkumpul.
Memang sepanjang tahun ada susah dan senang, tetapi saat kita masih berkumpul
dengan keluarga kita dan masih ada makanan untuk kita dan semua bisa duduk
bersama, itu merupakan anugerah besar dari Tuhan bagi setiap kita. Puji Tuhan saya percaya berkat Tuhan tidak
pernah berkesudahan dalam hidup kita walaupun ada kesusahan terjadi dalam hidup
kita.
Tema hari ini “Ketika Dunia Menghimpitmu”. Dalam Matius 13:7;22 dikatakan Sebagian
lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan
menghimpitnya sampai mati.Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang
mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan
menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Ini perumpamaan tentang
seorang penabur yang menabur benih. Ada yang jatuh di pinggir jalan , di tanah
berbatu-batu dan ada yang jatuh di tengah semak duri. Lalu murid-murid bertanya
arti tentang perumpamaan itu kepada Tuhan Yesus. Di sini kita melihat ketika
benih sudah ditabur saat bertumbuh ternyata bisa dihimpit hingga mati sehingga
tidak berbuah. Apa saja yang bisa menghimpit? Himpitan itu bisa berupa kekhawatiran dan tipu daya
kekayaan.
Saya tidak tahu bagaimana suasana hati kita saat ini. Tetapi
sewaktu kita melihat semua orang memakai pakaian baru , berwarna merah dengan senyum
lebar sehingga suasana menjadi cerah dan
menyenangkan. Sewaktu melihat warna seragam paduan suara merah bisa mempengaruhi hati kita. Kita dalam
keadaan bahagia. Hidup tidak selalu senang atau sebaliknya hanya susah belaka.
Firman Tuhan mengatakan bahwa yang membuat kita terhimpit bukan saja kesusahan dan
kekhawatiran tetapi harta kekayaan juga bisa menghimpit kita. Terlalu senang
bisa membuat kita melupakan Tuhan. Mungkin saat bangun, kita merasa lega, sangat
bersyukur dan indah, namun bukan hari
ini saja kita bersyukur kepada Tuhan. Sebagai orang Tionghoa, saya juga
merayakan imlek. Pernah saya minta orang untuk mengambil foto saya dan minta
membuka mata padahal saya tidak menutup mata. Kalau sedang tersenyum, memang
mata saya tinggal segitu.
Di sini kita melihat saat ini saya seperti saudara
saya juga senang. Namun pada hari pertama imlek saya terjatuh, padahal saya sudah
memakai sepatu datar (tanpa hak tinggi), sehingga hari ini saya naik tangga
dengan hati-hati. Selasa lalu (tanggal 5 Feb 2019), tepat saat merayakan imlek dengan
mengenakan baju merah, saya terjatuh dan tidak bisa bangun. Suami dan anak saya
laki-laki terperanjat. Anak saya akhirnya mengangkat saya berdiri. Saya
bersyukur kepada Tuhan, saya tiba-tiba teringat nats Alkitab, “kalau jatuh
tidak sampai tergeletak”. Akhirnya bangun juga, walaupun kemudian saya
menyadari bahwa ternyata kaki saya tidak bisa menyangga diri sendiri sehingga
harus pakai koyo sekujur tubuh. Tangan saya juga memakai koyo dan sekarang
masih ada bekas luka. Sewaktu jatuh saya bangun dan bersyukur kepada Tuhan.
Saya berkata,”Tuhan sekarang saya mengerti Mazmur yang berkata TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang
hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,
sebab TUHAN menopang tangannya (Mazmur 37:23-24) .
Di hari imlek, semua kita bersukacita. Kita dengan
semangat dan bersukcita. Tetapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Saat sarapan pagi apakah saya tahu bahwa saya akan jatuh ? Tidak! Saya tidak
tahu saya akan jatuh parah sehingga kaki
tidak bisa diangkat. Saya berjalan sambil digandeng suami dengan satu kaki
diseret-seret. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa detik
kemudian, apakah ada hal yang buruk atau baik. Tetapi sebagai orang Kristen
kita tahu satu hal pasti yaitu tangan Tuhan memegang kita. Tuhan tahu
seringkali masalah dalam hidup kita bisa membuat kita jatuh.
