Pdt. Leonard Sidharta, Ph.D
1 Korintus 1:21-25
21 Oleh karena
dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah
berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
22 Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
23 tetapi kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
24 tetapi untuk
mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus
adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
25 Sebab yang
bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari
Allah lebih kuat dari pada manusia.
Pendahuluan
Tema hari ini “Yesus Kristus : Juruselamatmu”,
apa arti / maknanya dalam konteks budaya orang Timur (Tionghoa) yang sangat
mementingkan gengsi (kemuliaan / muka)? Hal ini bisa dipahami dari kitab Korintus
(sejak zaman Rasul Paulus). Rasul Paulus memberitahukan kepada kita bahwa Allah
tidak memandang muka. Saat kita mencoba mengerti Yesus sebagai Juruselamat, kita
berusaha memahami makna dari Injil (berita Injil). Namun berita Injil sulit
dimengerti karena memberitakan Allah yang menjadi manusia. Banyak orang sekarang
yang bingung apakah Tuhan ada dan malah ini Ia menjadi manusia dan mati di kayu
salib. Sehingga ini lebih sulit lagi. Karena belum sempat mengerti bagaimana Allah
menjadi manusia, sekarang kita diminta untuk percaya bahwa Ia mati di kayu
salib . Kesulitan ini bukan untuk zaman sekarang saja, tetapi juga di zaman
Rasul Paulus sudah sulit sekali dimengerti. Orang Yahudi mendambakan Tuhan yang gagah perkasa dan luar
biasa yang mengutus seorang pembebas untuk membebaskan mereka dari orang Romawi.
Mereka sekarang harus percaya kepada seorang Mesias disalibkan dan mati di kayu
salib, sehingga ini menjadi batu sandungan. Orang Yunani percaya akan filsafat
mereka sangat pandai. Mereka ingin Tuhan yang sesuai akal budi mereka dan sekarang
mereka harus percaya kepada Allah yang menjelma jadi manusia dan dipakukan di
atas kayu salib. Bagi mereka ini merupakan suatu kebodohan. Orang Yahudi
mewakili golongan orang yang beragama. Sebagai orang beragama mereka tidak bisa
menerima Tuhan yang menjadi manusia dan disalibkan. Orang Yunani (orang bukan
Yahudi) mewakili orang-orang intelektual / cerdik-cendekia. Mereka tidak bisa
menerima Allah yang menjelma menjadi manusia lalu disalibkan. Bagi mereka hal
seperti ini merupakan suatu kebodohan. Tetapi sebenarnya Allah yang menjadi
manusia dan disalibkan bukan suatu berita yang tidak masuk akal. Tetapi suatu
berita yang tidak sesuai dengan manusia karena manusia punya konsep dan standar
sendiri. Jadi kalau Tuhan ada, maka Tuhan harus sesuai dengan standar, pandangan
saya dan pandangan saya harus sesuai dengan gengsi saya.
Jadi
pandangan terhadap Tuhan adalah pandangan bagaimana Tuhan bisa dipakai untuk menyombongkan
diri sendiri. Ini sifat manusia. Orang Israel tidak bisa menerima Tuhan yang
dipaku di kayu salib karena tidak bisa dipakai untuk membanggakan diri mereka
sebagai bangsa pilihan. Demikian juga dengan orang Yunani yang tidak bisa
menerima Yesus yang dipaku di atas kayu salib karena tidak bisa dipakai untuk
membuat mereka berbangga. Uniknya, manusia hanya bisa menerima Tuhan yang bisa
membuat dirinya bangga. Manusia hanya bisa menerima Tuhan yang bisa membuat
dirinya kaya raya karena saya ingin dikenal sebagai orang yang pintar mencari
uang. Manusia mau menerima Tuhan yang bisa membuat diri saya cantik karena saya
