Pdt. Hery Kwok
Kisah 8:1b-8
1b Pada waktu itu mulailah penganiayaan
yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul,
tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
2
Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan
sangat.
3
Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah
demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka
untuk dimasukkan ke dalam penjara.
4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil
memberitakan Injil.
5
Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias
kepada orang-orang di situ.
6 Ketika orang banyak itu mendengar
pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua
dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.
7
Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu
sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang
timpang yang disembuhkan.
8
Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.
Pendahuluan
Seorang
filsuf Tiongkok terkenal pernah difilmkan tahun 2010 dan diperankan oleh Chow
Yun Fat yakni Confucius (Kong Hu Cu, 551 SM – 479 SM). Ada 5 ajaran yang sangat
ditekankan oleh Confusius, agar setiap orang yang mau hidup bahagia dan
seimbang minimal harus mengamalkan 5 keutamaan yakni :
1. Ren (kemanusiaan) contoh : peduli, empati, simpati, kasih
sayang.
2. Yi (moral, keadilan
dan nilai atau harga diri). Dalam Yi terkandung pula zhong (loyalitas,
kesetiaan dan kesadaran diri) dan shu (altruism, pemaaf dan tenggang rasa).
Kebajikan ini sangat dikenal dengan ungkapan “Apa yang kita tidak ingin orang
lain lakukan pada diri kita, janganlah kita lakukan pada orang lain”.
3. Li (sopan-santun).
Keutamaan ini mengajarkan tentang perilaku yang tepat dalam konteks hubungan
yang berlainan, misalnya perilaku anak terhadap orang tua, rasa hormat terhadap
otoritas. Keutamaan ini juga mengajarkan tentang perilaku yang sesuai dalam
menjalankan upacara dan penyembahan (doa)
4. Zhi (ilmu pengetahuan, kehati-hatian
& kebijaksanaan yang akan dapat diperoleh dengan mempelajari kitab klasik
& belajar dari orang lain)
5. Xin (Integritas) yang menjadi dasar
tumbuhnya rasa percaya (trust)
Yang
akan diangkat untuk tema hari ini hanya 1 yaitu ren (keutamaan kemanusiaan). Dalam
diri manusia ada sesuatu yang penting yakni kepedulian, empati, simpati, rasa
kasih sayang terhadap sesama. Ajaran ini ribuan tahun yang lalu. Tetapi kalau
diperhatikan, apa yang disampaikan
tentang ren ini sudah pudar dalam perjalanan hidup manusia. Kalau bicara
tentang kebutuhan manusia dengan manusia yang hilang maka kita membicarakan
tentang kasih yang sudah dingin. Yesus Kristus pernah berkhotbah tentang akhir
zaman di Mat 24:12 karena makin
bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Artinya
dunia ini dihuni oleh orang yang cinta diri sendiri dan tidak mau peduli dengan
orang lain. Karena itulah Confucius menentang keutamaan untuk orang bahagia
kalau orang itu hanya memperhatikan diri sendiri. Confucius tidak mengenal
Yesus tetapi pengajaran yang disampaikan ada kemiripan dengan kebenaran firman
Tuhan. Pada waktu orang mementingkan (kebutuhan) diri sendiri maka keutamaan
dalam diri orang itu sudah hilang. Itu yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ada orang bilang gereja adalah tempat dimana kita mendapat kasih satu dengan
lain tapi yang dijumpai adalah ketidakpedulian satu dengan lain. Gereja hampir tidak berbeda dengan tempat-tempat
di dunia ini seperti mal. Kalau kita pergi ke mal dan bertemu dengan orang yang
tidak dikenal kita tidak bertanya siapa namanya dan berkata, “Bu, senang bisa
bertemu.” Kalau kita melakukannya, maka orang itu pergi ke satpam dan berkata, “Pa
tolong saya! Orang itu mengganggu saya!” Sehingga kita datang ke mal, jalan ke
suatu tujuan dan tidak peduli dengan orang di sekeliling kita. Demikian juga di gereja, ada yang datang dan
pulang tanpa dipedulikan oleh oleh hamba Tuhan, majelis dan aktivis. Saya
pernah bergereja di daerah Jatinegara. Waktu saya hadir di gereja itu sampai
pulang , tidak ada orang yang tahu. Lalu saat saya menjadi hamba Tuhan dan
menceritakan bahwa saya dulu pernah berjemaat dan beribadah di gereja ini, mereka
terkejut dan tidak menyangka. Dunia sedang mencetak , mengarahkan kita untuk
hidup bagi diri sendiri. Ini sesuatu yang bermasalah dalam hidup bersama. Orang
bisa hidup, tidak perlu orang lain, asal punya computer, laptop, hidup diam
berjam-jam meskipun di sebelahnya ada orang lain. Dulu watu saya kecil, bila melewati
orang lain akan berkata, “Permisi” lalu dengan badan sedikit membungkuk melewatinya.