Saya tidak tahu keadaan setiap kita sekarang ini apakah
ada yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi sehingga saat menghadapi imlek ada
yang kesulitan memberi angpao atau membeli baju baru untuk anak-anak. Tidak
semua orang punya uang yang segitu banyak atau tabungan untuk dipakai. Tetapi
sebagai orang Tionghoa kita ingin memakai baju baru. Kita biarkan anak-anak
memakai baju baru sedangkan kita mengenakan baju seadanya yang penting berwarna
merah karena bajunya hanya dipakai setahun sekali.
Di dalam hidup tidak semua berjalan baik. Saya
mengenal seseorang yang sekarang mencari penghasilan dengan menjadi pengemudi go-jek
sampai malam. Ia mengemudi sampai malam karena ia perlu uang untuk membayar biaya
kuliah anaknya. Pk 4 pagi ia sudah bangun lalu mengantar kue-kue yang dibuat
istrinya lalu ditaruh di sekolah-sekolah untuk dijual. Nantinya ia akan datang
mengambil kembali sisanya. Hidupnya sama sekali tidak mudah. Tetapi ia seorang
yang sangat taat pada Tuhan. Tidak setiap saat hidup kita baik, tidak setiap
saat yang kita lihat baik itu ternyata benar-benar baik. Tetapi satu hal yang
pasti adalah Tuhan menolong.
Hal mengenai kekhawatiran
Siapa di antara kita yang tidak pernah kuatir? Tidak
ada! Saya orangnya sangat khawatir. Misalnya : anak saya berkata,”Ma, saya mau
keluar.” Saya berpikir anak saya akan menyeberangi jalan , jadi saya berdoa,
“Tuhan pimpin dia menyeberang jalan” dan saat berpikir dia mau naik bus, saya
berdoa, “Tuhan tolong dia naik bus.”. Karena
bisa saja saat naik, bus sudah jalan sehingga kita bisa terjatuh. Saya
berdoa,”Tuhan jauhkan dia dari orang jahat”. Saya berdoa semuanya karena saya penuh
kekhawatiran. Saya tipe orang yang terlalu banyak khawatir. Terkadang saat malam
hari , saya susah tidur karena khawatir. Padahal kejadian belum terjadi. Walau
khawatir setengah mati, tetapi kalau mau kejadian tetap saja terjadi. Tetapi
saya bodoh karena merasa khawatir terus-menerus.
Saya berdoa, “Tuhan Yesus tolong dan kasihani saya agar saya jangan khawatir”. Saya
terlalu banyak khawatir. Untuk satu kejadian, saya bisa berpikir dari A sampai Z
padahal tidak mungkin terjadi sampai Z karena bila terjadi sampai B dan C saja sudah
aneh. Tetapi saya bisa khawatir seperti itu, namun saya bersyukur karena saya punya
Tuhan Yesus. Bersyukur pada Tuhan. Jadi saya selalu berdoa. Saya mau mengajak
orang-orang yang penuh kekhawatiran seperti saya untuk membaca Alkitab. Kata
Alkitab kekhawatiran bisa membuat kita jatuh. Tuhan tahu hidup kita ada
kekhawatiran, Tuhan tahu kita bisa khawatir.
Matius 6:25-26,33
25
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu,
akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan
tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari
pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
26
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang
di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Tuhan berjanji Tuhan akan menyediakan apa yang kita
butuhkan.
33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.