ingin orang lain mengagumi kecantikan saya. Ini sifat dan kebutuhan manusia : manusia
berusaha menyombongkan diri. Hewan cukup asal ada makanan, minuman dan tempat tinggal sudah cukup. Tetapi manusia
(memakai istilah dalam Alkitab) bukan saja hidup dari roti dan makanan, tetapi
manusia hidup dari membanggakan dan menyombongkan diri. Kalau tidak
membanggakan diri, ia tidak bisa kuat hidup. Karena harga diri manusia
tergantung orang melihat dia siapa. Kalau orang tidak memandang tinggi dia maka
ia tidak punya alasan hidup di dunia ini. Maka orang tidak bisa menerima kalau
dirinya tidak dipandang orang lain. Dalam idiom bahasa Tionghoa dipakai istilah
“mata hitam”. Kalau diberi mata hitam berarti orang lain memandang / melihat
kita. Kalau tidak dipandang orang lain istilahnya diberi “mata putih”. Kita
tidak suka diberi mata putih, karena artinya dihina dan tidak dipandang orang
lain. Dunia penuh dengan persaingan yang kejam dan kita ingin diakui orang
lain. Masalahnya bukan karena saya ingin kaya karena kalau setiap orang sama
kayanya tidak menarik tetapi saya ingin lebih kaya dari orang lain. Masalahnya
bukan karena saya ingin cantik / tampan karena kalau semua orang sama tampan /
cantiknya maka jadi tidak menarik. Masalahnya saya ingin bersyukur kepada Tuhan
walau tidak secantik orang lain , tetapi saya bersyukur kepada Tuhan karena ada
orang yang mukanya sejelek itu sehingga saya bisa berbangga. Masalahnya bukan
karena saya mau pandai, karena kalau semua orang pandai maka apa untungnya?
Masalahnya adalah saya ingin berdoa kepada Tuhan, di dalam hikmat Tuhan yang
luar biasa itu, meskipun saya tidak sepandai orang lain, Tuhan menciptakan
orang-orang yang IQ nya serendah itu
sehingga saya masih bisa merasa aman.
Allah yang Palsu adalah Muka yang Menyebabkan Kita Menipu
Diri Sendiri dan Orang Lain.
Saya
ingin membanggakan diri kita sendiri. Alkitab mengatakan saat kita membanggakan
diri kita sendiri, sebetulnya kita ingin menyembah diri kita. Membanggakan diri
berarti kita ingin memberhalakan diri
yaitu menjadikan diri kita sebagai Tuhan. Ini dosa manusia. Dosa manusia yaitu
ingin memberhalakan dirinya. Tetapi manusia sadar , dirinya tidak sangat hebat.
Manusia sadar manusia punya kelemahan, hal-hal yang gelap dan kelemahan. Untuk
membanggakan dirinya, manusia perlu menutupi kelemahannya. Yang digunakan untuk
menutupi adalah topengnya. Ia perlu memainkan peran, dan perlu membawa topeng
utnuk memperlihatkan sisi baik dan menutupi sisi buruk. Ada pepatah Tionghoa : Orang
mau muka tetapi tidak mau wajah . Artinya apa? Wajah menunjukkan keadaan kita yang
sebenarnya, muka adalah topeng kita. Maksudnya orang hanya mau topeng tapi
tidak mau peduli dengan keadaan dia sebenarnya. Kalau orang tidak punya uang, maka
untuk mengadakan pesta perkawinan ia akan meminjam dulu uangnya karena yang
penting pesta perkawinannya luar biasa. Yang
penting orang lihat kita bagaimana. Saat jadi mahasiswa apakah dirinya sudah
menyerap ilmu, tidak penting. Apakah saat ujian kita mencontek tidak penting yang penting adalah nilainya
bagus. Yang penting dilihat orang. Yang penting adalah topeng kita. Perkara bagaimana
dan apa yang dilakukan kita di rumah tidak penting, yang penting bisa cari
uang. Bagi hamba Tuhan yang penting orang tahu saya seorang hamba Tuhan yang
hebat meskipun dalam aspek lain kita tidak terlalu bagus. Yang penting topeng
kita.
