Sekarang kita masuk ke dalam sebuah tema yang sangat penting, tetapi jarang diangkat sebagai tema khotbah, karena kuatir tema otoritas bersifat sensitive dan menyinggung. Tetapi semakin jarang diangkat, justru akan makin membuat banyak orang Kristen bingung dan kemudian salah persepsi tentang otoritas dan makin lama makin mengendapkan potensi kuat untuk menjadi tersinggung. Dan tentu saja sesungguhnya, orang Kristen tidak perlu tersinggung karena kita semua berada di bawah otoritas Tuhan. Mereka yang masih tersinggung dengan otoritas Tuhan berarti menjadikan dirinya ‘tuhan’ kecil, dan Allah membenci hal ini. Jadi tema ini harus diangkat dan ditaati oleh semua orang Kristen, tanpa kecuali.
Allahlah yang mengadakan otoritas (lihat Rm. 13:15). Allah adalah Allah yang berkuasa dan Ia ingin manusia ciptaanNya tunduk pada kuasaNya. Dan Ia membangun lembaga2 otoritas, antara lain ; otoritas keluarga, otoritas pemerintah, otoritas gereja, dan otoritas dalam dunia pekerjaan (bisnis). Allah membenci orang2 yang congkak, artinya Allah membenci orang yang tidak mau rendah hati dan tunduk pada otoritas, tetapi yang memberontak melawan otoritas yang telah diadakan Allah (1Pet.5:5).
Banyak orang Kristen yang mengira orang yang tunduk pada otoritas adalah orang2 yang lemah. Mereka mengira bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang kalah. Mereka mempunyai konsep/asumsi bahwa menjadi seseorang yang hebat adalah dengan menunjukkan kekuatan, seperti teori Darwin tentang ‘Survival of the fittest’, yang paling kuat adalah yang bertahan dan menang. Kalau mau hebat, tunjukkan kekuatanmu supaya kamu menang dan orang menjadi takut dan menghormatimu. Kira2 seperti inilah penerapan teori Darwin tersebut di dalam hidup sehari2. Prinsip ini sangat berlaku di dunia dan menjadi pegangan hidup. Kalau ingin dihormati, jadilah kaya, karena dengan kekayaan dunia engkau mempunyai kekuatan dan orang akan menghormatimu. Kalau ingin hebat, cari dan bangunlah kehormatan untuk dirimu sendiri, buatlah orang takut padamu dan lawanlah semua yang menghalangimu, jikalau memang harus menyikut, menyimpang, melawan dan membunuh demi kehormatan, lakukanlah agar engkau menjadi orang yang kuat dan tidak dipandang sebelah mata. Dan lainnya… Banyak suara2 yang salah di sekitar kita bahwa pemberontakan itu oke…
Di keluarga, jika orangtuamu banyak kelemahan, papa tidak jadi teladan dan suka memukul atau menghina, tunggu waktunya maka saya akan membalas. Ini kisah nyata, ada seorang siswa SMP yang ingin membunuh ayahnya karena ia sering melihat mamanya dipukul ayahnya dan ia pun sering dipukul. Tidak perlu menghormati orangtua dan semua peraturan di rumah karena memang semua kacau. Tunjukkan kekuatan dirimu dengan melawan, setidaknya nanti.
Di sekolah, menyonteklah, berkelahilah demi gengsimu kalau engkau dihina, tawuran saja untuk tunjukkan kekuatanmu, lawanlah guru, jangan ikuti aturan, dsb.
Di lingkungan pertemanan juga harus menjadi yang nomor satu. Di gereja juga tidak perlu tunduk pada ordo. Kalau saya tidak suka, ya lawan saja. Kita sama2 manusia kok, mereka pemimpin juga manusia, bedanya hanya mereka punya jabatan..
Dan lain sebagainya dalam dunia bisnis, dan pemerintahan juga demikian halnya… semua ini tentang perlawanan terhadap otoritas.