Kekhawatiran bisa menjatuhkan kita. Saya melayani kelompok
kecil. Suatu kali salah satu pemimpin kelompok kecil mengeluh kepada saya. Ia
membawa satu jiwa. Orang itu baru mau percaya kepada Tuhan. Adik suaminya orang Kristen. Tetapi orang itu adalah
orang Kristen yang tidak punya kesaksian. Saat usahanya jatuh , dia meramal nasib
di kelenteng. Bagaimana ia bisa punya kesaksian untuk saudaranya? Orang Kristen
saja bisa mengeluh melihat orang Kristen saat menghadapi kesulitan, bukannya mencari
Tuhan tetapi ia pergi kwa mia (melihat nasib). Karena usahanya gagal maka ia akan
melakukan hal-hal yang tidak menjadi
kesaksian bagi orang yang belum percaya. Hal ini semakin lama akan membuat ia
meninggalkan Tuhan karena ia lebih percaya hal-hal itu daripada Tuhan.
Seringkali kekuatiran kita seperti “bagaimana usaha
nanti? Bagaimana anak-anak kita nanti?” Kita tidak bisa menyerahkan itu pada
Tuhan. Hal ini membuat kita menjauh dari Tuhan dan mencari pertolongan yang
lain daripada Tuhan. Sewaktu kita melangkah dengan kekhawatiran dan mencari
sesuatu yang lain dari Tuhan, maka saat itu kita dihimpit mati seperti benih
yang tumbuh di semak duri. Karena kita sudah tidak percaya pada Tuhan (lebih
percaya yang lain). Itu sebabnya kekhawartiran pada masa depan sering membuat
kita menjauh dari Tuhan. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Allah sudah tahu.
Sebelum kita bicara, Tuhan sudah tahu dan Ia ingin kita mencariNya dan Tuhan
akan menolong kita langkah demi langkah.
Kekayaan Dunia bisa menghimpit kita.
Ternyata kekayaan dunia terkadang bisa menghimpit
kita. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Kita sudah senang dan kaya dan banyak
orang seperti itu merasa bisa semuanya. Dia merasa itu semua bisa dalam
pengaturannya sehingga ia tidak membutuhkan Tuhan. Seaktu Tuhan memberkati
kita, biarlah kita berkata, “Puji Tuhan!” dan bersyukur . Jangan merasa kita
sudah hebat dan pintar hingga bisa mencapai posisi ini lalu merasa tidak
membutuhkan Tuhan dan meninggalkanNya.
Bagaimana anak Tuhan menghadapi himpitan
hidup?
Kejadian 37:23-27
23
Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan
jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu.
24
Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu
kosong, tidak berair.
25
Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika mereka mengangkat muka,
kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan
untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya
mengangkut barang-barang itu ke Mesir.
26
Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya
kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya?
27
Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita
apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan
saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu.
Kejadian 39:7-9
7
Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu
katanya: "Marilah tidur dengan aku."
8
Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan
bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku,
9
bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada
yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau
isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan
berbuat dosa terhadap Allah?"
Pada pasal 39:7 , setelah Yusuf dijual ke rumah
Potifar ia dipercaya tetapi terjadi kejadian lain. Pada ayat di atas, Yusuf
baru berusia 17 tahun dan ia adalah anak kesayangan bapaknya,Yakub, yang
membuat jubah maha indah sehingga saudaranya iri kepadanya. Pada Kejadian 37
mereka punya rencana jahat kepadanya dan mereka menangkapnya, menanggalkan
jubahnya dan berobohong kepada ayahnya bahwa Yusuf diterkam binatang namun
kenyataannya ia dijual ke Mesir. Seorang anak yang baru 17 tahun artinya masih
remaja. Ia seorang anak kesayangan bapak yang berarti ia sangat dimanja, semua
yang dimau diberikan. Tiba-tiba dalam sekejap dia dimasukkan ke sumur lalu dijual
ke Mesir. Seperti apa perbedaannya? Dari seorang anak kesayangan kemudian
menjadi budak. Ia belum dewasa dan bisa berpikir matang karena baru berusia 17
tahun. Tetapi ketika kesusahan hidup menimpa dia dan dia dijual sebagai budak, saya
kagum dengannya bagaimana di tempat penjualan budak ia tidak bercerita bagaimana
ia mengalami kepahitan. Hari ini kita banyak mendengar orang mendapatkan
kepahitan karena ia dulu kaya sekarang jatuh miskin padahal ia tidak dijual
seperti Yusuf. Bahkan bapaknya masih berusaha membiayainya sekolah. Orang
seperti itu saja sudah mengalami kepahitan. Sedangkan Yusuf dari anak
kesayangan menjadi seorang budak. Berarti ia harus menjadi orang asing di satu
rumah berarti ia harus bekerja keras.