Kita
adalah orang-orang yang mengejar topeng. Topeng kita lama-lama menjadi berhala
kita. Jadi kalau kita menyembah berhala maka kalau kita menyembah berhala maka
berhalanya dobel yaitu yang pertama kita menyembah diri sendiri dan yang kedua
menyembah topeng kita (apa yang mau kita sandari). Entah itu kepandaian , bisnis
atau pekerjaan. Apa saja yang dijadikan sandaran untuk memakai topeng agar kita
tampil bagus di hapadan orang. Mengapa orang Israel tidak bisa menerima Tuhan
yang disalibkan? Karena Tuhan yang disalibkan tidak bisa memberi muka kepada
orang Israel. Juga orang Yunani tidak bisa menerima Tuhan yang disalibkan karena
Tuhan yang disalibkan tidak memberi muka kepada orang Yunani. Muka itu penting
sekali , karena manusia takut dipermalukan dan mendapat “mata putih”. Salah
satu ketakutan kita adalah bukan takut menderita tapi takut dipermalukan. Dipermalukan
artinya kita dibuang, berada di luar (menjadi outsider) . Saat bertemu dengan teman - teman lalu teman-teman bicara
politik dan ekonomi dengan sangat bagusnya dan kita tidak mengerti apa-apa maka
seakan-akan kita di buang di luar, kita menjadi barang rusak, komoditi yang
tidak bagus. Ini artinya dipermalukan.
Dulu
di era pembentukan Dinasti Han Tiongkok, ada perang Chu-Han (Hanzi: 楚汉相争, Chu Han Xiang Zheng) dimana pada saat itu terjadi perseteruan antara
2 negara besar yaitu Han dengan pemimpinnya Liu Bang dan Chu dengan pemimpinnya
Xiang Yu yang dibesarkan oleh pamannya Xiang Liang yang merupakan keturunan
Jendral Chu, Xiang Yan. Sejarah ini terjadi pada tahun 206 SM hingga tahun 201
SM. Sejarah ini juga dikenal sebagai awal berdirinya Dinasti Han. Jendral Xiang
Yu adalah seorang ningrat (bangsawan). Belum
genap berusia 30 tahun ia sudah bisa memimpin tentara. Ia seorang jenius,
pandai dan keluarga ningrat. Ia sangat menekankan gengsi. Lawannya adalah seorang
petani merangkap preman (bukan siapa-siapa). Namanya Liu Bang. Ia berkata “Liu Bang
itu orang apa? Saya kasih dia mata putih.” Suatu kali karena sombong , ia kalah
total. Ia terjepit dan harus menyeberangi sungai. Ia diminta pulang kampung
halaman agar nanti suatu kali ia bangkit lagi. Dia mengutarakan kata yang
terkenal dalam sejarah Tiongkok, “Aku tidak punya muka untuk bertemu dengan
para orang tua dan sesepuh di kampung halaman” sehingga akhirnya ia bunuh diri.
Ini orang Timur.
Kita
kadang-kadang dihina di kampung halaman kita (tidak ada keluarga dan lingkungan
yang sempurna) lalu kita merantau dan suatu kali kembali lagi. Saat itu kita
mau orang lain melihat kita sebagai orang berhasil. Lalu kita bertanya kepada
orang yang dulu menghina kita, “Sekarang berapa gajimu?” Dijawab,”Gajiku
sekian”. Sehingga kita memandang rendah. Dulu aku direndahkan di bawah
rata-rata sekarang saya menaikkan diri di atas rata-rata. Manusia memiliki keinginan
untuk mempertahankan muka sedemikian rupa.
Di
dalam Alkitab, manusia dipermalukan bukan karena karena manusia tumbuh di
keluarga yang tidak sempurna. Manusia dipermalukan karena manusia sudah jatuh
dalam dosa. Dosa membuat manusia seolah-olah dipermalukan. Kembali pada Kitab Kejadian
yang mengatakan pada mulanya Allah
menciptakan Adam dan Hawa sesuai peta dan teladan Allah (gambar Allah) .
Artinya Adam dan Hawa mirip Tuhan. Saya punya Alkitab yang bagus sekali untuk
anak-anak. Alkitab itu mengatakan, “Tuhan menciptakan yang terbaik pada hari terakhir.”