Teman2, teori Darwin tersebut tidak berlaku di dalam terang Alkitab karena memang bertentangan dengan prinsip Alkitab. Tetapi yang menyedihkan, banyak orang Kristen di dalam lingkungan gereja memegang prinsip ini, dan celakanya mereka melayani. Gereja akhirnya menjadi ajang/arena menunjukkan siapa yang hebat. Mereka tidak tunduk kepada otoritas pemimpin gereja, dengan dalih mereka hanya mau tunduk kepada Tuhan dan Alkitab.
Teman2, untuk orang2 demikian, Alkitab berkata dengan keras bahwa ‘mereka adalah penipu’, di dalam1 Yoh. 4:20, ‘Jikalah seseorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.’ Jadi, jika seseorang tidak tunduk kepada otoritas pemimpin gereja (yang kelihatan), yang telah ditetapkan Allah, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak kelihatan. Rumusnya adalah, tidak mengasihi gereja (pemimpin2 gereja) = tidak mengasihi Allah.
Jadi, orang Kristen yang dewasa bukanlah orang Kristen yang tidak tunduk pada otoritas dan berani menentang, melainkan sebaliknya menaati otoritas karena Allah mengadakan ordo otoritas. Seseorang tidak harus melawan, menentang atau memberontak untuk menunjukkan keberaniannya. Sebaliknya, seseorang yang berani adalah mereka yang mampu menyangkal kehendak dirinya untuk melawan dan menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada pemimpin yang telah diberikan Allah.
Hal ini memang bermula dalam keluarga. Karena itu peran orangtua dalam menanamkan kerendahan hati untuk taat kepada otoritas sangat penting. Dan hal ini dimulai dengan ketaatan anak kepada otoritas orangtua. Jika seseorang tidak taat kepada orangtua, ia pasti tidak akan taat kepada otoritas di luar keluarga. Dan jika seseorang bermasalah dengan otoritas di masyarakat, dapat dipastikan ia bermasalah dengan otoritas di dalam keluarganya (terhadap orangtuanya). Karena itu, sangat penting seseorang untuk taat kepada otoritas keluarga, karena jika tidak akan ada akibat yang akan diterima, yang telah ditetapkan Allah, yaitu antara lain kehilangan warisan iman yang berharga (1Sam. 13:13-15), pelayanan rusak (1Sam. 15:28).
Apakah engkau adalah seorang yang taat kepada otoritas keluarga?
Allahlah yang mengadakan otoritas (lihat Rm. 13:15). Allah adalah Allah yang berkuasa dan Ia ingin manusia ciptaanNya tunduk pada kuasaNya. Dan Ia membangun lembaga2 otoritas, antara lain ; otoritas keluarga, otoritas pemerintah, otoritas gereja, dan otoritas dalam dunia pekerjaan (bisnis). Allah membenci orang2 yang congkak, artinya Allah membenci orang yang tidak mau rendah hati dan tunduk pada otoritas, tetapi yang memberontak melawan otoritas yang telah diadakan Allah (1Pet.5:5).
Banyak orang Kristen yang mengira orang yang tunduk pada otoritas adalah orang2 yang lemah. Mereka mengira bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang kalah. Mereka mempunyai konsep/asumsi bahwa menjadi seseorang yang hebat adalah dengan menunjukkan kekuatan, seperti teori Darwin tentang ‘Survival of the fittest’, yang paling kuat adalah yang bertahan dan menang. Kalau mau hebat, tunjukkan kekuatanmu supaya kamu menang dan orang menjadi takut dan menghormatimu. Kira2 seperti inilah penerapan teori Darwin tersebut di dalam hidup sehari2. Prinsip ini sangat berlaku di dunia dan menjadi pegangan hidup. Kalau ingin dihormati, jadilah kaya, karena dengan kekayaan dunia engkau mempunyai kekuatan dan orang akan menghormatimu. Kalau ingin hebat, cari dan bangunlah kehormatan untuk dirimu sendiri, buatlah orang takut padamu dan lawanlah semua yang menghalangimu, jikalau memang harus menyikut, menyimpang, melawan dan membunuh demi kehormatan, lakukanlah agar engkau menjadi orang yang kuat dan tidak dipandang sebelah mata. Dan lainnya… Banyak suara2 yang salah di sekitar kita bahwa pemberontakan itu oke…
Di keluarga, jika orangtuamu banyak kelemahan, papa tidak jadi teladan dan suka memukul atau menghina, tunggu waktunya maka saya akan membalas. Ini kisah nyata, ada seorang siswa SMP yang ingin membunuh ayahnya karena ia sering melihat mamanya dipukul ayahnya dan ia pun sering dipukul. Tidak perlu menghormati orangtua dan semua peraturan di rumah karena memang semua kacau. Tunjukkan kekuatan dirimu dengan melawan, setidaknya nanti.