Saya salut dengannya. 17 tahun sebagai budak , bekerja
di rumah orang bertahun-tahun. Ia menjadi orang kepercayaan dari Potifar. Begitu
dijual sebagai orang asing, tidak ada orang yang menganggap dia. Ia masih kecil,
17 tahun. Sebagai seorang yang masih kecil, mungkin ia bisa di-bully oleh
pembantu-pembantu yang lebih senior. Anak muda ini menjadi pembantu dan budak
baru. Ada yang menganggap remeh dan menekan dia. Dalam keadaan seperti ini, ia
bisa bertahan dan tidak berdoa, “Tuhan
mengapa engkau meninggalkan aku. Aku dulu anak kesayangan dan sekarang saya jadi
budak”. Saya kira, kalau saya bisa berdoa dan menangis-nangis cukup panjang. Tetapi
di usia 17 tahun, Alkitab mencatat ia melakukan yang paling baik. Sebagai pembantu
pun ia menjadi yang terbaik sampai mendapat kepercayaan. Ini membutuhkan proses
yang panjang. Kalau kita masuk tempat baru, tidak mungkin langsung dipercaya.
Kita harus bekerja keras baru diakui. Tetapi anak 17 tahun ini mengapa ia bisa
punya konsep yang begitu bagus dan bekerja dengan begitu baik sehingga diakui?
1.
Yusuf seorang yang berpegang teguh dalam iman.
Yakub cukup berhasil di masa tuanya mendidik
1 anak untuk takut akan Tuhan. Yusuf mengenal dan belajar Tuhan dari Yakub.
Sewaktu ia dibuang ke Mesir, ia tetap berpegang teguh pada imannya. Sehingga ia
selalu melakukan yang terbaik. Bosnya dan orang lain tidak melihat tetapi Tuhan
melihat. Bandingkan kalau sedang menyapu tidak ada yang melihat, terkadang kita
menyapu sembarangan. Juga saat berkendaraan tidak ada polisi atau tidak orang
yang melihat kita melanggar peraturan lalu-lintas (menerobos lampu merah). Hal
itu terjadi karena kita tidak merasa Tuhan melihat, tetapi Yusuf tahu Tuhan
melihat. Sehingga ketika kesulitan datang dan himpitan dunia seperti menekan,
dia tidak mengatakan ,”Saya mengalami kepahitan. Hidupku sungguh susah dari
seorang anak kesayangan menjadi budak. Sekarang saya menjadi pembantu di rumah
orang. Saya paling muda dan ditekan oleh orang-orang yang lebih senior.” Tetapi
ia menunjukkan bahwa ialah yang terbaik dan ia tetap berpegang teguh pada
imannya. Dalam semua persoalan hidup, tantangan, godaan kehidupan, Yusuf selalu
bersandar pada Tuhan. Walaupun ada harga yang harus dibayar. Hal ini bisa kita
lihat pada Kejadian 39.