Waktu Adam menggosok-gosok mata, yang pertama kali ia melihat adalah wajah
Tuhan. Wajah Tuhan dengan tersenyum berkata,”Wah kamu mirip Saya!” Jadi manusia
mirip Tuhan oleh karena itu manusia memiliki kemuliaan Tuhan. Mirip dan
memiliki kemuliaan Tuhan , membuat manusia tidak perlu mencari muka. Ada yang
berkata mungkin wajah Adam dan Hawa bercahaya. Tapi dipenuhi kemuliaan Allah
berarti tidak dipermalukan (berada dalam keadaan mulia). Kalau ada yang mengatakan,
“Mukamu mirip presiden” kita akan merasa
senang. Atau ada yang berkata,”Mukamu kok hoki mirip konglomerat” maka kita
senang. Tapi kalau muka kita dikatakan mirip koruptor yang kemarin masuk koran
maka kita merasa tidak senang. Muka kita harus mirip orang yang luar biasa,
apalagi kalau mirip Tuhan. Sejak Adam dan Hawa berdosa , mereka mulai merasa
malu dan menyembunyikan diri. Dosa di dalam Alkitab artinya kenajisan , kecemaran dan kita terpisah
dengan Allah. Manusia jatuh dalam dosa dan manusia kehilangan kemuliaan Allah.
Manusia tidak lagi mirip Tuhan (tepatnya kekurangan kemuliaan Tuhan). Manusia
tidak mirip lagi Tuhan sehingga manusia malu. Tidak mirip Tuhan berarti
terpisah dengan Tuhan. Tuhanlah yang bisa memberikan kasih tanpa syarat, Tuhanlah
yang bisa memberi kita penerimaan. Sedang apa yang diberi dunia ini semuanya ada
syaratnya. Dunia berkata, “Saya terima kamu kalau kamu pandai, punya uang, cantic
dll. “ Sedangkan Tuhan bisa menerima kita apa adanya, tetapi kita terpisah dari
Tuhan karena dosa. Karena terpisah dari Tuhan sehingga kita merasa selalu takut
dan tidak aman. Kita berusaha membeli perasaan kasih sayang dengan tampil baik
di hadapan orang lain.
Madonna
(penyanyi Amerika) pernah berkata,”Setiap kali saya mau naik panggung untuk menyanyi,
hati saya dipenuhi ketakutan. Karena saya takut kalau nanti penonton bukan bertepuk
tangan memuji tapi malah berteriak mencemooh saya. Kalau saat menyanyi penonton
tepuk tangan dengan riuh, saya menjadi senang sekali. Tetapi senangnya hanya
beberapa menit. Karena saya takut kalau konser lagi standarnya lebih tinggi bagaimana?” Jadi seperti itu.
Manusia tidak merasa nyaman. Manusia sebetulnya perlu Tuhan. Manusia sebetulnya
perlu diterima dan dikasihi tetapi karena manusia berdosa dan tidak mengenal
Allah maka manusia berusaha membeli kasih dengan cara tampil beda. Akhirnya
kita dihukum dengan hidup yang menipu diri sendiri dan orang lain. Ini bagian
pertama dari khotbah ini yaitu mencari Tuhan yang palsu yakni muka kita ini.
Hukumannya apa? Menipu diri sendiri dan orang lain. Kita takut. Ada 1 hal yang
kita takuti kalau orang lain tahu kita siapa saya (tahu luar-dalam saya atau
sisi gelap saya), apakah orang tersebut masih menerima saya? Oleh karena itu
kita berusaha agar di satu pihak mau dicintai orang lain tapi di pihak lain
kita tidak mau orang lain tahu siapa saya sehingga kita pakai topeng. Tapi akhirnya
yang dicintai adalah topeng saya bukan saya.
Dosen
saya di seminari berkata, “Waktu pacaran, buka kedua mata lebar-lebar. Kalau sudah
menikah tutup sebelah mata.” Tetapi orang-orang sekarang terbalik. Kalau
berpacaran tutup sebelah mata, tetapi setelah menikah buka kedua mata. Jadi waktu
pacaran, “Pacar saya baiknya luar biasa, rela berkorban, pandai, luar biasa.” Waktu berpacaran, hujan-hujanan saja rela agar
bisa bersama saya tetapi setelah menikah terjadi suatu mujizat. Dulu saya buta
sekarang melihat. “Lho,kamu siapa? Saya tidak kenal kamu”. Pacaran dengan
menikah kenapa berbeda sekali. Seperti orang lain. Siapa kamu? Suaminya juga berkata,
“Saya juga tidak kenal siapa saya” karena topengnya kebanyakan. Inilah hidup manusia
menipu diri sendiri dan orang lain.