Sekarang kita jumpai orang berjalan dengan memegang gadget dan tidak peduli dengan orang lain. Itu sebabnya saat
berbicara tentang “misi : ujung tombak yang tumpul”,kita bertemu dengan masalah
yang paling dasar.
Misi = Bersaksi
Kata
misi di sini berbeda dengan misi dan visi yang disampaikan oleh calon presiden
(capres) kita. Kalau misi yang disampaikan capres merupakan sesuatu yang
dilakukan (sesuatu yang konkrit) dari visi (sesuatu yang abstrak). Misi dalam
konteks kekristenan adalah bersaksi. Apa yang disaksikan oleh seseorang yaitu
ia mengalami betapa Tuhan menyelamatkan dan mengampuni dosanya sehingga ia
menjadi orang yang diselamatkan.
Keselamatan yang luar biasa, agung dan mulia dan membuat dia bersuka-cita
dibagikan ke orang lain supaya orang lain juga mengalami sukacita itu. Itu
sebabnya kalau kita baca dalam kitab suci, kita menemukan bagaimana para rasul
diselamatkan , punya kepastian masuk ke sorga dan mereka menceritakan sukacita
itu kepada orang lain.
Di dalam Perjanjian Baru ada 3 tingkat yang menekankan
bagaimana orang bersaksi.
1.
Saat bersaksi ia
membuat pernyataan kepada seseorang. Pernyataan
itu berisi kebenaran-kebenaran Injil
secara lisan dalam bentuk fakta yang dialami. Misal Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah. Itu fakta yang disampaikan. Pernyataan untuk menyatakan kebenaran tentang
Injil yang membuka kenyataan tentang siapa manusia. Saat orang bersaksi, ia
juga menyatakan bahwa ia juga orang berdosa. Jadi waktu menyatakan sebagai
orang berdosa dan diampuni, dia sampaikan kepada orang lain dalam bentuk
pernyataan.
2.
Sebuah hubungan
antara si pemberita dengan orang yang diberitakan. Jadi waktu bersaksi saya
menyampaikan fakta dan pernyataan kemudian membangun relasi (jembatan hubungan)
dengan orang yang diberitakan untuk membawa kebenaran Injil. Membangun relasi
ini disebut kepedulian karena ingin orang itu diselamatkan. Oleh sebab itu dalam
bersaksi ada hal yang perlu dibayar (dikorbankan) dimana kita bertemu dengan
orang itu, lalu dia pergi ke tempat di mana ia akan menyampaikannya.
3.
Aktualisasi diri (penjelmaan)
kita terhadap apa yang dipahami yang hidup dan karakter saya yang diihat oleh
orang lain. Bersaksi dalam bahasa sederhana berarti mengalami perubahan hidup
dimana orang di sekeliling bisa melihat perbedaannya. Kalau begitu misi adalah
sesuatu yang penting dan urgent yang harus dilakukan oleh orang yang dipercaya.