Saat itu Yusuf keadaannya sudah membaik
dan menjadi orang kedua sesudah bos. Ini posisi yang tinggi. Tahu-tahu istri
Potifar menaksirnya. Kejadian 39:2 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia
menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di
rumah tuannya, orang Mesir itu. Saat itu Yusuf berusia 17 tahun, tampan dan
pintar. Istri Potifar melihat Yusuf dari kacamata berbeda dan jatuh cinta
kepada Yusuf. Lalu ia membuat rencana dengan mengosongkan rumah sehingga
tinggallah ia bersama Yusuf. Ia terus-menerus menggoda Yusuf. Dari pasal 39 ia
sudah meminta agar Yusuf tidur dengannya. Tetapi anak muda ini tidak berpikir
yang lain. Ia hanya berkata,”Bagaimanakah
mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap
Allah?" (Kej 39:9b). Dia tahu semua orang tidak melihat, tetapi Tuhan
melihat. Yusuf menjawab “tidak”. Alkitab
dengan jelas mencatat hal ini. Ia tidak mau jatuh dalam dosa walau dihimpit oleh
dunia karena takut akan Tuhan. Ia berpegang teguh pada imannya dan tidak
luntur.
Dari kacamata dunia, kalau ia jadi dengan
istri Potifar, maka posisi akan bertambah baik? Semua orang disuruh pergi
sehingga tinggal Yusuf berdua dengannya. Yusuf digoda terus hingga sampai lari
meninggalkan bajunya. Kalau tidak seram, ia tidak akan lari terbirit-birit. Memang
ada godaan yang harus pakai jurus lari. Jangan sampai jatuh dalam dosa, tidak
usah berfilsafat tapi lari! Itu yang dipakai oleh Yusuf dan ia benar-benar
lari. Terkadang ada bapak-bapak berkata kepada teman wanita-nya,”Kamu duduk di
sebelah saya. Saya kan tidak berdosa” . Tetapi
Alkitab berkata,”memandang saja sudah berdosa”. Ia berkilah,”Bukan saya
yang datang tetapi kamu yang datang. Kamu duduk di sebelah saya. Saya
senang-senang saja. Kamu suka saya, jadi bukan saya yang salah!”. Kalau
berfilsafat maka kita bisa terperangkap jatuh. Jadi pakai jurus Yusuf : lari!!
Sekarang di kantor banyak yang berkata,”Saya
hanya makan siang berdua, tidak apa-apa.” Dosa dimulai dari tidak ada apa-apa.
Hanya mulai makan siang berdua, lama-lama bicara, lalu lama-lama dari hati ke hati
karena mulai dari tidak ada apa-apa (tidak masalah). Tetapi Yusuf pakai cara lari
dan menghindar. Namun apa yang terjadi? Sudah jatuh tertimpa tangga. Kalau
berpikir secara manusia, Yusuf bukan saja bisa menjadi kesayangan tuan , tetapi
ia bisa menjadi kesayangan istrinya juga. Kalau Potifar tidak ada, maka ia bisa
menjadi tuannya. Secara duniawi yang diam-diam itu yang menguntungkan. Tetapi
Yusuf tidak melakukan itu karena berdosa kepada Tuhan. Yusuf berpegang teguh
pada imannya. Banyak orang jatuh walau tidak merencanakan jatuh. Tetapi selalu ada
celah-celah yang dipakai iblis menggoda dan membuat kita jatuh. Banyak keluarga
baik-baik dan tidak ada suami yang rencana menyeleweng tetapi kemudian jatuh.
Di kantor berteman baik, lau duduk
berdua bicara. Awalnya jaraknya cukup jauh, keesokan harinya jaraknya mendekat.
Bulan depan sudah makin dekat dan bulan depannya lagi sudah tidak ada jarak. Semuanya
terjadi pelan-pelan. Itu sebabnya kita harus berpegang teguh pada Tuhan.