Allah yang benar adalah Allah yang tidak memandang dan
mencari muka.
Allah
yang benar adalah Allah yang bagaimana? Allah yang benar adalah Allah yang
tidak mencari gengsi. Manusia ingin terus naik, dulu tukang sapu, sekarang pegawai
nanti jadi bos. Sedangkan Allah maunya turun menjadi manusia. Manusia ingin menjadi
Allah tetapi Allah mau menjadi manusia. Tuhan mau mempermalukan diriNya. Allah
lahir di palungan di tengah hewan-hewan (ini lahir dalam keadaan memalukan). Kalau
ada presiden yang mau datang menginap, lalu kita berkata tidak ada kamar maka ia tidur
di ruang tamu maka hal ini memalukan. Raja dari segala raja lahir lahir di
palungan (tidak ada tempat yang layak). Orang-orang yang mau datang mengetahui kelahiran Juruselamat
adalah orang Majus dan para gembala. Keduanya tidak dipandang oleh orang
Yahudi. Orang Majus adalah orang kafir dan para gembala adalah orang miskin. Jadi
Tuhan mempermalukan dirinya. Bukan hanya demikian, Tuhan Yesus berkumpul dengan
orang-orang yang dipermalukan masyarakat. Tuhan Yesus makan dengan pemungut cukai
dan orang berdosa. Tuhan Yesus mau berkumpul bersama pelacur sehingga Tuhan
Yesus pun akhirnya dipermalukan. Karena Dia berkumpul dengan orang-orang yang dipermalukan
sehingga Dia dipermalukan.
Tuhan
dipermalukan dan mati di kayu salib. Mati di kayu salib adalah mati yang sangat
memalukan. Waktu itu kalau orang Romawi dihukum
mati karena bersalah maka mereka lebih suka diracun, digantung atau dipotong kepalanya. Itu cara mati dari warga
negara Romawi yang terhormat. Tetapi kalau mati di kayu salib itu adalah matinya
budak. Sehingga bagi orang Romawi dalam percakapan sehari-hari bila menyebut
kayu salib dikatakan tidak sopan dan kurang ajar sekali . Sedangkan orang
Yahudi menekankan tata busana yang baik. Semua badan harus ditutup. Namun saat
disalib Tuhan Yesus ditelanjangi berjam-jam dan dilihat orang. Itu dipermalukan.
Digantung di antara langit dan bumi berarti dikutuk. Ini luar biasa sekali.
Mengapa Tuhan seperti ini mempermalukan diri sedemikian rendah? Kita tidak mengenal Tuhan tapi sekarang waktu
Tuhan memperkenalkan diriNya kita kaget luar biasa.
Mengapa Tuhan mempermalukan diri sedemikian rendah?
Ada tiga alasan
yakni :
1.
Standar kita sangat
berbeda dengan standar Tuhan.
Perbedaannya
seperti bumi dan langit. Manusia ingin bergaul dengan orang elit masyarakat dan
orang yang kaya - berkuasa. Ini gengsi. Bagi Tuhan adalah hina kalau kamu
bergaul dengan orang kaya saja tanpa memperhatikan orang miskin. Manusia maunya
pakai topeng, tidak peduli kondisi sebrenarnya seperti apa. Bagi manusia mulia,
bagi Tuhan hina. Bagi Tuhan mulia tapi bagi manusia itu mungkin hina. Kayu
salib bagi manusia itu hina, tetapi bagi Tuhan dan orang Kristen itu mulia
karena ada kasih Tuhan yang luar biasa.
2.
Karena Tuhan
ingin menunjukkan kasih yang luar biasa besar.
Kasih yang
besar bukan hanya kasih yang memberikan hadiah tapi kasih yang besar adalah
kasih yang rela memberikan segala sesuatu. Kasih yang besar adalah kasih yang
mau dipermalukan untuk orang yang dikasihi. Kalau kita melihat orang lain
mencintai kita, apa yang membuat kita tergerak, saat orang yang mencintai kita mau
dipermalukan untuk kita, itu cinta yang luar biasa besar. Tuhan mencintai kita
begitu besar sehinga Dia rela dipermalukan. Saat ada cinta maka tidak ada
ketakutan. Karena kasih yang begitu besar dari Tuhan maka kita merasa cukup dan
kita tidak perlu lagi mencari pengakuan dari orang lain. Kita tidak perlu lagi mencari
topeng karena kasih Tuhan yang begitu besar.