Di sekolah, menyonteklah, berkelahilah demi gengsimu kalau engkau dihina, tawuran saja untuk tunjukkan kekuatanmu, lawanlah guru, jangan ikuti aturan, dsb.
Di lingkungan pertemanan juga harus menjadi yang nomor satu. Di gereja juga tidak perlu tunduk pada ordo. Kalau saya tidak suka, ya lawan saja. Kita sama2 manusia kok, mereka pemimpin juga manusia, bedanya hanya mereka punya jabatan..
Dan lain sebagainya dalam dunia bisnis, dan pemerintahan juga demikian halnya… semua ini tentang perlawanan terhadap otoritas.
Teman2, teori Darwin tersebut tidak berlaku di dalam terang Alkitab karena memang bertentangan dengan prinsip Alkitab. Tetapi yang menyedihkan, banyak orang Kristen di dalam lingkungan gereja memegang prinsip ini, dan celakanya mereka melayani. Gereja akhirnya menjadi ajang/arena menunjukkan siapa yang hebat. Mereka tidak tunduk kepada otoritas pemimpin gereja, dengan dalih mereka hanya mau tunduk kepada Tuhan dan Alkitab.
Teman2, untuk orang2 demikian, Alkitab berkata dengan keras bahwa ‘mereka adalah penipu’, di dalam1 Yoh. 4:20, ‘Jikalah seseorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.’ Jadi, jika seseorang tidak tunduk kepada otoritas pemimpin gereja (yang kelihatan), yang telah ditetapkan Allah, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak kelihatan. Rumusnya adalah, tidak mengasihi gereja (pemimpin2 gereja) = tidak mengasihi Allah.
Jadi, orang Kristen yang dewasa bukanlah orang Kristen yang tidak tunduk pada otoritas dan berani menentang, melainkan sebaliknya menaati otoritas karena Allah mengadakan ordo otoritas. Seseorang tidak harus melawan, menentang atau memberontak untuk menunjukkan keberaniannya. Sebaliknya, seseorang yang berani adalah mereka yang mampu menyangkal kehendak dirinya untuk melawan dan menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada pemimpin yang telah diberikan Allah.
Hal ini memang bermula dalam keluarga. Karena itu peran orangtua dalam menanamkan kerendahan hati untuk taat kepada otoritas sangat penting. Dan hal ini dimulai dengan ketaatan anak kepada otoritas orangtua. Jika seseorang tidak taat kepada orangtua, ia pasti tidak akan taat kepada otoritas di luar keluarga. Dan jika seseorang bermasalah dengan otoritas di masyarakat, dapat dipastikan ia bermasalah dengan otoritas di dalam keluarganya (terhadap orangtuanya). Karena itu, sangat penting seseorang untuk taat kepada otoritas keluarga, karena jika tidak akan ada akibat yang akan diterima, yang telah ditetapkan Allah, yaitu antara lain kehilangan warisan iman yang berharga (1Sam. 13:13-15), pelayanan rusak (1Sam. 15:28).
Apakah engkau adalah seorang yang taat kepada otoritas keluarga?
Oleh : Ev Pangsuri