Katakan tidak pada yang tidak . Tidak usah
sungkan-sungkan. Tentu saja ada resikonya. Waktu itu Yusuf tidak berpikir
resikonya, tetapi ia hanya berpikir satu hal : Tuhan. Tuhan melihat , saya
tidak boleh berbuat dosa. Lalu Yusuf dijebloskan ke penjara. Dari anak
kesayangan, menjadi budak lalu masuk penjara selama bertahun-tahun. Tetapi ia
tetap berpegang teguh pada imannya. Ternyata untuk beriman ada harga yang harus
dibayar. Seringkali kita tidak mau membayar harganya dan lebih baik ikut dunia. Kita lebih baik fleksibel
sedikit daripada membuat kita rugi dan susah. Otak kita akan selalu berpikir
itu jalan teraman bagi saya, itu lebih baik saya daripada saya menanggung
resiko. Tetapi itu bukan jalan dan kehendak Tuhan. Yusuf tahu dan ia takut akan
Tuhan.. Ia mencapi tujuan yang Tuhan kehendaki.
2.
Yusuf seorang yang mempunyai hati yang bersih dan
tulus.
Dengan memelihara hati yang bersih,
Yusuf yang masih muda ini hidup kudus di hadapan Tuhan, walaupun dia digoda,
Yusuf tetap tidak jatuh dalam dosa. Yusuf lebih rela menderita dalam kebenaran,
menjaga hidup suci, daripada memmperoleh kesenangan-kekayaan duniawi, tapi
berdosa pada Tuhan. Himpitan dunia tidak membuat Yusuf jatuh.
Ia berpegang teguh pada iman dan selalu
menjaga hati yang murni di hadapan Tuhan. Untuk menjaga hati yang murni tidak
mudah. Banyak hal yang bisa membuat hati kita menyimpang ke kiri dan ke kanan.
Waktu muda kita disebut orang yang naif, hati kita tulus-tulus saja. Kita tidak
pernah berpikir orang akan menggunakan perkataan kita untuk berbalik menyerang kita.
Kita tulus dan baik, tetapi kemudian kita mengalami banyak hal dan hati kita
tidak menerimanya. Kita melihat Yusuf tetap memiliki hati yang bersih dan
tulus. Sewaktu di penjara, apakah dulu ia berpikir,”Saya bekerja di rumah
Potifar dengan begitu baik kemudian saya difitnah. Jadi buat apa saya bekerja
baik-baik?” Dengan demikian pekerjaannya
biasanya menjadi tidak baik. Namun hati Yusuf tetap baik dan tulus karena di
penjara pun ia menjadi yang terbaik. Ia selalu menjadi dirinya sendiri yang
adalah yang terbaik dan yang Tuhan melihat apapun juga sehingga hatinya tetap
bersih dan tulus. Apapun yang ia
kerjakan, Tuhan membuatnya berhasil. Karena ia memiliki iman yang teguh kepada
Tuhan dan ia memiliki hati yang bersih dan ia menjaga hatinya di hadapan Tuhan.
Untuk menjaga hati yang bersih di hadapan Tuhan tidak mudah.
Bertemu dengan orang-orang di gereja, semua memiliki wajah yang baik-baik.
Tetapi kalau bertemu orang di luar, ada yang di depannya manis-manis namun di
belakang menusuk kita. Maka wajah dan hati kita tidak bisa dijaga
bersih-bersih. Kita seringkali menjadi sama dengan dunia ini karena kita tidak
berpegang pada Tuhan. Tetapi Yusuf tetap mengandalkan Tuhan. Sejak ia berada di
dalam penjara selama bertahun-tahun sampai umur 30-an tahun hingga ia menjadi
orang kedua di bawah Firaun, itu waktu yang panjang sekali. Tetapi himpitan
dunia yang menekan dia membuat Yusuf justru semakin teguh di hadapan Tuhan.
Rupanya itu merupakan pelatihan Tuhan baginya karena Tuhan mempunyai maksud di
dalamnya. Sehingga hari ini, saat kita
menghadapi himpitan hidup dan masalah yang bertubi-tubi , itu mungkin latihan
Tuhan bagi kita menjadi orang yang lebih tangguh (teguh), memelihara hati dan menjadi
seorang yang lebih baik. Seringkali hidup tidak selalu baik, tetapi kita
percaya Tuhan selalu menolong agar kita berjalan sesuai dengan firman Tuhan.