3.
Tuhan mau
menanggung hukuman dosa kita.
Hukuman
dosa kita apa? Dosa kita adalah dosa yang mau mencari muka. Hukuman dosanya adalah
kita tidak dikenal manusia dan Tuhan. Kita terpisah dari Tuhan dan manusia. Ini
dinamakan neraka. Terpisah dari manusia karena orang tidak mengenal kita. Kita
ini siapa? Sehingga banyak oang yang punya banyak anak-cucu dan teman tapi masih merasa kesepian dan sedih. Karena yang
dilihat orang adalah topengnya dan bukan dirinya. Orang seperti ini juga
terpisah dari Allah. Waktu orang Farisi berdoa kepada Allah, “Saya bersyukur
saya tidak seperti pemungut cukai ini. Saya berbuat baik dan hidup rajin.”
Tetapi Tuhan berkata,”Kamu ini siapa?” Tidak ada hal yang semalang seperti ditolak
Tuhan. Itu hal yang paling tidak mujur (hoki) di dunia ini. Yang menakutkan
adalah bukan tidak punya kekayaan atau sakit tetapi nanti di hari penghakiman ,
saat kita berkata,”Tuhan ini saya!” Tuhan kasih kita mata putih,”Kamu ini
siapa? Saya tidak kenal kamu!”. Hal yang paling menakutkan adalah ditolak Tuhan
dan manusia karena kita hidup memakai topeng. Tuhan Yesus saat di kayu salib, Dia
ditolak oleh manusia. Alkitab mengatakan bahwa Ia disalib di luar pintu
gerbang, Dia dianggap sampah masyarakat. Dia ditolak. Bukan hanya itu, waktu di
kayu salib Yesus berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkanKu?” Yesus menanggung hukuman kita. Turun dalam
kerajaan maut artinya ditinggal Tuhan. Hukuman manusia harusnya ditinggal Tuhan
yaitu neraka, itu yang ditanggung Tuhan Yesus. Kalau hal yang paling menakutkan
sudah ditanggung oleh Tuhan Yesus maka maka kita perlu takut lagi. Hal yang
paling menakutkan di dunia ini bukan dipermalukan orang tetapi nanti kita masuk
neraka , ditinggal Tuhan dan manusia. Hal yang paling menakutkan sudah ditanggung
oleh Tuhan Yesus di dalam kasihNya yang besar sehingga kita tidak perlu merasa
takut. Manusia pakai topeng karena merasa tidak aman dan orang merasa takut.
Yang pertama Allah yang palsu adalah topeng kita (gengsi kita). Rasul Paulus
sering mengatakan bermegah (kita pakai topeng apa?). yang kedua, Allah yang
benar adalah Allah yang mau merendahkan diriNya sedemikian muka, Allah yang
tidak mencari muka.
Bagaimana agar Bisa Beralih dari Allah yang palsu ke Allah
yang benar?
1.
Kita harus
mengenakan identitas diri yang benar.
Identitas
diri bahwa sekarang kita sudah bertobat dan mengubah identitas diri kita.
Pepatah tobat dalam bahasa Tionghoa adalah menyuci hati dan mengubah wajah
menjadi seperti Kristus. Dosen saya berkata, manusia seperti bawang. Bawang
kalau dikupas ada lapisan lagi sampai yang terakhir kosong. Jadi topengnya
terlalu banyak. Untuk melepaskan topeng kita harus berani menanyakan sesuatu,
pertanyaan yang sangat kita takuti. “Kalau kamu tahu siapa saja, apakah kamu
masih mencintai saya?” Seringkali orang berkata-kata,”Jangan macam-macam.
Jangan tanyakan ini ke suami/istri kamu. Kalau kamu tanya ke pasangan kamu maka
mereka berkata, memang kamu buat apa?’ Tetapi pertanyaan ini harus ditanyakan
Tuhan, “Tuhan, Engkau tahu siapa saya. Engkau tahu semua cacat-cela saya.