Saya terkadang merasa heran, setelah orang makan di satu restoran dia cerita ke
temannya, kalau mau makan kepiting soka di sana paling jempol. Saya heran
karena masalah makanan yang dia rasa enak dia bagikan ke orang , padahal itu
hanya makanan. Seharusnya keselamatan yang begitu luar biasa besar tidak
menutup kita untuk menyampaikan ke orang lain tentang karya Allah dalam hidup
kita.
Mengapa
misi menjadi ujung tombak yg tumpul
Misi yang harusnya menjadi ujung tombak
yang tajam menjadi tumpul karena :
1. Tujuan
keselamatan yang Allah kerjakan dalam diri kita kurang dihayati/dihidupi dlm
diri kita. Apa Tujuan Allah menyelamatkan kita? Salah satunya adalah supaya
kita menyaksikan kebaikan Allah kepada setiap orang sehingga orang tersebut
mengalami kasih Allah yg besar itu. Kis 8:1b,4-6 Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di
Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea
dan Samaria. Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil
memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan
Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar
pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua
dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.
Kita menemukan orang-orang yang diselamatkan pada Kis
8 begitu bersemangat bersaksi. Dan kalau diperhatikan mereka bersaksi bukan
dalam kondisi makmur dan tidak mengalami kesusahan. Mereka bersaksi justru dalam penganiayaan fisik
dan mental oleh orang Romawi dan orang yang menentang Tuhan Yesus. Sering orang
Kristen berkata, “Nantilah saya akan melakukan misi setelah keluarga mapan, oke,
anak-anak tidak perlu lagi diperhatikan”. Ungkapan itu akan membuat kita tidak
pernah bermisi sampai Tuhan Yesus datang kedua kali. Padahal Alkitab berbicara
tentang mereka yang bersaksi tentang Tuhan Yesus di tengah-tengah yang lain.
Alasan ujung tombak tumpul karena kepedulian terhadap sesama sudah dingin.
Kalau kita mengetahui harga manusia,,kita akan pergi kepada mereka yang belum
percaya. Saya terkadang tercengang saat Yesus membandingkan antara dunia dengan
harga orang . Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat 16:26). Ini merupakan perbandingan yang hebat. Kalau
saya memperhatikan debat capres yang coba menggambarkan Indonesia yang kaya, ini
merupakan pernyataan yang tepat. Contoh
: emas di tanah Papua tidak habis dan jumlahnya luar biasa kalau dikonversi ke
dalam rupiah. Jadi bagaimana mungkin
manusia dibandingkan dengan kekayaan alam, itu saja tidak sebanding. Apalagi
kalau bicara laut, ikan, kekayaan dunia hebat sekali. Jemaat mula-mula tidak
pernah tahan hatinya untuk tidak menceritakan Injil agar jangan orang-orang
mati dengan sia-sia. Kalau kepedulian kita semakin dingin, di situlah kita
tidak lagi bermisi. Ada artikel tentang Ani,gadis kos yang sedang mengerjakan
tugas akhir tinggal di kosnya yang banyak penghuninya. Satu malam ia mendengar
suara seperti tangisan bayi yang merintih minta tolong dari balik jendelanya.
Imaginasinya : jangan-jangan ada orang yang menaruh bayi di sana dan
meninggalkannya atau jadi-jadian (setan). Lalu ia berdiam dan mendengarkan lagi.
Suara yang seperti bayi sekarang seperti suara kucing yang kesakitan. Dia tahu
di kosnya banyak kucing. Sehingga ia biarkan saja dan mengerjakan tugas akhir
sampai pagi. Esok hari dia bangun dan mendapat informasi dari pembantu di
tempat kosnya bahwa ada anak kucing yang tercebur dan menangis di sebelah
jendela kamarnya. Karena tidak ada yang menolong, maka anak kucing itu mati
terlelap di got. Ani merasa bersalah karena tidak punya kepedulian terhadap mahluk
yang sedang membutuhkan bantuan. Binatang yang membutuhkan bantuan , berteriak,
apalagi manusia yang sedang menuju neraka. Mari kita pikirkan tentang kepedulian tentang sesama.