Penutup
Saya bersyukur kepada
Tuhan. Saya melihat banyak teman-teman seangkatan saya yang melayani walaupun banyak
rekan yang hidupnya tidak mudah. Ada yang diterpa sakit-penyakit dan ada
seorang teman walaupun menderita sakit namunn sampai akhir hidupnya ia tetap
melayani Tuhan. Ia masih muda saat terkena kanker dan anaknya masih kecil.
Tetapi istrinya begitu kuat dan sampai di detik akhir ia tetap setia dan percaya
kepada Tuhan. Padahal ia baru berumur 30-an tahun dan terkena kanker usus. Saya
melihat dia menjalani kemoterapi berkali-kali padahal dulu belum ada BPJS. Kesulitan
keuangan , masalah kesehatan dan anak-anak tentu menjadi beban pikirannya.
Tetapi ia tetap bepegang teguh pada Tuhan. Mengikut Tuhan dan selalu setia kepadaNya
tidak mudah. Pelayanan Ev. Merce juga tidak mudah. Bertahun-tahun ia harus bekerja
untuk pelayanan di Malaysia. Ia orangnya teguh dan tahan susah dan saya percaya
Tuhan akan menolongnya terus. Setiap hamba Tuhan punya beban dan masalah
masing-masing. Tetapi satu hal kita belajar dari Yusuf adalah bahwa ia tetap
berpegang teguh pada Tuhan dan ia punya hati yang murni. Langit tidak selalu
akan biru tetapi Tuhan selalu ada di sana untuk kita.
Dunia bisa menghimpit
kita dengan kesulitan, fitnahan dan berbagai masalah (keuangan, orang yang
menyerang kita atau lainnya), tetapi satu hal yang kita tahu yaitu kita punya
Tuhan Yesus yang selalu ada di sana untuk kita. Tetapi di dalam kesusahan, kita
mengalami tangan Tuhan. Seperti saat saya jatuh dan tidak bisa apa-apa, tetapi
saya melihat itu yang terbaik yang sudah Tuhan berikan bagi saya. Kalau orang
lain yang seumur saya mungkin sudah patah tulang dan dioperasi. Tetapi saya hanya
susah jalan saja, tinggal pakai koyo dan obat gosok. Saya sangat bersyukur pada
Tuhan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi saya tahu satu hal : Tuhan Yesus saya adalah Tuhan saya. Dia
memegang saya, saya jatuh tetapi tidak akan sampai tergeletak karena ada Dia. Saya
tahu Tuhan selalu menolong dalam hidup saya. Bahkan kalau saya mengalami
sesuatu, terkadang saya berpikir,”Tuhan ingin mengingatkan saya tentang sesuatu?”
Mungkin saya sudah melakukan hal yang tidak memperkenankan Tuhan. Tetapi dalam
kedekatan kita dengan Tuhan , kita tahu ada sesuatu yang Tuhan mau lakukan
dalam hidup kita. Seperti Yusuf , Tuhan ijinkan dari seorang anak kesayangan menjadi
seorang budak dan masuk ke penjara menjadi narapidana, karena Tuhan ingin
melatih Yusuf menjadi orang kedua setelah Firaun. Dalam kehidupan kita pun
Tuhan punya rencana. Mengapa hal itu terjadi? Mungkin Tuhan mau melatih kita menjadi
sesuatu yang luar bisa. Biarlah kita tetap berpegang teguh kepada Tuhan dan
kita tetap menjaga hati kita tetap bersih. Orang boleh menyerang kita, melukai
kita atau berbuat sesuatu, tetapi hati kita tetap tulus dan bersih di hadapan
Tuhan karena Tuhan melihat itu semuanya.