Engkau tahu saya luar-dalam. Apakah Engkau
masih menerima saya?” Allah berkata, “Iya, Saya masih menerima engkau.” Karena
begitu besar kasih Allah kepada dunia ini sehingga Ia mengaruniakan anakNya
yang tunggal. Apa yang kita terima di
perjamuan kudus (roti dan anggur) adalah tanda yang selalu mengingatkan kita akan
kasih Tuhan yang besar. Tuhan memberikan diriNya ke kita. Tuhan masuk merendahkan
diriNya segitu rendah. Tidak menganggap kesetaraan kepada Allah sebagai milikNya
yang harus dipertahankan, tapi menjadi manusia, hamba dan kemudian mati di kayu salib. Kita
diterima oleh Tuhan. Kalau kita diterima maka kita harus menerima bahwa Tuhan
menerima kita . Menjadikan Kristus sebagai Juruselamat berarti menerima kita
dengan penebusan di kayu salib. Tapi itu tidak cukup. Tuhan berkata,”Kamu kan
mau mencari muka terus, Saya akan memberikanmu wajah yang baru. Tidak cukup
kamu mengakui bahwa kamu memakai topeng tapi kamu harus mengenakan wajah baru
yaitu wajah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus begitu indah karena Dia rela dipermalukan untuk
saya (menderita untuk saya). Di dalam diri Yesus saya melihat keindahan yang
luar biasa. Dulu kalau saya tidak suka dengan wajah saya maka saya pergi operasi
plastik. Sekarang waktu saya bertobat, bila saya tidak suka dengan diri maka
saya pergi menjalani operasi plastik rohani. Saya diberikan wajah Tuhan Yesus.
Saya mau menjadi mulia lagi seperti Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa.
Sehingga saya menjadi mirip Tuhan. Karena Kristus adalah gambar Allah. Di dalam
Alkitab, Tuhan berkata, “Di dalam Kristus kita mengenakan Tuhan Yesus Kristus”
Kita menjadi seperti Tuhan Yesus. Nanti saat hari penghakiman, Allah Bapa
mataNya hanya mengenali orang yang wajahnya yang mirip Tuhan Yesus. Yaitu orang
yang hidup seperti Tuhan Yesus. Itu Identitas diri (siapa saya) di mana yang hidup bukan aku
lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.
2.
Aktualisasi diri
Aktualisisasi
diri yaitu hidup sesuai dengan identitas
diri. Kalau saya tahu siapa saya yaitu saya yang sudah bersatu dengan Tuhan
Yesus maka saya harus hidup seperti Tuhan Yesus yaitu hidup yang merendahkan
hati. Rendah hati artinya penghiburan dan keamanan saya tidak terletak dari apa yang
bisa saya lakukan dan saya miliki. Keamanan dan penghiburan saya adalah saya
milik dan dikasihi Tuhan. Tuhan adalah
Juruselamat saya. Keamanan saya bukan sehebat
pelayanan, pekerjaan dan talenta saya karena semuanya itu sementara. Tetapi keamanan
saya diletakkan pada kasih Tuhan. Ini aktualisasi diri. Kita hidup menghayati
kasih Tuhan. Alkitab mengatakan, “Engkau telah mengenakan kasih Kristus maka kenakanlah
Tuhan Yesus Kristus setiap saat. Kita harus hidup sesuai dengan identitas baru.
3.
Disiplin diri.
Disiplin
diri maksudnya kita mau hidup sesuai dengan standar Tuhan. Kita mau melakukan
apa yang orang lain pandang hina. Kita mau bersama orang-orang yang paling
perlu kita. Kita mau mendoakan orang-orang yang paling menderita. Kita mau
membantu orang-orang yang miskin. Kita mau mengabarkan Injil kepada orang-orang
yang belum pernah mendengarnya. Kita tidak lagi mencari muka tetapi sekarang kita
mau hidup menyenangkan hati Tuhan.
Dengan
identitas yang benar, aktualisasi dan disiplin diri maka menurut Martin Luther,
orang seperti ini akan menjadi Kristus-Kristus kecil di dunia ini yang
memancarkan kemuliaan Allah.
No comments:
Post a Comment