Kitab suci yang bila dibaca dengan baik punya titik dimana tujuan Allah
menyelamatkan kita, yaitu untuk menyaksikan kasih Allah . Allah bisa memakai
apa saja , tapi Dia memakai kita untuk
memberitakan tentang kesalamatan. Seperti juga Allah memanggil Abraham untuk menjadi
berkat bagi orang-orang lain. Coba kita hayati dan benar-benar hidup dalam keselamatan
di dalam kita, maksudnya keselamatan bukan sekedar konsep dan pengetahuan.
Konsep hanya ada di kepala kita. Tapi kalau keselamatan dihidupi, betapa luar
biasanya untuk memberikan gairah untuk menyaksikan karya keselamatan Allah.
2. Mengabaikan
perintah Tuhan untuk mengabarkan Injil sebagai Amanat Agung. Waktu Tuhan mau
naik ke sorga Dia berkata, “Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman." (Mat 28:19-20)
Seorang
hamba Tuhan berkata,”Kalau kita tidak memberitakan njil maka kita berdosa walau
secara pasif”. Dosa pasif artinya kalau tidak melakukan (menyampaikan) , sepertinya
tidak apa-apa. Yang penting saya tidak membunuh orang, bergosip, melakukan
praktek bisnis yang kotor atau tidak melakukan yang jahat. Yeremia ayat 48:10 Terkutuklah
orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang
yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah! Artinya saat Tuhan
menyuruh orang namun tidak dilakukan , maka orang itu menjadi terkutuk. Jangan berpikir,
waktu lalaikan perintah Tuhan kita tidak bersalah. Nabiah Debora pada Hak 5:23 berkata, "Kutukilah kota
Meros!" firman Malaikat TUHAN, "kutukilah habis-habisan penduduknya,
karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai
pahlawan." Ada ilustrasi tikus
dan perangkap tikus. Waktu tikus mengintip sebuah rumah, si petani pemilik
rumah membeli perangkap tikus. Karena tahu itu berbahaya, ia menceritakan pada
teman-temannya agar tidak terperangkap dan meminta kepada teman-teman untuk
memberitahukan kepada yang lainnya. Ayam, kambing dan sapi yang diminta untuk
memberitahu ke teman-teman lainnya, menolak untuk melakukannya. Mereka
mengabaikannya karena bagi merasa tidak mungkin dengan badan yang lebih besar
dari tikus dapat terperangkap. Suatu malam, istri sang petani mendengar bunyi
di dalam perangkat tikus sehingga ia datang untuk melihat binatang apa yang
ada. Karena gelap, si istri tidak tahu bahwa ada ular berbisa dan mematuk
tangan si istri sehingga jatuh sakit. Petani yang melihat istrinya sakit, mencoba
untuk membuat masakan. Ayamnya diambil dan dipotong untuk diberikan ke sang
istri. Kemudian saudara-saudara petani mendengar
berita ini dan datang membesuk. Maka petani mengambil kambing untuk disajikan
ke saudara-saudaranya. Ternyata istrinya tidak sembuh bahkan mati sehingga
orang-orang sekampung datang untuk menyatakan belasungkawa. Seusai tradisi, ia
harus menyediakan makanan. Melihat orang banyak datang, maka ia mengambil sapi dan
memotongnya. Saat tikus bilang agar
hati-hati terhadap perangkap tikus, tidak ada yang memperhatikannya. Ayam,
kambing dan sapi berpikir tidak akan mati, namun ternyata dipotong dan mati. Jadi
jangan berpikir dosa pasif tidak berakibat pada kita.
Kesimpulan
Apakah
kita mau menjadi gereja yang tidak mau menjalankan Amanat Agung (misi) dengan
baik? Apakah kita hanya mau menjadi Gereja yang pentingkan diri sendiri? Kiranya
pertanyaan ini dijawab dalam hati. Kalau misi itu sesuatu yang luar biasa untuk
dikerjakan, jangan menjadikan ujung tombak (misi) yang tajam menjadi tumpul!
No comments:
Post a Comment